Dokter Muda

453 36 3
                                    

Tok

Tok

Tok

Ketukan itu terhenti saat pintu jati dengan papan kecil bertuliskan 'Ruang Guru' terbuka setengah dan menyembulkan satu kepala wanita berseragam guru untuk memastikan siapa yang datang. Ternyata, itu Suga.

Detik selanjutnya pintu terbuka lebar, Suga yang mengerti mulai berjalan pelan memasuki ruangan yang belum pernah ia kunjungi lagi setelah sekian lama itu.

Suga masih berdiri tanpa berniat duduk di sofa yang sebetulnya sudah disediakan. Menurutnya tidak sopan jika belum diminta. Walau banyak orang yang selalu mengira jika dirinya adalah murid tidak sopan atau tidak tahu etika hanya karna tampang dinginnya, padahal sifat aslinya jauh dari perkiraan bodoh itu.

Bu Fafa tersenyum saat melihat sikap sopan Suga yang kini masih berdiri sambil memandangi ruangannya itu dengan tangan yang berada di depan perutnya. "Duduk, Suga."

Suga menoleh sembari mengangguk. Barulah ia mendudukan dirinya di sofa. Dua detik terdiam, Suga akhirnya berdehem.

"Maaf, ada perlu apa Ibu panggil saya?"

"Begini, jadi sebentar lagi ruangan ini bakal Ibu ubah jadi ruang bidang konseling khusus anak murid SMA WALFERHAM. Nah, Ibu mau minta tolong sama kamu untuk rapihin beberapa barang yang menurutmu tata letaknya kurang pas atau kurang enak." Jelas Bu Fafa.

Suga tersenyum kecut. Apa sekarang dirinya sedang berkamuflase menjadi office boy sekolah?

"Osis itu fungsinya buat apa ya, bu?" Kalimat menohok itu berhasil membuat Bu Fafa bungkam.

Tapi sesegera mungkin ia mengambil alih untuk menjelaskan kembali alasan mengapa ia memilih Suga daripada anak-anak Osis untuk mengurus hal ini.

"Ibu tau, kamu memang ga seharusnya terlibat di sini. Tapi untuk kali ini.. aja, kamu mau, yah? Anak Osis sebetulnya ada, cuma mereka lagi pada sibuk ngedata anak murid yang mau ikut lomba untuk dua minggu yang akan datang."

Suga menghela napas pelan, lalu mengangguk. Dirinya terpaksa mengiyakan. Sebenarnya bukan karna ia tidak suka dengan hal semacam ini makanya merasa terpaksa.

Hanya saja dirinya merasa ragu jika nanti hasil dari tata letak yang ia lakukan akan sesuai. Nanti tamu yang akan datang itu malah kecewa dan nanti dirinya juga yang disalahkan.

Suga tidak mau repot menanggung resiko super menyebalkan itu. Walaupun sedikit kemungkinan itu terjadi, tapi tetap saja membuat hatinya merasa tidak tenang.

Tapi, ya, sudahlah. Mencoba sesuatu yang sedikit membuatnya tidak percaya diri, sepertinya memang harus. Kalau tidak, bagaimana mau tau hasilnya akan seperti apa? Bisa saja hasilnya malah memuaskan untuk dia sendiri yang mendekor sekaligus tamu yang akan menempati tempat ini nantinya.

Tidak ada yang tahu bukan?

Bu Fafa menatap bersalah ke arahnya. "Maafin Ibu ya, kalo kamu jadi merasa terbebani. Ibu nyuruh kamu bukan karna kamu punya masalah, kok. Tapi karna memang anak Osis lagi ga bisa diandelin..

.. Dan sebetulnya juga, Ibu kepingin liat sisi lain dari kamu. Masalah nanti tata letaknya ga sesuai atau gimana, kamu ga perlu khawatir. Karna itu tanggung jawab Ibu."

Akhirnya, setelah Bu Fafa berkata demikian, Suga merasa berbesar hati untuk melakukan apa yang Bu Fafa minta. Ia jadi lebih percaya diri.

Suga menunduk. "Maafin saya juga, saya ga ada maksud buat sarkas sama ibu tadi."

Bu Fafa terkekeh melihat tingkah laku Suga yang menurutnya sangat lucu. Jarang-jarang sekali Suga begini, pikirnya.

"Ya sudah, apa ada yang mau kamu tanyain ke Ibu soal ini?"

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang