Gadis Kecil

361 29 2
                                    

Keheningan merayap setelah Taehyung berkata demikian. Gadis cantik itu sempat menautkan kedua ujung alisnya karna merasa semakin bingung. Kalimat janggal itu seakan menarik dirinya pada masa lalu. Potongan memori usang perihal 'Sang Penyemangat' itu terus mengusik pikirannya. Dan satu lagi, soal 'ante'.

Sejak kecil, Irene memang memiliki ingatan yang cukup buruk untuk mengingat sesuatu. Entah peristiwa penting atau hal sepele. Teman SMP saja dirinya sudah lupa, siapa namanya dan bagaimana wajahnya, Irene tidak ingat. Apalagi masa kecil.

Walaupun memiliki kekurangan yang cukup serius, gadis itu tetap menjalani hari-harinya dengan baik. Ada kalanya memang, kekurangan itu menjadi penghambat hampir seluruh kegiatan belajarnya di sekolah. Tapi baik guru maupun teman-temannya tidak pernah ada yang meledek atau mengucilkan.

Semua berjalan normal. Irene memang sering kesulitan dalam mengingat karna sewaktu ia berumur 12 bulan kepalanya pernah tidak sengaja terbentur saat digendong Papa, kata Mama. Setelah peristiwa itu Irene jadi sulit dalam mengingat. Dan pada saat dikonsultasikan ke Dokter, ternyata benturan itu memang menjadi penyebab utamanya.

Tapi mau bagaimanapun, Irene tetap mensyukuri apapun yang telah terjadi. Toh sekarang, ia mulai bisa mengingat berbagai hal secara detail. Mungkin seiring berjalannya waktu benturan di kepalanya sudah mulai membaik.

"Kok diem lagi?"

Gadis itu seperti ditarik ke dalam realita setelah tadi berkelana. Raut wajah kikuk tidak bisa disembunyikan. Ia menoleh pelan seraya mengulas senyum yang tidak sampai ke mata. "Gapapa, lo lanjut aja ceritanya."

Kendati bibir terasa kaku bila mengucap kata, Irene tetap berkata demikian walau hatinya sedikit menolak untuk mendengar kelanjutan dari cerita masa lalu lelaki itu.

Taehyung terkekeh kecil. "Seru, ya? Tapi maaf ga bisa dilanjut. Waktu istirahat udah lewat 10 menit."

Mata bulat Irene sedikit melebar mendengar itu. "Ya ampun, ga kerasa. Ya udah ayok ke kelas." Seraya bangkit dari duduknya lalu menghadap Taehyung yang kini malah tersenyum ke arahnya.

"Kenapa senyum?"

"Abisnya kamu cantik banget, heran aku."

Celetukan tak berakhlak itu berhasil membuat wajah Irene memanas ditambah jantungnya yang ikut berdebar. Menyebalkan tapi menyenangkan.

Tanpa memberi jeda untuk bernapas, tangan Irene digenggam oleh Taehyung dengan lembut. Tubuhnya menegang ketika kehangatan mulai menjalar. Irene benar-benar dibuat gugup setengah mati. Padahal hal ini sudah pernah terjadi.

Keduanya berjalan beriringan dalam sunyi. Tautan  tangan itu belum terlepas meski jarak kelas sudah dekat. Genggaman hangat yang belum tentu akan terulang lagi itu cukup membuat Taehyung tidak rela jika harus melepas terlebih dulu.

Ketika perjalanan itu masih diiringi sepi, benak sang lelaki malah mulai berkelana menjelajah masa lalu yang terjadi beberapa belas tahun silam. Perihal gadis kecil dengan tatapan membius yang menjadi penyemangat dirinya kala itu.

Bayangan buram masa lalu memang sudah mulai memudar. Tapi entah kenapa ingatan khusus untuk 'Sang Penyemangat' malah semakin bermunculan sejak bertemu Irene. Kepingan puzzle itu juga mulai kembali tersusun. Bahkan semua kata yang terucap saat menceritakan sosok gadis kecil itu pada Irene, itu semua fakta. Tidak ada yang dilebih-lebihkan.

Alhasil, benak Taehyung semakin kusut. Ia sampai tidak sadar jika Irene telah melepas genggaman mereka. "Hei, lo ngelamun?" tegur Irene.

Pemuda itu celingak-celinguk. "Loh? udah sampe kelasmu ternyata." Ia terkekeh sebelum melanjutkan kalimatnya. "Maaf, tadi aku terlalu serius." 

"Serius mikirin apa?" tanyanya penasaran.

Taehyung pura-pura berpikir sebelum akhirnya menjawab asal. "Ngga tau. Aku lupa." Cengiran kotak itu sedikit membuat Irene kesal.

"Dasar aneh. Ya udah gue masuk duluan, ya."

Taehyung menangguk. Manik hitam itu dengan setia menatap tubuh Irene yang mulai menjauh dari jangkauannya. Selang dua detik dahinya berkerut samar.

"Apa mungkin gadis kecil itu Irene?"

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.


Dokter muda berparas cantik bernama Wendy Chessa itu kini tengah berjalan santai menuju kantin untuk membeli beberapa cemilan. Karna jam istirahat sudah lewat tapi perutnya mendadak lapar, ia memilih membeli cemilan untuk menjadi pengganjal disela-sela jam kosongnya.

Tapi satu objek mengambil seluruh atensinya. Seorang siswa yang berada tepat beberapa langkah di depannya. Lelaki itu nampak terburu-buru dengan sekaleng soda yang ada di tangan kanannya.

"Permisi!" ujar Wendy dengan suaranya yang kini bergema di lorong.

Lelaki itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Tatapan dingin itu sedikit membuat Wendy merasa segan untuk melanjutkan kalimatnya. Perlahan tapi pasti, wanita itu melangkahkan kakinya untuk mendekat.

"Kamu siswa yang bantu bersiin tempat saya waktu itu 'kan? Terima kasih, ya." Nada ramah yang disisipkan ternyata belum mampu juga untuk mencairkan tatapan sedingin es itu.

Hatinya harap-harap cemas menunggu jawaban dari sang empu. Dengan sedikit anggukan ia berujar, "Ya. Permisi saya sudah terlambat." Lalu pergi meninggalkan wanita berusia 25 tahun yang kini nampak bergeming.

Meski demikian, Wendy tetap bersyukur karna ia masih bisa berterimakasih pada siswa itu walau hanya dibalas seadanya. Ketika punggung lelaki itu mulai mengecil, seulas senyum simpul tercipta di sana.

"Dingin tapi manis."

.
.
.
.
.

Vote + Comment, please!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote + Comment, please!

From : igirl
Semoga kalian selalu sehat dan baik, ya!
Love you♡

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang