[Author's POV]
Lin berlari dengan sangat cepat dan melukai kaki Mark, membuat laki-laki bersurai putih itu meringis kesakitan.
"Kau beruntung karena aku hanya membawa pisau kecil." Lin mendecih kesal melihat serangannya tidak berdampak besar. Walaupun itu sudah sangat menyakitkan bagi Mark.
Mark memperhatikan Lin yang mulai kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Darah yang keluar dari kepalanya sangat banyak.
Ia melihat kesempatan untuk kabur dan langsung menarik tangan Aquinsha tetapi terlambat, pasukan lawan sudah menyadari keberadaanya.
4 orang maju dan mengunci tubuh Mark, dan seorang pria juga menarik Aquinsha.
Mereka berdua tertangkap dalam keadaan terburuk. Beberapa kali Mark memaksa melepaskan diri namun tidak berhasil, karena yang menahannya 4 orang, dan mereka semua bertubuh lumayan kekar.
Mark dan Aquinsha dibawa masuk kedalam desa. Mereka dapat melihat banyak mayat tergeletak di tanah penuh darah. Aquinsha mulai menangis dan menahan rasa mual yang menyesakkan.
Mark memberontak dan berusaha melepaskan diri dengan menggigit tangan salah satu orang yang menahannya. Orang itu kesakitan dan melepaskan tangannya dari tubuh Mark.
Kesempatan itu Mark gunakan untuk mengambil pedangnya dan melepaskan diri dari orang-orang yang menahannya.
Aquinsha yang melihat itu terus menangis, ia merasa sangat takut.
Mark berdiri memegang pedangnya, lalu melihat sekelilingnya yang penuh dengan pasukan berpakaian hitam.
Ia menarik nafasnya lalu segera menyerang lawan yang berdiri terdekat dengannya. Tidak ada pergerakan cepat dari targetnya membuat Mark merasa lebih percaya diri.
Tanpa menahan apapun, mark menebas dada orang itu. Sebanyak 10 orang berlari kearahnya dengan tatapan marah. Namun Mark tidak kesulitan menghindari serangan mereka.
Selain karena pasukan yang menyerangnya tidak secepat Lin, Mark mudah mengingat pola serangan lawannya, membuatnya bisa menghindar.
Mark menebas mereka satu persatu dan terus maju, melupakan rasa takutnya. Aquinsha terus berteriak memanggilnya namun Mark tidak mendengar hal lain selain suara pedangnya.
Tubuh Mark penuh dengan darah, ia sudah berkali-kali terkena serangan, tubuhnya sangat kesakitan saat ini, tapi sudah tidak ada jalan kabur.
•
[Mark's POV]Aku terus menebas semua orang yang mendekatiku, seperti orang gila yang ketakutan.
Sekilas aku mendengar suara Aquinsha memanggilku, tetapi aku tetap tidak berhenti.
Kakiku sakit karena tebasan dari Lin sebelumnya, lenganku juga terasa sangat lemah, bahkan saat ini perutku sepertinya tersayat.
Aku sudah banyak menyerang tetapi mengapa jumlah mereka tidak berkurang?
Dari tempatku saat ini aku dapat melihat Aquinsha yang sedang menangis, dan....seseorang berlari kearahnya?!
Aku mengeratkan pegangan pada pedangku dan berlari sekuat tenaga melupakan tubuhku yang terasa sakit.
"Aquinsha!" teriakku saat berlari kearahnya.
Ketika salah seorang pasukan berniat untuk melukai Aquinsha dengan pisaunya, aku menarik Aquinsha dan menggunakan pedangku untuk menahan serangan orang itu.
Namun pandanganku menjadi kabur dan aku terjatuh.
———— 🌿
Mulai chapter ini udah ada jadwal update ya! ❤️
Sabtu
Minggu
Rabu
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
PertualanganMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...