[Author's POV]
Malam ini bulan terlihat sangat jelas, angin dingin menerpa tubuh Mark kencang. Rambut putihnya berantakan tertiup angin.
Laki-laki itu mengambil jubahnya dan segera pergi keluar dari gereja.
'Aquinsha tidak boleh ikut pokoknya.' batinnya.
Ia berlari melewati hutan yang gelap itu tanpa penerangan hingga membuatnya terkadang tersandung akar pohon.
Desa yang dimaksud oleh Yoru ternyata sangat dekat dengan gereja. Hanya terpisah oleh hutan kecil, dan bisa ditempuh hanya dalam 3 jam berlari.
Mark melihat sebuah desa yang lumayan besar dengan banyak lampu-lampu menyala.
Ia bersembunyi dibelakang pohon ketika melihat beberapa orang berpakaian hitam keluar dari gerbang desa itu.
'Apa mereka benar-benar datang sesuai perkataan Yoru?' batin Mark yang jantungnya mulai berdetak lebih cepat.
Setelah mengamati keadaan gerbang selama beberapa saat, Mark melihat gadis-gadis yang tangannya diikat dengan tali dituntun keluar dari desa.
Mata mark melebar ketika melihat gadis-gadis muda itu didorong paksa untuk masuk ke dalam kereta kuda besar. Ia mengepalkan tangannya.
Mark sudah sering mendengar tentang hal seperti perbudakan tetapi ini pertama kalinya ia melihat secara langsung, dan emosinya benar-benar terpancing.
Ketika ia akan beranjak untuk keluar dari tempat sembunyinya dan segera melancarkan tinjunya seseorang menepuk pundaknya pelan. Mark terkejut dan hampir saja berteriak namun orang itu menutup mulut Mark dengan tangannya.
"Jangan bertindak gegabah." bisik orang itu.
Mark menyipitkan matanya berusaha untuk melihat wajah orang itu dan segera menyingkirkan tangan kecil yang menutup mulutnya.
"Aquinsha apa yang kamu lakukan disini?!" bisik Mark panik. Ia tidak menyangka gadis pirang itu nekat mengikutinya sejauh ini.
"Aku melihatmu keluar dari gereja diam-diam dan apakah aku bisa tidak pergi?" jawab Aquinsha dengan wajah kesal. Mark mendecak lalu menarik tangan Aquinsha mengajaknya kembali ke dalam hutan namun Mark malah tidak sengaja menginjak ranting pohon dan menimbulkan suara yang lumayan kencang.
Aquinsha menutup mulutnya karena terkejut sedangkan Mark hanya diam, keringat dingin mulai menetes di keningnya.
"SIAPA DISITU?!" teriak seorang yang ternyata berada sangat dekat dengan mereka berdua. Mark mendecih dan segera melepaskan tangan Aquinsha.
Ia segera keluar dari persembunyian dan menarik orang dengan pakaian hitam itu. Mengunci tubuh lawannya.
"Berbicara sepatah kata dan kau akan kubunuh." Mark berbisik kepada orang itu membuat lawannya diam dan hanya meliriknya sinis.
Aquinsha masih bersembunyi tidak berani menampakkan dirinya, ia takut dengan situasi ini namun sepertinya mereka sudah terlanjur terjebak dan sulit untuk keluar.
Mark masih mengunci tubuh orang didepannya, ia sebenarnya takut tetapi sepertinya lawannya tidak sekuat itu, pikirnya.
Orang itu menyeringai dan tertawa pelan. Bulu kuduk Mark langsung berdiri.
"Bunuh? Tidak salah dengar nih?" ucap orang itu dengan nada bercanda. Mark memang saat ini sangat takut kalau ternyata ia salah memilih lawan.
Dengan sangat cepat orang berpakaian hitam itu membalik tubuh Mark dan membuatnya tersungkur ditanah, hanya dalam sekejap mata.
"Loh? Kamu sudah gemetaran?" tanya orang itu seraya mengeluarkan sepasang pisau kecil dari tasnya.
Melihat itu Mark langsung menarik pedangnya dan berdiri dengan gemetaran.
"Ohh pakai pedang ya"
Orang itu langsung menerjang kearah Mark dengan sangat cepat sehingga Mark tidak sempat menahan serangannya.
Sraaaaat
Darah mulai membasahi pakaiannya. Bahu Mark terasa sangat sakit tetapi ia hanya bisa menahannya.
'Sial'
Orang itu menyeringai lalu tertawa melihat Mark memasang wajah marah.
"Aku ini Lin yang merupakan anak buah kesayangan bos Reon, anak sepertimu berani menyanderaku?" Lin tertawa lagi. Mark menggeram kesal tetapi bagaimanapun Lin sangat cepat, ia tidak bisa menyangkalnya.
Lin kembali maju dan berniat menyerang Mark dengan cepat namun kali ini Mark dapat menahan pisaunya dengan pedang.
Lin sedikit terkejut karena Mark dapat menahan serangannya yang sangat cepat, dan menyeringai.
"Hebat juga," ucapnya.
Mark menggigit bibir bawahnya, ia sudah tidak kuat menahan lagi, terlebih lagi luka di bahunya terasa sakit sekali saat ini.
Lin mendorong Mark kebelakang dan membuat laki-laki berambut putih itu terjatuh jauh dari pedangnya. Ia lalu meletakkan pisaunya di depan wajah Mark.
"Tamatlah sudah." Lin berkata sambil menjilat bibirnya.
Mark meneguk ludahnya, ia tidak berani melawan dan tubuhnya terasa mati rasa.
Tiba-tiba batu sebesar kepalan tangan terlempar tepat mengenai kepala Lin, membuatnya tersungkur ditanah.
Mark menggunakan kesempatan itu untuk berdiri dan dan mengambil pedangnya kembali.
Lin berdiri agak terhuyung dengan darah memenuhi wajahnya. Mark merasa ngilu melihat pemandangan didepannya, namun ia tidak sedikitpun mengendurkan pegangannya pada pedangnya.
Lin meraba dahinya dan melihat tangannya yang penuh dengan darah, ia menggeram lalu melirik Mark dengan tatapan seperti menatap mangsa.
——————👧🏻
Chapter selanjutnya akan ada adegan aksiiiioioioi 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
AdventureMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...