Ingatan Lama

467 34 5
                                    

Di lorong kelas XI-B IPS, lalu lalang para murid terlihat begitu jelas setelah bel pulang berbunyi lima detik lalu. Taehyung tersenyum tipis saat beberapa siswi centil meneriaki atau memanggilnya. Jimin juga begitu.

Mereka berjalan menjauh dari sana. Tapi tak lama, Taehyung mencekal pergelangan Jimin. Sontak saja lelaki pendek itu menoleh bingung. "Apa?"

"Kenapa tadi?"

"Bukan urusan lu." Kemudian kembali berjalan meninggalkan Taehyung yang bergeming untuk kedua kalinya.

Rasa penasaran itu kembali mencuat dalam hatinya. Taehyung tidak mengerti. Mata hitam itu masih setia memandang punggung Jimin yang mengecil.

Sejak insiden tadi, sikap Jimin berubah. Lelaki itu jadi lebih dingin dari biasanya. Kata-kata yang dikeluarkan juga terdengar lebih menusuk. Seperti ada sesuatu yang menghujam jiwanya.

Taehyung ingin sekali mengejar lelaki itu terus bertanya banyak hal. Tapi ia urungkan karna ada hal yang lebih penting. Pulang bersama dengan Irene.

Meski dalam hati Taehyung mengkhawatirkan Jimin, tapi alasan itu tidak bisa menggagalkan rencananya untuk menjemput Irene agar pulang bersamanya kali ini.

Urusan Jimin biarlah jadi urusan belakang. Toh lelaki itu juga memintanya agar tidak ikut campur.

Yang terpenting, ia harus segera pergi ke kelas Irene. Takut-takut kalau gadis itu sudah pulang duluan. Padahal sama sekali bukan haknya meminta Irene untuk pulang bersama.

Ditolak juga sebetulnya hal wajar. Untuk apa pula Irene repot-repot menerima ajakan Taehyung yang notabennya hanya 'teman akrab beberapa jam lalu'.

Tapi sejujurnya, keinginan ini benar-benar tulus dan murni dari hatinya. Bahkan jika harus jujur lagi, sedari dulu Taehyung tidak pernah seberani ini mengajak seorang gadis untuk pulang bersama.

Entahlah. Sepertinya jika sudah menyangkut Irene, semua energi langsung terserap di tubuhnya.

Tapi sebelum mempercepat langkahnya, Taehyung menelfon bawahan Papa untuk membawakan mobilnya ke sini. Setelah deal, ia kembali berjalan dengan senyum manis. Ketika sampai di depan pintu kelas Irene yang terbuka, ia lantas masuk tanpa mengetuk terlebih dulu.

Dengan jahil, Taehyung mengendap-endap lalu berdiri gagah di depan meja Irene yang kini tengah sibuk merapihkan buku-buku yang tersimpan di laci meja. "Hallo, ladies!"

Bahu Irene tersentak kaget lalu menganga tidak percaya saat melihat Taehyung yang malah terkikik geli detik ini.

"N-ngapain?"

Cukup sudah. Irene memang akan jadi bodoh kalau terus menerus dekat dengan Taehyung. Tapi anehnya, Irene selalu jatuh. Pesona lelaki itu terlalu kuat sampai membuat jiwa di dalam sana tidak bisa menolak.

Gadis yang satunya lagi tampak tidak peduli kemudian bangkit dari duduknya. "Duluan, rene."

Irene menghela napas kecil saat menatap punggung Seulgi yang menghilang di balik pintu. Mau bagaimanapun, posisi Seulgi itu memang sulit.

"Rene?"

Teguran itu berhasil membuat Irene gelagapan. Tangannya kembali merapihkan barang-barang kecil seperti pulpen dan penggaris untuk di masukkan ke dalam tas. Kemudian, ia tersenyum manis. "Nah, udah rapih."

Lelaki itu juga ikut tersenyum. Rasanya ingin sekali menghentikan waktu untuk detik ini. Biarkan ia menatap senyuman itu lebih lama lagi. Biarkan hatinya tetap bertalu riuh karna senyuman itu. Biarkan semua masuk dalam dirinya.

Taehyung rela. Jika itu Irene.

"Oi! Malah ngelamun lagi."

Yang tertangkap basah hanya bisa cengengesan sebelum akhirnya berujar, "Main ke rumahku, yuk?"

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang