[Author's POV]
Aquinsha membuka pintu rumah tabib yang memiliki tulisan 'pahlawan' di depannya sambil menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya
Cklek
"Permisi!" Teriaknya lantang, membuat beberapa orang yang ada didalam ruangan terlonjak kaget
Beberapa ibu-ibu dan seorang kakek tua yang memakai kacamata tebal menengok ke arahnya, memperhatikan gadis yang berada di ambang pintu
Aquinsha tersenyum kikuk karena merasa dilihati dari atas ke bawah
"Anu..." ucap Aquinsha perlahan
"Kau mencari lelaki ini? Kemarilah," kakek tua berkacamata yang sebelumnya duduk sambil membaca koran itu bangkit berdiri
Aquinsha menelan ludahnya gugup kemudian mengangguk, ia berjalan ke arah ranjang setelah ibu-ibu yang mengelilingi ranjang membukakan jalan
Matanya membulat melihat sesosok laki-laki yang selalu terlihat ceria sekarang sedang berbaring dalam diam, seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan sekarat
Aquinsha menggenggam tangan Mark yang tergeletak lemas, kemudian gadis itu meneteskan air matanya
"Mark..." lirihnya
Melihat keadaan Mark saat ini Aquinsha merasa bagaikan dirinya dicambuk ratusan kali, rasanya sakit, sakit sekali sampai ia tidak tahu harus berbuat apa
"Kalau kau bangun aku akan membagi sate cumi-cumiku," ucapnya sambil mengelus tangan Mark
Aquinsha berjongkok sambil memperhatikan wajah Mark yang sedang tertidur, air matanya masih menetes
"Kau selalu seperti ini, membuatku khawatir sampai rasanya ingin mati saja," gumamnya sambil sedikit mengeratkan pegangannya pada tangan Mark
Ibu-ibu yang berada dibelakang Aquinsha mengelus pundaknya, sambil tersenyum pahit, "kami sangat berterimakasih padanya,"
Aquinsha menyeka air matanya kemudian menengok ke arah ibu yang berbicara
"Kau tidak usah khawatir, lelaki yang sedang kau tangisi ini adalah lelaki yang kuat, kami sangat yakin,"
Aquinsha tersenyum dan mengangguk, "saya tahu itu.."
"Kau yang bernama Aquinsha?" Tanya ibu dengan gaun hijau kepada Aquinsha
Mendengar itu Aquinsha sedikit terkejut, "uhm, bagaimana anda tahu?"
"Jujur saja, kami mengintip dari balik gang saat pertarungan laki-laki ini dengan assassin itu berlangsung,"
"Kami mendengarnya berteriak nama Aquinsha," salah satu ibu-ibu tertawa kecil sambil menutup mulutnya
Pipi Aquinsha sedikit memerah, dan dengan panik membalas, "ahaha.. ja-jadi begitu.."
Aquinsha kembali menatap Mark dengan mata sendu, walaupun ia yakin anak bodoh yang sedang berbaring ini pasti akan sembuh tetap saja ia khawatir
"Kalau begitu, kami akan keluar, kau temani dia ya nak," ucap ibu-ibu yang sudah berjalan ke arah pintu
Aquinsha mengganguk sambil tersenyum ramah
"Semoga kau dan kekasihmu itu dapat makan sate cumi-cumi bersama, daaah!" Setelah mengucapkan kalimat ini, ibu-ibu itu menutup pintu dan menghilang dari ruangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
AdventureMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...