2. Melunasi hutang Nyonya Jean

5.4K 595 10
                                    

[Mark's POV]

"Nah, ini dia upahmu minggu ini!", Ibu Zera menyodorkan kantong berisi 100 koin perunggu itu kepadaku.

"Akhirnya uangku! Kemarilah, datanglah pada ayah!", aku merebut kantong berisi uang itu dan segera berlari menjauh sambil meloncat-loncat gembira. Tidak lupa juga menciumi kantong buluk itu.

Ibu Zera hanya menghela nafas karena melihatku bertingkah kekanak-kanakan. Namun begitu, ia sangat menyayangiku, aku tahu itu ahahaha.

"Nyonya Jean!", teriakku begitu memasuki sebuah bangunan berwarna merah marun yang merupakan bar kecil.

"Ada apalagi Mark? Mau membayar hutang-hutangmu?!", balas Nyonya Jean yang sedang mengelap meja.

Aku berjalan ke arahnya, lalu menyerahkan 50 koin perunggu.

"Saya mau membayar hutang kamar kos saya bulan kemarin yang kurang 50 koin perunggu itu hehe", aku tersenyum lega karena hutangku sudah lunas.

Nyonya Jean menghitung kembali koin perunggu dariku, lalu ia tersenyum ramah. "Jangan telat bayar lagi loh!"

"Siap, nyonya bos!", aku mengacungkan jempolku, lalu segera kabur ke kamarku.

Nyonya Jean itu adalah pemilik kos yang aku tempati sekarang ini, ia juga yang menjaga bar milik suaminya.

Suaminya, Tuan Joseph, sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu, sedangkan anak perempuannya sudah menikah dan ikut suaminya berdagang.

Walaupun pemarah, tapi Nyonya Jean itu baik sekali, kamar kos ini seharusnya berharga 300 koin perunggu sebulan, tapi khusus untukku hanya 250 koin perunggu! Aku benar-benar harus membalas kebaikannya suatu hari nanti.

Aku mengeluarkan upahku yang tersisa 50 koin perunggu itu dari kantong.

"Hmm, tinggal 50 koin perunggu, padahal masih seminggu lagi sampai dapat upah."

Aku memasukkan 10 koin perunggu ke dalam kotak tabunganku, dan mengembalikan 40 koin lainnya ke kantong.

"Hahh, walaupun orang-orang bilang hidupku susah, bagaimanapun aku sudah terbiasa", aku menatap langit-langit kamarku. Kamar kos sederhana ini sekarang terasa seperti rumah.

Aku memejamkan mataku, sampai ketiduran. (?)


[Author's POV]

Aquinsha bergulung-gulung di kasurnya. Ia kehabisan akal untuk mencegah pengumuman pertunangannya dengan Pangeran Vellas.

"Rachel! Apa yang harus aku lakukan?!", ia bangkit dan menarik tangan pelayannya itu. Rachel menghembuskan napasnya.

"Tuan Putri, saya pun tidak tahu, misalnya pun saya tahu tidak akan saya beritahu, karena bisa-bisa saya langsung di eksekusi Yang Mulia Raja", Rachel memalingkan wajahnya dengan takut-takut sekaligus ingin tertawa.

Aquinsha melongo

"Apaa?? Kamu jahat Rachel! Aku tidak tahu lagi!", Aquinsha kembali berbaring di kasurnya dengan kesal. Rachel tersenyum gemas.

"Aku mau tidur saja!"

"Baiklah Tuan Putri, selamat tidur", balas Rachel masih terkikik pelan. Ia mematikan lampu kamar dan keluar dari kamar putri.

Aquinsha memeluk gulingnya.

"Aku tidak bisa begini terus", gumamnya.

"Aku harus melakukan cara itu."

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang