61. Mencari Perpustakaan

1.7K 192 13
                                    

[Aquinsha's POV]

Pagi ini langit terlihat sangat cerah, tetapi udaranya tetap saja dingin. Aku duduk di depan teras menunggu Mark yang masih bersiap-siap.

Ya, hari ini kami akan pergi ke perpustakaan yang ada di kota, bukan hanya Mark, aku juga penasaran dengan misteri-misteri dunia ini, rasanya seperti ada potongan besar yang menghilang tanpa kuketahui.

"Aquinsha, ayo jalan!" Mark menepuk pundakku dari belakang membuatku sedikit terkejut namun setelah melihat wajah Mark aku mengangguk dan bangkit berdiri.

"Hati-hati dijalan ya kalian." Bapa Ed melambaikan tangan ke arah kami. Aku menoleh untuk melambaikan tangan kembali, juga tidak lupa tersenyum.

"Kami berangkat!" teriakku dan Mark lantang bersamaan.

Setelah kami sudah berjalan semakin jauh dari gereja aku melirik Mark yang sedang bersiul pelan.

"Kenapa melirikku begitu?" tanya Mark tiba-tiba, menyadarkanku dari lamunan. Aku langsung memalingkan wajah dan tanpa sadar menyangkal.

"Si-siapa yang— maksudku ada lalat menempel di dahimu, aku risih melihatnya." jawabku terburu-buru. Mark yang mendengar jawabanku terlihat menarik sudut bibirnya ke bawah agar tidak tertawa.

"Ngo-ngomong-ngomong, kamu benar-benar sudah sehat kan ya?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian.

"Sudah tidak ada luka terbuka, hanya beberapa goresan yang tersi—" Mark menghentikan kalimatnya dan menatapku.

"Tunggu, bukankah kamu sudah mengecek tubuhku kemarin malam?" Mark menaikkan sebelah alisnya.

"Oh! Yah, memang benar, aku lupa." aku langsung menjawab ketika mengingat kemarin malam setelah Mark menggendong Albion ke kamar, ia mengaduh kesakitan, jadi aku dan Bapa Ed segera mengecek tubuh Mark.

Aku dan Mark sudah memasuki pusat kota saat ini, dan kami segera bertanya kepada salah satu pedagang yang sedang mempersiapkan dagangannya.

"Permisi, dimana saya dapat menemukan perpustakaan?", tanya Mark kepada seorang ibu-ibu pedagang yang masih lumayan muda itu.

"Oh, jarang sekali ada yang ingin pergi ke perpustakaan. Kamu berjalanlah lurus di jalan ini, setelah ada gang kecil belok ke kiri, lalu belok lagi ke kanan, carilah bangunan yang terlihat kumuh dengan tulisan teovi." jawab ibu itu dengan ramah.

"Sangat terpencil ya.." gumamku pelan, namun sang pedagang masih dapat mendengarku.

"Iya, karena masyarakat disini tidak terlalu tertarik membaca, hanya beberapa saja." ibu itu kembali menjelaskan.

Aku dan Mark mengangguk dan segera berlalu pergi setelah mengucapkan terimakasih.

Kami berjalan sesuai arahan dari ibu pedagang itu dan menemukan sebuah gang kecil yang gelap dan pengap.

"Uhh.. kita tidak sedang dibohongi kan?" aku memeluk lenganku erat karena merinding. Bagaimana jika tiba-tiba muncul bandit? Perampok? Atau malah hantu? Hiiii jangan sampai

"Kurasa tidak, lihat itu." Mark menjawab sambil menunjuk sebuah bangunan kumuh dengan tulisan teovi. Aku pun ternganga tidak percaya.

"Hah.. tidak mungkin." ucapku sambil terus memperhatikan bangunan kumuh mencurigakan itu.

"Ayo." Mark berjalan menuju bangunan itu tanpa menunggu apapun, dan aku hanya mengikutinya dengan takut-takut.

Krieek

Mark membuka pintu kayu yang  reyot itu pelan dan membuat seorang laki-laki muda yang ada di dalam langsung menengok ke arah kami.

"Hah?! Siapa kalian!" laki-laki muda itu bertanya kepada kami dengan tampang menyebalkan dan suara ketus.

Padahal belum melakukan apapun, tapi emosiku sudah dipancing oleh laki-laki berambut cokelat tua didepanku ini.

Pletak.

"Sudah dibilang jangan begitu kepada tamu, aish dasar bocah nakal." seorang pria dengan tampang berantakan dan jenggot yang lebat memukul anak laki-laki itu.

Yaaa, bagus sekali, aku merasa senang.

"Ah, maafkan dia, dia ini memang masih kecil dan sifatnya tidak dewasa sama sekali." pria itu menggaruk kepala belakangnya dan tersenyum kikuk kepada kami.

"Aku ini sudah dewasa!" laki-laki muda itu menyangkal dengan nada kesal.

"Ahahaha, tidak apa-apa kok.." jawabku sambil tertawa kecil dan meletakkan tangan kananku didepan bibir dengan anggun. Saat ini aku memberi kode kalau aku kesal loh.

"Oh? Ahhh nona sangat besar hati ya.." pria bertampang berantakan itu menghela nafas lega.

Duh, bukan begitu, aku ini kesal sebenarnya!

"Jadi apa yang kalian butuhkan?" pria berjenggot itu menepuk-nepuk celananya yang penuh debu.

"Apa benar disini perpustakaan?" Mark mulai bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan ia hanya melihat ruangan seperti gudang yang dipenuhi debu.

Pria berjenggot itu melebarkan matanya terkejut lalu mendekati Mark.

"Wah, tidak kusangka kau akan bertanya begitu," katanya dengan nada terkejut.

"O-oh.. bukan ya?" Mark mundur selangkah dan tersenyum kikuk sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk kirinya.

"Tidak, mengapa kalian bisa mengira tempat seperti ini adalah perpustakaan?" tanya pria itu sambil memiringkan kepalanya terlihat penasaran.

— 🧝🏻‍♀️

Stop scrolling, ada ilustrasi 😊
.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TARAAAAA! Aquinsha, Mark, dan Albion untuk kalian ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TARAAAAA! Aquinsha, Mark, dan Albion untuk kalian ❤️

Luv, me.

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang