98. Selangkah lebih dekat dari Portiva

245 23 14
                                    

Pegunungan Magaly akhirnya sudah ada di depan mata kami, tinggal selangkah lagi mendekat ke tempat tujuan kami yaitu Portiva, City of Death.

Albion mengerucutkan alisnya, melirik Mark yang sedang berjalan sambil bersiul ringan. "Oi, Mark. Kau yakin dengan ini?" Bisik nya kepada Mark.

Mark mengangguk, "kita sudah sejauh ini,"

Albion menghembuskan nafasnya, "sejujurnya aku agak khawatir, apalagi setelah kejadian waktu itu,"

"Kejadian waktu itu?" Tanya Mark berusaha mengingat

"Di hutan angker itu, Hutan Filio, Kita melihat pembunuh dan monster, jangan bilang kau sudah lupa?" Balas Albion sambil melirik Mark sinis berniat menyindir sibodoh itu.

"Aku ingat, bodoh. Tapi kau benar, aku juga sempat memikirkan hal itu untuk sesaat, namun sedikit melupakannya karena insiden assasin kemarin." Mark menjawab sambil menghela nafas kasar.

Albion semakin menyempitkan jaraknya dengan Mark dan berbisik lagi, "kau tahu Mark, aku merasa tujuan kita ini terlalu berbahaya. Rahasia dunia ini, tidak seorang pun yang tahu kecuali wanita paruh baya yang bernama Trinipa? Kalau memang benar wanita itu satu-satunya yang tahu, kemungkinan besar banyak sekali yang mengincarnya kan."

Mark mendengarkan penjelasan Albion sambil mengangguk mengerti, dirinya sendiri sebenarnya sudah memikirkan ini sebelumnya.

"Aku takut kalau kita harus berhadapan dengan makhluk haus darah yang kita lihat di Hutan Filio, lelaki itu, lelaki dengan rambut hitam itu." Lanjut Albion, tangannya mengepal mengingat perasaan takutnya saat itu.

"Lelaki itu bukan manusia biasa." Balas Mark berbisik.

"Dia memiliki aura mengancam yang.. aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan," Albion memejamkan matanya berusaha untuk berhenti mengingat lelaki haus darah itu

"Dunia ini memiliki terlalu banyak rahasia yang kita tidak tahu, dan entah mengapa aku merasa kita sedang berjalan menuju jurang tanpa dasar itu. Aku yakin Mark, ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita itu, Trinipa."

Mark melirik ke depan, memperhatikan Aquinsha yang berjalan di depannya dengan girang, gadis itu tentu sangat menikmati perjalanan kami tanpa memikirkan hal mengerikan ini. Dia terlalu polos untuk dunia yang kejam ini.

"Kau benar Albion, tetapi apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin berhenti disini, lalu bagaimana dengan Aquinsha?" Tanya Mark bingung.

"Jujur saja, aku belum sekuat itu. Berdoa aja tidak terjadi apapun." Albion menjauhkan tubuhnya dari Mark dan kembali berjalan santai.

Mark mendecih, ia tahu jika dirinya memang belum memiliki kekuatan untuk melindungi semuanya, terlebih Aquinsha.

Setelah menempuh perjalanan selama 3 hari penuh melintasi pengunungan Magaly dengan waktu istirahat yang sangat sedikit akhirnya mereka sampai di kota tua kecil di pinggir laut, tujuan mereka sudah ada di depan mata.

"Kita sudah dekat, ayo mencari tempat untuk makan dulu." Ucap Mark sambil meregangkan tubuhnya yang lelah setelah perjalanan panjang.

"Aku sudah sangat lapar!" Teriak Aquinsha sambil mengelus perutnya yang berbunyi sedari tadi.

Albion yang terlalu lelah tidak bisa berkata-kata lagi jadi dia hanya diam saja, begitu juga dengan Kirei yang tidak mengatakan apapun sejak tadi.

Aquinsha memandangi kota tua yang terlihat sepi ini dengan takjub, tidak banyak warga yang berlalu lalang, dan bangunannya juga hanya ada beberapa saja, bukan kota besar, namun baginya kota ini cukup manis. Bau amis sangat menyengat di kota ini, terlihat dari banyaknya tong kayu yang berisi ikan segar di setiap sudut jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang