Siapa berikutnya?

237 26 22
                                    

Taehyung POV

Jika aku gagal, aku akan kehilangannya. Dan hal itu justru yang sedang kupikirkan, aku tak bisa jauh dari nya.

Biarkan aku menyelesaikan semua dengan caraku. Caraku yang memang kelewat bodoh, kemarin. Aku baru menyadari selepas dirumah, bahwa bisa saja, dekorasi yang terpajang kemarin memang milik Irene. Yang berarti, hari jadi nya.

Entahlah, sudah berapa hari yang terlewatkan. Tapi jika diingat-ingat lagi, tanggal jadi  Irene bukan berawal dengan angka tiga, yang berarti pula sekitar tanggal dua puluhan. Itu benar. Ah! Aku tahu sekarang. Jadi, Tanggal jadi Irene adalah tanggal dua puluh sembilan.

"Dasar bego, kenapa sih ni otak kagak mau nyambung kemaren ish!" cerca ku pada diri sendiri

Menyesal? Sudah pasti. Jangan tanya bagaimana marah nya aku pada diri sendiri yang sungguh bodoh, menangkap sign kecil dari dekorasi rumah Irene, kemarin.

"Tapi, soal mimpi gue juga apa ya...??apa ada kolerasi nya ama Irene?"

Aku hanya menebak. Tapi bila mengingat kalimat itu. Hatiku menjadi sedikit percaya.

"Apapun yang akan kau lakukan, sudah digarisi oleh takdir Tuhan."

Aku termangu, entah harus bagaimana?

Memilih menyesap coffelatte hangat yang ku buat, sebelum naik ke kamar.

Jam menunjukan pukul sembilan, rasa kantukku belum juga datang. Aku memilih berdiam diri di balkon kamar dengan suasana menenangkan.

Tapi berbeda dengan hati ku, yang seakan masih memberontak akan apa yang kulakukan kemarin.

Bila sudah seperti ini, harus bagaimana lagi aku memperbaiki hubungan ku dengan Irene?

Terlebih lagi ini sudah berlangsung beberapa hari.

"Rene, gua minta maaf sedalem-dalemnya sama lo.... Gua bener-bener kagak peka kemaren, gua seharus nya nembak lu duluan, biar gua ga harus kesiksa gini..." keluh ku pada kenyataan yang sangat menampar keras ulu hati ku

Tring

Atensi ku beralih pada ponsel yang kubiarkan begitu saja di atas kasur, "notif apaan sih?" geram ku, karna mengganggu

Jari ku lantas menggeser lockscreen, dan dapat terlihat, hanya sebuah notifikasi game online yang baru-baru ini kumainkan.

Diriku mendecih, "bangsul, kirain notif apaan!"

"TAE, MAU SUSU PUTIH GA NIH? MAMAH BUATIN SEKALIAN?" pekikan mama, benar-benar mengalahkan pengeras suara di gereja

Aku berpikir sejenak, "boleh juga deh, sekalian menghangatkan hati yang masih kedinginan nih, hahaha bucin lu Tae.. " hiburku pada diri sendiri, sejujurnya hati ini masih begitu hancur

Aku lantas berjalan membuka pintu, dan segera menuruni anak tangga untuk sampai dapur.

Kulihat, hanya ada Mamah, Papah ku tidak ada di pantry. "Mah, Papah belum balik?" tanya ku pada Mamah yang masih sibuk mengaduk gelas berisi cairan putih

"Belum, mungkin bakal lembur. Nih susunya, diminum sampe abis ya sayang.." seraya memberikan gelas tinggi itu padaku

Aku menerima nya dengan senyuman tipis. Entahlah, sekadar bergurau saja rasanya tak bisa.

"Kamu ada masalah ya?"

Aku lantas menatap Mamah dengan lamat, dan berdehem. "Ga ko mah, yaelah masa masih muda punya masalah, ada-ada aja..." kupaksakan bibir ini berucap tak sesuai dengan hati

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang