[Mark's POV]
Disinilah aku berdiri, di depan seorang bos pencuri yang merupakan assasin, sendirian, dan hanya membawa pedang panjang yang kubeli tahun lalu dengan harga diskon.
Lenganku sudah terkena sayatan bahkan sebelum aku bergerak.
Jujur saja saat ini tubuhku langsung lemas, namun aku memaksa untuk tetap berdiri.
Aku ingat, dialah bos yang dikatakan Lin atau siapalah yang aku lawan waktu itu. Bos kelompok Assassins, Reon.
Reon berlari ke arahku sambil menyeringai seram, dan sebelum aku bisa menghindar dia berhasil melukai bahuku.
Sakit sekali sial!
Aku menengok dan melihat Reon sedang tertawa terbahak-bahak. Ya, sepertinya hutan ini benar-benar akan jadi kuburanku huaaaa.
"Anak lemah sepertimu berani datang kedepanku? Sendirian? Hahahahahah!" Reon tertawa keras sampai aku merasa risih.
Aku juga mengapa mendatangi orang ini sih? Jadi menyesal kan.
Niatku yang sebenarnya hanya ingin mengintai, bukan menyerang tapi kenapa harus ketahuan Lin sih. Semua jadi ribet begini. Bohong, padahal aku mengatakan akan menyelamatkan keluarga Yoru.
Reon menjilat bibirnya dan menatapku sambil terus menyeringai.
"Kamu pasti ingin mendapatkan pusaka sihirku kan?!" Reon kembali berteriak.
Keringat dingin mengalir di dahiku, dan jantungku terus berdetak cepat daritadi.
"Bermimpilah nak! Bahkan untuk menyentuhku saja kau tidak akan bisa!" Reon menatapku dengan pandangan meremehkan, membuatku semakin takut.
Hei, saat ini aku tidak berharap bisa menyerangnya dengan kekuatan super yang didapat tiba-tiba lalu menang dengan misterius seperti di novel-novel fantasi.
Aku hanya ingin kabur saja dari tempat ini.
Aku hendak mundur dan berlari kabur namun Reon tiba-tiba sudah ada di sampingku, dan menebas perutku.
Gerakannya cepat sekali.
"Ugh—" darah keluar dari mulutku ketika aku terbatuk dan mengalir di sudut bibirku, membuatku langsung ambruk, bertumpu pada lututku.
Aku meraba perutku yang rasanya seperti terbelah dua, dan kemudian melihat telapak tanganku telah dipenuhi darah.
Aku menggigit bibir bawahku. Aku benar-benar ingin pergi dari sini.
"Karena aku sangat kesal saat ini, bersiaplah untuk mati nak," Reon menarik rambutku, dan mendorongku sampai tubuhku terhempas di tanah.
Rasanya sakit sekali, bahkan untuk menggerakkan kakiku saja sulit sekali.
Aku belum menyerangnya sama sekali, tetapi tubuhku sudah seperti ini.
"Yang mengutusmu datang pendeta tua itu ya? Hahahahaha mau saja disuruh-suruh seperti babu, kau itu hanya dijadikan tumbal tahu! Hahahaha!" Reon menginjak punggungku.
Dia sungguh berbeda jauh dengan anggota-anggota yang aku lawan sebelumnya. Perbedaan kekuatannya 100%.
Aku menatap kedepan dan berusaha meraih pedangku yang terjatuh sekitar 30 cm didepanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
PertualanganMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...