50. Reon VS Mark (3)

1.9K 195 31
                                    

[Mark's POV]

Aku menyeka darah di sudut bibirku dengan sok keren.

"Ayo kita mulai, pertarungan yang sesungguhnya"

Reon kembali meninjuku dengan brutal, namun kecepatan serangannya menurun. Sehingga lebih memudahkanku untuk menghindar.

Reon berhasil melayangkan 2 pukulan di wajahku, dan berhasil membuat darah mengalir dari hidungku. Aku menggigit bibir bawahku.

"Jangan harap kamu menang jika beradu tinju denganku!" Reon mundur satu langkah.

Aku mengelap darah yang keluar dari hidungku dengan lenganku.

"Kamu tau? Wajahmu itu lebih menyedihkan daripada sapi!" mulaiku dengan ejekan receh ala anak kecil. Namun berhasil membangkitkan kemarahan sang bos assassins.

Reon hendak maju dan menyerangku namun aku lebih dulu menendang selangkangannya, lagi.

Aku memang menggunakan cara curang, tapi siapa peduli kan haha

Reon berdiam sebentar karena kesakitan, dan kesempatan itu kugunakan untuk menarik kerahnya.

Ketika tubuh Reon sudah sangat dekat denganku, aku meninju wajahnya keras hingga membuatnya terlonjak.

"Bagaimana kamu masih bisa bergerak seperti itu!" teriak Reon dengan suara frustasi.

Aku tersenyum lega lalu menarik tas kecil yang ada di punggung Reon, melemparnya jauh-jauh.

Reon yang melihat tasnya dibuang begitu jauh dari jangkauannya langsung menarik tubuhku dan menghempaskanku ke tanah.

Aku mengerang kesakitan ketika punggungku jatuh tepat diatas kerikil. Namun aku langsung menahan tubuh Reon ketika ia hendak mengambil kembali tasnya.

"Lepaskan aku makhluk lemah!!!! Kau tidak tahu betapa pentingnya tas itu untukku!" Reon menendang kepalaku.

Aku menarik tangan Reon kebawah dengan kencang dan langsung berdiri, membuat Reon sedikit kehilangan keseimbangannya.

"Tas itu berisi pusaka sihir milik Bapa pendeta kan?" tanyaku sok tegas.

Reon menatapku kesal. "Itu milikku!"

Reon balik menarik kerahku dan melayangkan pukulan-pukulan penuh kekuatan di wajahku. Membuatku hampir kehilangan kesadaran.

Reon yang sekarang ini dikuasai oleh emosi, sehingga ia tidak dapat berpikir jernih. Dan itu berbahaya buatku.

Aku menendang tulang keringnya kencang, membuatnya mundur beberapa langkah dan mengerang kesakitan.

Kalau yang curang-curang begini aku jago sekali ya.

"Aku akan membunuh semua yang menghalangiku!" teriak Reon keras.

Aku tetap berdiri ditempat.

"Kau akan kubunuh! Seperti saat aku membunuh keluargaku sendiri!" Reon maju menerjangku dengan agresif.

"Kamu membunuh keluargamu sendiri?! Kamu ini gila ya!" balasku berteriak sambil menghindar dari pukulannya dan melayangkan tinjuku kearah perutnya.

"Ugh- benar! Aku ini memang gila! Demi kekuatan dan kekuasaan akan aku lakukan apapun itu! Hahahahha!" Reon meludahi pakaianku, ew, rasanya aku ingin langsung mandi.

Mendengar jawabannya yang sama sekali tidak merasa bersalah setelah membunuh keluarganya itu aku geram.

"Keluarga itu ada untuk disayangi!" teriakku membalas obrolan tidak jelas kami ditengah adu jotos ini.

"Loh? Kamu sepertinya tidak punya keluarga ya? Anak yatim piatu nih? Sama dong!" Reon menyeringai penuh makna.

"Tidak sama bodoh! Kamu ini benar-benar bodoh ya! Aku itu—"

"Sangat menyayangi keluargaku sepenuh hati!!" kali ini aku berhasil meninju dada Reon keras, membuatnya sedikit tersedak dan terdorong mundur.

"Kamu itu tidak pantas hidup!" aku menendang tubuh Reon yang sudah berada di ujung jurang, dan membuatnya kehilangan keseimbangan.

Aku tersenyum kecut.

"Selamat tinggal.." ucapku pelan ketika Reon sudah terjatuh ke dalam jurang.

"SIALAAAAN! AKU PASTI AKAN BALAS DENDAM BOCAH!!" teriak Reon ketika sadar bahwa tubuhnya sudah terjatuh kedalam jurang.

Setelah itu aku langsung ambruk dan duduk lemas di tanah. Mengatur nafasku yang tersengal-sengal.

Sejak bangun dari pingsan tadi tubuhku tidak terasa sakit sama sekali, mungkin faktor semangat yang menggebu-gebu dan lupa dengan keadaan tubuh.

Namun sekarang, setelah aku berhasil menyingkirkan Reon tubuhku kembali terasa sakit lagi.

Perutku yang tersayat, semakin terasa sakit.

Kepalaku juga berputar-putar dan pandanganku buram.

"Aquinsha..."

Hingga akhirnya aku terjatuh dan kehilangan kesadaran begitu saja.

———🌺

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang