Satu minggu kemudian..
Irene POV
Kalau ditanya tentang bagaimana impersi pertamaku saat bertemu Taehyung, wah, itu buruk. Seratus persen menyebalkan dan memalukan.
Lelaki banyak tingkah dan konyol itu selalu saja membuatku bergeming tanpa kata. Kelakuannya yang aneh sering kali membuatku mengerut dahi merasa heran sekaligus bergumam dalam hati, ternyata ada ya orang kek dia.
Taehyung memang se-random itu. Bahkan sampai detik ini, aku nggak pernah ngerti sama apa yang ada di kepalanya. Tapi anehnya, aku juga nggak bisa benci. Padahal dari dulu, aku nggak pernah mau ketemu sama orang modelan kayak dia. Taehyung seakan punya banyak aura di tubuhnya.
Jadi mau sekesal apapun, dia masih punya aura lain yang mampu menarik lagi atensiku. Aku selalu jatuh dan jatuh.
Bukan hal aneh, sih, kalau kelamaan aku jadi sedikit punya rasa buat Taehyung. Ya lagian, dia selalu muncul di kehidupanku. Mana mungkin aku tidak luluh? Ck. Mustahil.
Kalau saja wajah tampan itu tidak nyata, mungkin aku sudah dengan sengaja untuk selalu mencampakkan presensinya.
Tapi kalian tahu ‘kan kalau wajah tampan Taehyung itu seribu kali lebih nyata jika dilihat dengan mata telanjang? Dia itu sungguh.. ah, mana mungkin aku mengatakannya. Malu malu malu :(
Bagaimana, yah, sejujurnya Taehyung itu memang unik. Dalam pandangan seorang gadis yang tidak memiliki pengalaman apapun tentang lawan jenis atau hal yang berkaitan dengan itu, Taehyung benar-benar berbeda.
Ha, baik. Sudah berapa kali aku memujinya? Dasar.
Intinya kalau bicara soal impresi pertama, itu buruk. Sangat buruk dan memalukan. Tidak perlu dijelaskan lagi oke?
Dan soal bagaimana aku menyukainya, sebenarnya aku sendiri juga tidak mengerti. Begini, aku tahu kalau ini aneh dan menjijikan, tapi sepertinya aku memang terjebak di dalam lingkaran setan bernama benci jadi cinta.
Heol. Bagaimana bisa? Ya, mana aku tahu. Lagi pula mau dijelaskan panjang kali lebar sekalipun, kalian semua pasti sudah mengerti bagaimana cara kerja lingkaran setan itu.
Yang tadinya benci sampai mau nebas kepalanya kalau ketemu, malah tumbuh rasa yang nggak seharusnya. Lagian aku juga nggak mau kayak gini. Irene Kenzia nggak pernah mau ada di situasi ini.
Tapi karena Tuhan dan alam semesta bekerja, mau gimana lagi? Semakin ditolak dan dipaksa berhenti, perasaan itu tetap ada bahkan semakin besar.
Licik, ya? Selalu saja perempuan yang ada di posisi membingungkan begini, memiliki perasaan tapi nggak tahu harus bagaimana. Sedangkan dia—sang lelaki kerdus, terlalu abu-abu sampai aku nggak bisa tebak isi hatinya.
Meskipun Taehyung sering menunjukkan hal yang menjurus ke sana, tapi aku belum yakin. Aku masih bertanya-tanya tentang apa maksud dari semua perhatiannya. Sampai dia rela masuk ke dalam mimpi untuk menyelamatkan aku.
Entah, aku harus bersikap apa untuk menghargai usaha dan tindakannya. Pagi itu, aku hanya bisa menangis sambil memeluk tubuh tegapnya. Berbicara juga belum bisa terlalu lancar karena merasa benar-benar lelah.
Lalu saat aku kembali tidur, tidak ada lagi mimpi itu. Semua sudah sirna. Sepanjang tidur aku tidak merasa apapun selain suasana gelap dan sunyi.
Dan hari ini, aku terbangun karena biasan cahaya mentari pagi dari celah jendela kamar inap. Seutas senyum tipis terukir saat melihat Mama, Kak Wendy, dan—Taehyung, masih terlelap di atas sofa ujung ruangan.
Jam menunjukkan pukul 6 lewat 45 menit. Hari masih sangat pagi untuk membuka mata. Aku lalu mengeratkan selimut agar lebih hangat berniat kembali tidur. Tapi hal itu malah membuatku makin sulit menutup mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/200088183-288-k448600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Destiny of Dream | by thereow
FanfictionKim Taehyung & Bae Irene [Lokal Version] Irene Kenzia tidak bodoh. Ia jelas tahu jika mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi mimpinya kali ini berbeda. Mau menyanggah pun, rasanya terlalu sulit karena semua terasa sangat nyata bagi gadis itu. Mimpi yang s...