Dua insan itu menikmati makanan mereka dalam diam.Tidak ada obrolan sejak tadi. Padahal dalam hati keduanya ada rasa yang benar-benar mengganggu. Diantara kesal dan bahagia.
Taehyung diam-diam mengeluarkan sebuah camera polaroid dari dalam tas ranselnya. Ia memotret Irene yang kini masih menikmati makanannya dalam diam.
Saat foto itu berhasil ia dapat, Taehyung tersenyum penuh. Ia merasa bahagia bisa mengajak Irene ke sini, walaupun cuaca sedang panas dan kekesalan Irene padanya yang belum juga hilang.
Caranya yang kelewatan itu memang sengaja Taehyung lakukan demi bisa membawa Irene ke sini. Meski pada akhirnya, mereka saling diam tanpa berkata.
Bangku kayu menjadi tempat duduk mereka untuk merehatkan diri sejenak. Sambil memakan kerak telor hangat untuk mengganjal perut mereka sebelum nanti akan berkeliling menikmati beberapa tempat wisata yang ada di sini.
"Bang, jadi bera--"
"Eh, ga usah, rene. Biar gua yang bayar." sela Taehyung lalu membayar kerak telor itu.
Tepat di detik setelah Taehyung membayar kerak telor mereka berdua, Irene merengut kesal.
"Ngapain lo manggil gue pake sebutan rene?" Irene merasa tidak terima nama panggilan yang di khususkan hanya untuk Seulgi itu malah di pakai oleh lelaki yang belum lama mengenalnya.
Karna panggilan itu diperbolehkan Irene hanya untuk orang terdekat saja. Seperti Seulgi, misalnya.
Taehyung berdecak. "Ya 'kan nama lu Irene, masa iya gua panggil bambang."
Irene memutar bola matanya malas, rasanya jika harus berdebat atau mencegah Taehyung untuk tidak memanggil dirinya dengan sebutan itu juga akan sia-sia.
Lalu Irene berdiri dan mulai melangkah pelan mendekati sebuah museum. Tidak peduli dengan Taehyung yang kini menghela napasnya seraya melihat punggung Irene yang semakin menjauh.
"Untung cantik." gumam Taehyung sambil bangkit lalu menyusul Irene.
Camera polaroid yang tadi disimpan pun kembali di keluarkan Taehyung untuk memotret beberapa pemandangan yang menurutnya cukup bagus.
Mereka sudah berjalan beriringan, tapi tak ada yang memulai pembicaraan.
"Lu masih kesel, ya?" Setelah sekian menit hening, akhirnya Taehyung memberanikan diri bertanya lebih dulu.
Memang tidak adil jika hanya Taehyung sendiri yang merasa senang, sedangkan niat awalnya untuk menyenangkan Irene. Bahkan kalau bisa menyenangkan keduanya dengan artiㅡmereka bisa sama-sama menikmati perjalanan mendadak ini.
Irene menhentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Taehyung. "Cewek mana sih yang ga kesel kalo dipaksa-paksa?" Mau ditutup-tutupin pun, rasanya tidak bisa. Irene memang masih merasa kesal pada Taehyung yang tiba-tiba memaksanya ke sini.
Tapi setelah berujar demikian, Irene malah mendadak iba saat melihat raut wajah Taehyung yang kini sedikit menunduk. Sebenarnya sejak awal, Irene ingin bisa menghargai usaha lelaki itu dengan bersikap baik atau sebagainya. Tapi Irene kesulitan melakukan itu. Apalagi jika Taehyung sudah berulah, suasana hati Irene bisa hancur detik itu juga.
Taehyung itu baik, tapi selalu saja menyebalkan di matanya.
"Ayo, kita ke sana." ujar Irene kemudian berjalan mendahului Taehyung.
Taehyung seketika mematung. Ajakan Irene tadi benar-benar berhasil membuat jantungnya berdebar. Ia mensyukuri perubahan sikap Irene yang kini jauh lebih baik dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Destiny of Dream | by thereow
Novela JuvenilKim Taehyung & Bae Irene [Lokal Story] Irene Kenzia tidak bodoh. Ia jelas tahu jika mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi mimpinya kali ini berbeda. Mau menyanggah pun, rasanya terlalu sulit karena semua terasa sangat nyata bagi gadis itu. Mimpi yang sem...