Aquinsha menatap wajah lelaki yang masih terbaring di depannya sambil sibuk memainkan jari-jari mungilnya. Ia tidak punya bayangan kapan lelaki ini akan terbangun, perasaan resah memenuhi dadanya sejak tadi, ia tidak bisa duduk tenang saja.
"Apakah dia akan benar-benar bangun?" Tanya Aquinsha kepada sang kakek tua itu, dan hanya dijawab anggukan tegas olehnya. Aquinsha memajukan bibirnya kesal, daritadi yang dilakukan kakek yang mengaku tabib itu hanyalah membaca koran dan menyeruput teh saja, 'apa benar dia tabib', pikir Aquinsha.
Tanpa mengetahui keadaan temannya yang lain, Aquinsha hanya terus menggenggam tangan Mark selama 1 jam ini, berusaha menyembuhkan lelaki didepannya ini. Matanya menatap Mark sendu, tidak pernah terpikir keadaan akan menjadi seperti ini.
Aquinsha menghela nafas kencang, kemudian meletakkan kepalanya di atas ranjang di samping tubuh Mark, tubuhnya melemas karena menggunakan seluruh kekuatan penyembuhannya. "Kapan kau akan bangun Mark..." gumamnya pelan sambil menahan air matanya agar tidak menetes. "Bisakah kau bangun sekarang...?" Gumam Aquinsha sekali lagi, dan ia dikagetkan dengan suara yang membalasnya, suara lelaki yang terdengar berat dan serak, namun terasa lemah.
"Aku sudah bangun, bisa tidak angkat wajahmu, aku kangen.."
Aquinsha dengan buru-buru mengangkat wajahnya, matanya melebar dan mulutnya melongo, rambutnya berantakan seperti tidak dirapikan selama beberapa hari. "Mark!!!"
Mendengar teriakan Aquinsha, sang kakek menurunkan korannya dan menengok untuk melihat keadaan, dan tanpa sempat mengomel apapun ia bangkit berdiri lalu berjalan menuju ranjang Mark.
Mark tersenyum tipis, dan meraih tangan Aquinsha, "yo! Aku sudah bangun loh."
Aquinsha menatap lelaki itu dengan mata berkaca-kaca, perasaan lega dan bahagia serasa meluap-luap dari dalam dirinya. "Bodoh!!!!!" Teriak Aquinsha dengan air mata menetes dari sudut mata indahnya.
Mark terkejut mendengar teriakan gadis pirang itu, sampai tubuhnya bergetar merespon. "Hei, hei, hei, apa-apaan itu... apa itu benar-benar kata pertama yang kau ucapkan padaku setelah aku bangun... dasar"
"Rasanya aku ingin memukulmu!!" Lanjut Aquinsha sambil memeluk Mark dengan erat
Mark tersenyum senang, "kalau aku sakit lalu mendapat pelukan seperti ini, rasanya jadi ingin sakit terus saja. haha.."
"Awas kau kalau berani sakit lagi!"
Sang tabib menatap dua remaja kasmaran itu dengan wajah malas, "nak, kau sudah bangun ya.. lebih cepat dari dugaanku." Ucapnya tiba-tiba menyela
Aquinsha melepaskan pelukannya dan membiarkan Mark menghirup udara dengan bebas.
"Yah.. sesungguhnya tubuhku sudah sangat sehat sekarang." Balas Mark sambil menggerakkan lengan-lengannya yang sedikit kaku
Sang tabib mengangguk, "yaa.. aku juga menyadari itu, kau memiliki darah ksatria kan."
Mark memgangguk, sedangkan Aquinsha kembali duduk sambil menyeka air matanya.
"Itu yang membuat penyembuhanmu lebih cepat dari manusia biasa, dan ehem, temanmu yang setengah penyihir ini, dia terus-menerus menyembuhkanmu dengan sihirnya." Lanjut sang kakek
Aquinsha mengangguk, "aku ingin kau cepat bangun.."
Mark mengenggam tangan Aquinsha sedikit lebih erat, "terimakasih ya, kau sudah menyelamatkanku."
Kemudian sang kakek berkaca-mata itu berjalan mengambil segelas air dan memberikannya kepada Mark. "Tapi.. entah mengapa penyembuhanmu ini terlalu cepat, lebih cepat dari banyak ksatria yang kutahu." Ujarnya seraya mengecek luka-luka di tubuh Mark
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
AdventureMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...