Kangen

383 26 2
                                    


27/03/2019 Jakarta Selatan
Pondok Indah

Suara bising disertai getaran itu membuat  Irene berdecak sebal. Setelah kemarin menghabiskan hari liburnya bersama Taehyung dan pulang dalam keadaan rumah yang kosong, Irene baru tersadar kalau dirinya tidur lebih awal malam tadi.

Saat jam beker itu berhenti berbunyi, Irene meregangkan otot lengannya sembari menguap kecil. Merasa cukup nyawa untuk memulai hari ini, gadis itu menyingkap selimut hangatnya dan duduk di pinggir kasur. "Semalem, kok ga mimpi, ya?" 

Kesadaran akan hal itu membuatnya berpikir mengapa ia tidak bermimpi seperti malam-malam sebelumnya. Ini aneh. Padahal tiga malam terakhir mimpi itu selalu mengisi alam bawah sadarnya.

Namun semua asumsi lenyap dalam sejekap. Pipi Irene malah merona saat sekelebat momen bersama Taehyung kemarin minggu terlintas dibenaknya. Hatinya benar-benar dibuat senang.

Senyuman seketika terbit di wajah cantiknya. "Mending sekarang gue mandi dan siap-siap berangkat sekolah." Kemudian bangkit menuju kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu, kini Irene memoles wajahnya dengan sedikit taburan bedak serta menambahkan liptint berwarna natural di bibir tipisnya. Setelah merasa cukup, ia mendadak termenung menatap kosong ke depan cermin.

"Vante, i miss you.."

Kalimat sakral terucap begitu jelas sampai membuat si pengucap tersadar bahwa ini sudah terlalu jauh. Ini jelas salah. Vante hanya ilusi. Tapi kenapa hatinya merasa keberatan jika malam tadi mereka tidak bertemu untuk saling menyapa?

Demi Tuhan, Irene rindu itu semua. Irene ingin Vante kembali mendatangi mimpinya. Sampai kapan ini tidak terjadi lagi? Apakah mimpi indah itu benar- benar telah usai?

Irene hanyut dalam asumsi dan pikiran-pikiran buruknya. Kemunculan Vante dari awal memang selalu mengejutkan dirinya. Terlepas dari sosoknya yang memang ilusi, tetapi semua perlakuan lelaki itu sangat kelewat nyata jika dirasakan.

Ilusi yang nyata. Hanya kalimat itu yang dapat mendeskripsikan sosok Vante.

"Mau sampe kapan ngelamunnya?"

Teguran Mama sontak membuat Irene gelagapan. "E-eh Mama, i-ini udah beres, kok. Tinggal sarapan."

Mama tersenyum, "Rene, kamu sering-sering deh maen sama Taehyung. Dia itu orangnya unik." 

Hatinya menghangat. Semua perkataan Mama benar. Irene mengulas senyum tipis. "Iya, ma. Unik."

Mama terkekeh sembari merangkul Irene. "Doa yang terbaik deh buat kalian."

Kalimat itu membuat Irene berhenti melangkah. Mama menoleh bingung. "Kenapa?"

"Mama sejak kapan kenal sama Taehyung?"

"Oh itu, jadi giniㅡ"

"Mama! Irene! Ayo dong, Papa hampir telat, nih. Ada meeting pagi ini di kantor."

Kalimat itu membuat Mama maupun Irene lantas bergegas turun ke bawah. Sarapan juga terpaksa dilewatkan karna Papa yang dikejar waktu untuk sampai di kantor lebih awal.

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Mobil BMWX6 terhenti di depan gerbang sekolah dengan decitan yang hampir tidak terdengar.

Lelaki bernama Taehyung Pramudya lantas turun dari mobil dengan senyum cerah. Tidak bermaksud untuk menebar pesona, tapi semua siswi yang berada di lorong maupun lapangan sontak berteriak memanggil namanya dengan histeris saat melihat senyumannya.

Manusia dengan wajah tampan memesona itu masih mempertahankan senyum terbaiknya pagi ini. Puluhan siswi malah sudah dibuat pingsan karna saking takjubnya.

Suasana hatinya yang kini secerah awan dilangit, membuat Taehyung terus tersenyum tanpa peduli pada siswi-siswi di sini yang sudah tergeletak tak berdaya atas ketampanannya.

"Taehyung!" panggil seseorang di belakangnya.

Taehyung berhenti seraya menoleh. Dan ternyata itu Jimin. Lelaki dengan tinggi seadanya itu kini  setengah berlari ke arahnya. "Hai. Yuk ke kelas bareng."

Ajakan itu membuat Taehyung menggeleng. "No, no, no. Gua mau ke kelas Irene. Kalo mau ke kelas, duluan aja."

Jimin menahan tawa. "Udah mau masuk, nanti aja ngebucinnya. Buru ke kelas." Seraya menarik lengan Taehyung.

Lelaki tampan itu mendelik tidak suka sambil menghempaskan lengan Jimin. "Gua bisa jalan sendiri kali." Kemudian melangkah mendahului Jimin.

Jimin yang ditinggal, hanya bisa terkekeh geli melihat reaksi Taehyung yang nampak kesal.

.
.
.
.
.

Vote + Comment, please!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote + Comment, please!

From : igirl
Semoga kalian selalu sehat dan baik, ya!
Love you♡

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang