39. Maukah kau berbaik hati?

2.1K 269 0
                                    

[Author's POV]

Mark berjalan keluar kamarnya dengan lesu. Laki-laki bersurai putih ini berjalan ke arah ruangan dengan pintu cokelat dan menghela nafasnya beberapa kali sebelum mengetuk dan membuka pintu itu.

Cklek.

"Yo," Mark berjalan mendekati ranjang Yoru sambil mengangkat tangannya, bermaksud menyapa.

Yoru menatap Mark yang mendekatinya dengan bingung.

"Untung kau belum tidur." Mark menggaruk belakang kepalanya dengan kikuk.

Laki-laki berambut merah yang terduduk di ranjang masih terdiam dan memandang Mark penuh heran.

"Aku.. belum bisa tidur saja." jawab Yoru akhirnya.

Mark dan Yoru terdiam, dalam beberapa menit mereka bahkan tidak saling menatap satu sama lain, menciptakan suasana sunyi yang menekan.

"Hmm.." Mark berjalan mendekati jendela dan menatap keluar tanpa minat.

"Aku kira kamu marah kepadaku." Yoru memulai percakapan dan memecahkan kesunyian diantara mereka berdua.

Mark tidak menoleh dan semakin menyandarkan tubuhnya ke jendela. "Sebenarnya aku hanya kesal, aku pun tidak dirugikan karena ulahmu, ditambah Bapa Ed juga sepertinya tidak marah padamu. Jadi untuk apa aku marah?"

Yoru tersenyum simpul lalu menyandarkan kepalanya di dinding.

"Hei, dimana desamu itu?" Mark bertanya dengan santai.

Yoru terkejut dan langsung menoleh menatap Mark yang terlihat santai. "Mau apa kamu?"

Mark yang mendengar jawaban ketus Yoru langsung menaikkan sebelah alisnya dan balas menatap Yoru.

"Ada yang ingin aku lakukan, tenang saja tidak akan berbahaya." Jawab Mark sinis.

"Tapi mungkin saja disana ada kelompok—", Yoru berteriak dengan wajah cemas namun kalimatnya dipotong oleh Mark.

"Kalau aku bilang ingin menyelamatkan keluargamu... apa kau masih akan menghalangiku?" Mark memandang laki-laki bersurai merah didepannya dengan raut wajah serius.

Yoru terdiam beberapa saat lalu menunduk dan melemaskan tubuhnya. "Aku... ingin menyelamatkan mereka tetapi tubuhku.."

Mark menghela nafas dan menepuk pundak Yoru agak kencang. "Serahkan sajalah padaku"

Yoru menepis tangan Mark lalu mendecih.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan? Apa kamu ingin meminta imbalan setelah berhasil menyelamatkan keluargaku?" Yoru mengernyitkan keningnya dan menatap Mark dengan curiga.

Kedua mata Mark membulat dan ia teriak dengan kesal. "Hahhh? Pikiran jahat apa itu! Mana mungkin aku selicik itu!"

Yoru masih mempertahankan tatapan curiganya dan semakin menyipitkan matanya, "Siapa yang tahu kan."

Mark mengacak rambutnya sambil menahan diri untuk tidak berteriak. Karena ia tahu ini sudah jam setengah 12 malam.

Yoru memalingkan wajahnya dan kembali menyandarkan kepalanya di dinding. "Kalau begitu mengapa? Mengapa kamu sangat ingin menolongku?"

Suara Yoru terdengar serak dan menyesakkan, seperti menahan tangis.

Mark berhenti melakukan kegiatan mengacak rambutnya dan kembali berjalan mendekati jendela.

Ia menarik nafas pelan dan berdiam menikmati hembusan pelan angin malam.

"Itu... aku ingin mencoba saja"

Yoru yang mendengar jawaban Mark dalam sesaat langsung memasang wajah datar yang entah mengapa terlihat kesal.

"Apa?" tanya Yoru dengan suara yang sedikit melengking

"Aku ingin mencoba saja, bagaimana rasanya menyelamatkan orang-orang seperti ayahku," Mark menjawab sambil tersenyum tulus, membiarkan Yoru melihat ekspresinya.

Yoru terkejut dalam sesaat namun ia hanya memandang Mark tanpa membalas apapun.

"Ayahku itu seorang knight. Padahal darah ksatria mengalir di tubuhku, namun aku malah berakhir hidup menjadi pegawai toko roti dengan gaji 4 perak sebulan," jawab Mark sambil tertawa pelan. Tentu saja ia merasa geli dengan dirinya sendiri, hampir tidak ada keturunan darah ksatria yang tidak berakhir menjadi seorang knight.

"W-wow..?" Yoru yang mendengar cerita Mark menjawab dengan sedikit tergagap.

Mark menoleh ke arah Yoru dan nyengir lebar.

"Nah, jadi bagaimana kalau kau berbaik hati membiarkanku menyelamatkan keluargamu," Mark menatap Yoru yang sedang melongo dengan serius.

"Dan membuatku menjadi seorang knight?" Mark menggerakkan tangannya dan menunjuk dirinya dengan ibu jari kanannya. Laki-laki bersurai putih itu terlihat sangat bersemangat.

Yoru terdiam sejenak lalu tertawa terbahak-bahak. "Ahahahaha! Menarik! Menarik sekali!" teriaknya sambil memukul-mukul pahanya yang tertutup selimut.

Yoru berusaha berhenti tertawa dan menatap Mark yang masih menunggu jawaban.

"baiklah, bantu aku ya, Mark." Yoru tersenyum manis dengan wajah yang masih terlihat pucat.

"Yah, aku akan berusaha sebisaku," jawab Mark yang tiba-tiba merinding setelah memikirkan dirinya akan terbunuh di kota orang.

"Ngomong-ngomong, sekarang kau terlihat sangat sehat loh." Mark tersenyum menyeringai sambil menepuk pundak Yoru yang merasa risih.

Yoru membenarkan ekspresi wajahnya menjadi tenang seperti biasa dan berdeham pelan.

"Jadi, dimana letak desa itu?"

—————— 🌿

Ini chapter yang ditulis tiba-tiba untuk mengurangi kekosongan cerita hwehehe (● ˃̶͈̀ロ˂̶͈́)੭ꠥ⁾⁾

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang