51. Pembantaian oleh Albion

1.8K 213 9
                                    

[Aquinsha's POV]

Aku menutup mulutku dengan kedua tangan ketika melihat semua pasukan yang mengelilingi kami melayang terdorong kebelakang dengan kencang.

Aku mengalihkan pandanganku kearah laki-laki bersurai cokelat muda yang sedang tersenyum itu.

"Kau benar-benar penyihir..." ucapku pelan, namun tetap bisa terdengar Albion.

Albion tidak menjawab apapun dan hanya tersenyum ke arahku.

Pasukan yang bangkit dan hendak menyerang kami dengan mudah dihabisi oleh Albion, hanya dengan menggerakkan tangannya. Seram sekali.

"Aquinsha, pergilah bebaskan warga yang ditahan." Albion berbicara padaku dan melirikku.

"Bagaimana caranya?" balasku terkejut. "Aku bahkan tidak tahu tempat ini."

Albion menghela nafas dan berbalik. "Kalau begitu aku temani."

Albion menarik tanganku dan menyerang semua pasukan yang ada didepan kami, membuat jalan lebar untuk kami dilewati.

Kekuatannya tidak main-main memang. Apa aku juga bisa sepertinya? Katanya kita satu species.

Albion dan aku berlari ke sebuah gubuk yang lumayan besar, dan tanpa menunggu apapun Albion mendobrak pintunya.

Aku hanya bisa meneguk ludahku, walau tahu diriku aman tetap saja perasaan takut menyelimutiku.

Beberapa pasukan mengikuti kami, dan didepan ada seorang pria yang terlihat cukup kuat.

"Lepaskan mereka semua!" Albion berteriak kepada pria itu dan mengeratkan pegangannya di tanganku.

Pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun dan hanya mengeluarkan pedang panjangnya.

Aku melihat warga-warga yang disandera dengan tatapan iba.

"Walaupun aku ingin sekali balas dendam pada laki-laki yang rambutnya putih itu," ucap pria itu.

"Tapi tidak apa lah." lanjut pria itu sambil menjilati bibirnya.

Albion hanya berwajah datar, sama sekali tidak terlihat ketakutan. Aku meremas gaunku.

"Albion, dia sepertinya kua—"  belum selesai aku mengucapkan perkataanku Albion langsung menggerakkan tangan kirinya dari atas ke bawah.

Pria didepan kami itu menancapkan pedangnya di tanah dan berusaha untuk melawan tekanan gravitasi yang diberikan Albion.

Aku yang berada di dekat Albion tidak menerima efek apapun, namun semua orang disekitar kami langsung terbaring ditanah, termasuk para warga yang disandera.

Melihat itu aku memukul punggung Albion, membuat laki-laki itu menengok kearahku.

"Para warga juga terkena efeknya!" teriakku pada Albion yang membuat Albion refleks menarik tangannya.

Efek itu menghilang.

Semua orang disekitar kami bisa bergerak lagi, dan aku menghela nafas lega.

"Maaf aku lupa.." ucap Albion pelan lalu ia segera menggerakkan tangannya kearah pria didepan kami.

"Kita selesaikan diluar," Albion menarik pria itu dan melemparkannya keluar ruangan.

Aku bergidik ngeri melihat pria itu terjatuh sangat kencang ke tanah. Albion berjalan keluar masih menggenggam tanganku. Mungkin agar tidak ada yang berani menyanderaku.

"Tuan Lin!" teriak salah seorang pasukan dengan panik.

Pria yang bernama Lin itu berdiri dan mengelap darah di pergelangan tangannya.

"Ternyata kamu kuat." Ucap Lin sambil tersenyum kecut.

Albion mengernyitkan dahinya, "kalau sudah tahu begitu menyerahlah saja." balasnya.

Lin terdiam beberapa saat dan mengencangkan pegangan pada pedangnya.

"Aku.. tidak akan menyerah bocah penyihir." Lin mengangkat pedangnya dan mengacungkannya pada Albion. Aku hanya dapat menggigit bibir bawahku dengan gemetar.

"Demi Bos Reon, yang sudah menyelamatkanku hari itu," lanjut Lin dengan wajah sedih, namun ia tetap tersenyum.

Albion menatap Lin tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku hanya diam dan menonton, tidak berani berkata apapun.

"Padahal kalau kau menyerah, aku akan membiarkanmu," Albion menghela nafas tiba-tiba dan menggerakkan tangannya dari depan ke belakang.

Tubuh Lin tertarik hingga berada tepat di depan tubuh Albion.

"Aku tidak berniat mendengar ceritamu setelah melihat yang kau perbuat ini," Albion melirik para warga yang di sandera lalu kembali menatap Lin.

Aku dapat melihat ketakutan di wajah Lin. Saat ini Albion terlihat lebih menyeramkan dari orang-orang jahat itu.

Albion menarik kerah Lin dengan kencang.

"Pengabdianmu itu-"

"Ditujukan pada orang yang salah tahu!" Albion membenturkan dahinya ke dahi Lin.

Padahal Albion pendek, tetapi saat ini entah mengapa terlihat
seperti raksasa dan menyeramkan.

Albion mendorong tubuh Lin hingga terjatuh ke tanah dengan kencang.

"Maaf saja ya, tapi dia itu orang yang benar bagiku!" Lin kembali berdiri dan memegang pedangnya.

Dengan tiba-tiba Lin berlari secepat kilat ke arah Albion sampai aku tidak bisa melihat pergerakannya.

Buuuk

Albion menggerakkan tangannya dan mendorong tubuh Lin hingga menabrak dinding.

Lin yang terlihat kesakitan kembali berdiri dan memasang kuda-kuda.

"Aku belum menyerah!" teriak Lin yang langsung berlari menerjang Albion.

Bruak

Albion kembali mendorong tubuh Lin hingga menghantam dinding. Namun Lin belum menyerah dan tetap bangkit berusaha untuk menyerang Albion.

"Albion..." lirihku.

Lin berdiri dengan kesusahan dan kembali menerjang Albion.

"Aku tidak ingin menyerah! Demi bos Reon!" teriak Lin pantang menyerah.

Albion mengigit bibir bawahnya, sepertinya Albion merasa tidak enak untuk terus menyiksa paman itu.

"Menyerahlah saja!" balas Albion berteriak dengan suara serak dan menjatuhkan tubuh Lin ke tanah dengan tekanan gravitasinya.

"Menyerah saja.. aku sudah lelah.." gumam Albion pelan namun aku masih bisa mendengarnya.

Lin sudah tidak bisa berkutik, tubuhnya mati rasa di semua bagian, lawannya berada di level yang berbeda, senekat apapun dia tidak akan menang. Lin memejamkan matanya dan tersenyum pahit.

"Maafkan saya, bos Reon. Tapi ini sudah melewati batas tubuh saya."


[Author's POV]

Setelah Albion membantai seluruh pasukan termasuk Lin dan mengikat mereka dengan tali, Aquinsha melepaskan tali yang mengikat tangan para warga yang disandera.

"Terimakasih nak," ucap seorang ibu-ibu yang matanya merah karena terus menangis.

Aquinsha hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

Albion berkeliling desa untuk memastikan tidak ada satupun anggota kelompok yang kabur.

Ia tidak ingin orang-orang seperti itu tetap hidup nyaman dan melanjutkan perbuatan jahatnya.

Aquinsha bangkit berdiri setelah semua warga sudah bebas dan segera berlari mencari Albion.

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang