29. Mark jadi model?

2.6K 355 3
                                    

[Aquinsha's POV]

Aku langsung pergi keluar dari penginapan ketika Mark masuk kamar mandi.

Aku ingat ada sebuah butik besar dan terlihat mewah di dekat penginapan kami saat berkeliling tadi.

Ketika aku masuk dengan jubah dan wajah kotor, juga rambut yang berantakan tidak ada penjaga toko yang datang untuk menyambutku.

Aku sedikit terkejut karena selama ini ketika aku memasuki sebuah toko, semua langsung melayaniku dengan maksimal. Bahkan mereka yang berinisiatif dan datang ke istana untuk mencariku.

Namun aku tidak peduli dan langsung melihat-lihat. Aku lebih terkejut ketika melihat baju yang dijual benar-benar unik.

Model-model bajunya terlihat sangat keren dan tanpa bertanya harga aku langsung memborong semuanya.

Para penjaga toko pun tiba-tiba menjadi sangat baik kepadaku, mereka membantuku mencarikan model-model lain yang sekiranya aku sukai.

Dan begitulah, aku memborong begitu banyak baju, untukku dan untuk Mark juga.


[Mark's POV]

Saat ini sekitar jam 11 malam, aku merasa seperti hampir mati.

"Mark! Yaampun keren sekali! Sudah kuduga ini bakal cocok!", Aquinsha memutar tubuhku berkali-kali, memastikan baju yang ia pilihkan untukku cocok atau tidak.

"Astaga astaga!!! Coba yang ini!", perempuan di depanku ini sudah memaksaku untuk mencoba pakaian sebanyak 9 kali.

"Aquinsha.. aku lelah dan mengantuk", lirihku yang hanya dibalas bibir mengerucut andalan Aquinsha.

"Coba ini!", Aquinsha tidak peduli dan mengambilkan satu setel baju lainnya. Aku hanya menerima baju itu dan segera berganti di kamar mandi.

Aku memakai baju yang berbentuk lumayan aneh, modelnya tidak biasa, belum pernah aku menemukan ada yang memakai baju seperti ini.

Aku melihat diriku di kaca. Entah kenapa aku mulai memasukkan tanganku ke dalam saku celana dan berpose.

"Ternyata aku ganteng juga", aku terus melihat diriku sendiri, pantas saja Aquinsha bersemangat memaksaku mencoba baju-baju.

Ketika aku sedang berpose dan menaikkan poni rambutku tiba-tiba Aquinsha membuka pintu kamar mandi.

Aquinsha tersenyum mengejek. Aku langsung mengembalikan poniku dengan salah tingkah.

"Kamu jangan masuk tiba-tiba dong! Bagaimana kalau aku belum selesai ganti", teriakku dengan malu, saat ini wajahku mungkin sudah merah sampai ke telinga.

"Maaf-maaf tuan Mark", balas Aquinsha yang langsung menarikku keluar dari kamar mandi.

Ia merapikan bajuku lalu tersenyum bangga. Entah kenapa terlihat mengerikan dimataku.

"ini yang terbaik dari yang terbaik", ucapnya sambil menepuk pundakku. Aku hanya diam dan menurut.

"Badanmu bagus sekali ya, kamu makan apa saja? Apa kamu rajin berolah raga? Membentuk tubuh? Bagaimana bisa?", tanya Aquinsha sambil memperhatikanku dari kaki sampai ke kepala. Walaupun merinding aku jadi malu juga lama-lama.

"Ini karena aku makan daging yang dijual dengan harga 5 perak", balasku bercanda. Aquinsha hanya memutar matanya kesal.

Aquinsha itu gampang sekali merajuk, mungkin karena sejak kecil apapun yang diinginkan langsung bisa didapatnya?

"Ada yang harus aku coba lagi?", tanyaku yang mulai menikmati mencoba baju-baju. Sebenarnya ini cukup menyenangkan loh.

"Itu baju terakhir, sana berganti, aku sudah sangat puas haha", balasnya santai, sedangkan aku sedikit kecewa, dengan malas aku mengganti bajuku dengan kaos polos warna hitam dan celana pendek yang warnanya mulai luntur milikku.

Aquinsha melirikku lalu ia mengambil sesuatu dari kantong belanjanya.

"Ini juga buat kamu, tapi yang ini baju santai", katanya sambil memberikan satu setel baju berwarna hitam berlengan pendek dan celana pendek krem kesukaanku.

"Astaga... makasih ya. Ngomong-ngomong kamu habis berapa banyak?", aku menerima baju dan celana dari Aquinsha, aku penasaran berapa harga baju-baju ini. Apalagi dia memberiku 11 setel pakaian.

Aquinsha memainkan rambutnya dengan gelisah dan sesekali melirikku.

"Anu... jangan marah ya Mark", Aquinsha masih memainkan rambutnya. Aku menaikkan sebelah alisku dan ikut merasa gelisah.

"Berapa?", tanyaku tidak sabar.

"10 koin emas"

Aku terdiam sejenak dan memproses jawaban Aquinsha.

"Aku sudah tidak akan terkejut lagi", balasku karena sudah lelah dengan semua pemborosan yang dilakukan gadis didepanku ini. Lagipula itu uangnya, dia akan memberiku lebih saat kami kembali ke Wilhelmina.

"Maaf ya Mark, tapi tenang saja! Sisa untuk melanjutkan perjalanan masih banyak kok", jawab Aquinsha sambil menunjukkan kantong uangnya kepadaku. Memang masih lebih dari cukup sebenarnya, tapi kalau melihat pemborosannya aku jadi khawatir.

"Mulai sekarang, aku yang membawa kantong uangnya. Kita bisa saja kehabisan uang dan mati ditengah perjalanan karena keborosanmu", dengan segera aku menyita sekantung koin emas itu. Aku tidak mau berteriak dan marah karena lelah, tidak berguna juga.

"Ba-baiklah..", jawab Aquinsha yang memang merasa bersalah dan sembrono untuk berboros-boros ditengah perjalanan.

Aku tersenyum kecil lalu menepuk kepala Aquinsha.

"Terimakasih ya, baju-baju nya aku suka semua, kamu pintar memilih ternyata", kataku dengan jujur. Memang aku sangat senang dengan baju-bajunya karena sudah sangat lama tidak mempunyai baju baru.

Aquinsha kembali tersenyum bersemangat dan langsung berbaring di ranjang.

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang