Kerumitan ini terus menjadi tolak ukur Taehyung untuk menerka-nerka apakah hubungannya akan terjalin sempurna setelah Irene tersadar dari koma. Rasa gelisah seakan menggerogoti relung hatinya.
Ia sendiri bimbang, dan merasa konyol atas niat nya yang ingin menyelamatkan Irene dan mengembalikan nya ke dunia nyata. Kini, ia seperti dibodohi oleh pemikirannya sendiri.
Sepanjang perjalanan menaiki ojol menuju rumah Irene, Taehyung terus menerus merenung. Sebenarnya peran yang ia jalani saat ini itu apa? Apa imbalan yang akan ia dapati setelah semua ini usai?
Pertanyaan itu terus muncul di pikirannya. Tanda tanya besar sudah pasti memenuhi isi kepalanya. Rasanya ingin menghilang saja dari bumi. Benar, rasa cinta dan logika nya seakan menarik ulur satu sama lain.
Di satu sisi, rasa cinta telah memantapkan hatinya untuk terus berjuang menaklukan hati Irene. Namun di sisi lain, logika seolah menggugurkan setengah dari harapannya dengan rasa ragu yang mulai memupuk dalam hatinya.
"Hhh... mau gimana pun, bagi gue ini berat banget rene." Gumamnya sedih, ia merasa kesal akan dimana letak keadilan atas kisah cintanya?
Mengapa cobaannya begitu rumit, pikir Taehyung. Dunia mimpi itu memang ada, namun tak akan pernah mungkin menjadi nyata. Bagaimana bisa, rasa cinta nya mengalahkan imajinasi Irene yang sudah terlampau kuat.
Dirinya seperti terjebak dalam satu labirin. Jika ia mengakhiri perjalanannya, tentu tak akan mudah kembali pada garis awal. Namun bila ia tetap berjalan, mau tak mau ia harus menerima hal apapun yang akan mengejutkan dirinya di garis akhir. Begitu misterius.
Setelah 30 menit melakukan perjalanan memakai ojol, kini Taehyung telah sampai tepat di depan gerbang rumah Irene. Ketika ia turun, ia berucap. "Makasi mas," dan memberikan ongkos nya sesuai tarif
Mas ojol itu mengangguk seraya tersenyum walaupun tak nampak sepenuhnya sebab helm yang menutupi setengah wajahnya. "Sama-sama, jan murung terus mas. Punya muka cakep ko murung kerjaannya.." diakhiri tawa renyah sang driver ojol
Seketika hati Taehyung menghangat mendengar lelucon garing mas ojol itu. "Haha, bisa aja masnya." Sahut Taehyung merasa sedikit tersipu
"Mas ini rumah sendiri?" Ketika pertanyaan itu muncul, Taehyung nampak kembali seperti semula, matanya kembali sayu
Ia terkekeh pelan, "bukan mas, rumah temen." Ulu hatinya sontak nyeri saat satu kata yang ia ucpakan diakhir kalimatnya
Sang driver ojol itu mengangguk mengerti. "Eh maaf mas, saya jadi nanya-nanya. Mari mas saya pamit dulu." Merasa tak enak hati, mas ojol itu lantas menyalakan mesin motornya dan pergi menjauh dari tempat Taehyung berdiri
Taehyung hanya dapat membisu sambil menatap punggung sang driver. Merasa butuh istiahat, ia mulai membuka gerbang dan memasuki halaman luas rumah Irene. Setelah tepat berada di pintu utama, Taehyung lantas membuka nya dengan kunci yang diberikan mamah Irene tadi di Rumah Sakit.
langkah demi langkah Taehyung ambil. Menyusuri ruang tengah, melewati dapur, tempat bersantai, namun tak kunjung pula Taehyung mendudukkan tubuhnya. Entah kenapa, hatinya seakan memilih untuk beristirahat di kamar Irene yang berada di lantai dua.
Dengan raut wajah lelah serta kantuk yang tiba-tiba menyerang, tentu memaksa kedua matanya untuk segera mengatup. Namun kakinya belum menyerah mendaki anak tangga demi anak tangga lainnya untuk sampai ke kamar Irene.
Taehyung sudah tak lagi memikirkan dimana letak adabnya sebagai seorang lelaki yang dengan santainya lebih memilih tidur di kamar seorang gadis, ketimbang di sofa ruang tamu, atau di kamar tamu sekalipun. Ini tentang hati nya yang memilih. Ditambah ia sedang dalam kondisi mengantuk, logika nya tak lagi berguna.
![](https://img.wattpad.com/cover/200088183-288-k448600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Destiny of Dream | by thereow
FanfictionKim Taehyung & Bae Irene [Lokal Version] Irene Kenzia tidak bodoh. Ia jelas tahu jika mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi mimpinya kali ini berbeda. Mau menyanggah pun, rasanya terlalu sulit karena semua terasa sangat nyata bagi gadis itu. Mimpi yang s...