Bimbang

304 31 19
                                    

Pesta Irene sudah berakhir, beberapa jam setelah acara makan-makan. Bu Fafa pun sudah pamit seusai itu. Karna masih banyak pekerjaan yang harus ia urus. Mamah dan Papah Irene sedang sibuk, ditelfon para sahabat nya yang benar-benar ingin tahu bagaimana pesta ulang tahun Irene, karna memang, beberapa media sosial keduanya gunakan untuk membagikan beberapa moment.

Dan jadilah mereka harus ketar-ketir, menjawab telfon maupun pesan di grup chatting. hanya Wendy dan Seulgi yang masih berada bersama Irene di ruang televisi, padahal selingan berita maupun film, tak ditonton oleh mereka karna sibuk dengan kegiatan sendiri.

Seulgi yang sibuk, sebab mengambil foto di beberapa sisi, rumah Irene. Karna memang, arsitektur nya sangat cocok untuk foto yang akan diunggah ke instagram miliknya. Wendy pun demikian, bedanya ia harus menerima beberapa pesan singkat, dari nomor yang tak dikenal. Bukan hal aneh, bila Wendy sangat digandrungi oleh kalangan siswa di sekolah WALFERHAM.

Sedangkan Irene, tengah termenung dengan segala kemelut yang ada di otak nya. Beruntung, tadi saat dikelas, pelajaran yang ia pelajari adalah biologi, jika itu fisika, bisa-bisa Irene jatuh pingsan, saking pusing nya. Satu dalam pikirnya, jika lelaki itu memang hanya omong kosong saja.

Siapa lagi jika bukan Taehyung, Irene kesal mengapa ia terus yang harus sakit hati, karna dirinya. Irene benar-benar kecewa, tak ada ucapan yang ia bisa percaya, jika itu Taehyung.

Lain hal, jika itu menyangkut Vante, ia selalu dan akan selalu percaya, apapun yang lelaki tampan itu ucapkan. Dirinya memang berbeda, pikir Irene. Sangat mampu membuat Irene yang acuh, menjadi mulai melembut kala mendengar suaranya.

Benar. Image Taehyung detik ini, sangat buruk dalam benak Irene. Bukan salah Irene juga untuk berasumsi begitu. Hanya keterlambatan yang dilakukan salah satu nya.

Soal Vante, jujur, Irene masih kebingungan tentang, apa kesalahan yang ia perbuat, sampai Vante mengabaikannya. Irene mulai takut, hal yang ia takuti tak lain dan tak bukan, adalah kehilangan sosok Vante, untuk selamanya.

"Tuhan, tolong cepatkan waktunya... Aku ingin tidur... Dan bertemu dengan nya" doa Irene dalam hati

Ternyata, Wendy mengamati gerak-gerik Irene yang terkadang gelisah, sedih, dan juga--kesal. Ia mencoba menafsirkan semua nya. Tapi, rasanya tak sempurna, bila tak bertanya langsung. Wendy perlahan menghampiri Irene yang tengah terduduk menghadap televisi, walaupun Wendy sangat yakin, Irene tak menonton benda persegi panjang itu.

Wendy mengidahkan Seulgi yang entah kemana, dan ini adalah kesempatannya, karna sudah lumayan lama, dirinya tak berbincang atau sekadar menanyakan keadaan gadis itu. "Kamu lagi kenapa?" tanya nya dengan suara lembut, Wendy yakin jika ia mengejutkan Irene atas keberadaannya, itu akan membuat Irene menutup-nutupi masalahnya

Tanpa menoleh, Irene bergumam, "aku lagi galau, karna mimpi ku" entah kenapa, gumaman itu terdengar jelas ditelinga Wendy, mungkin karna suasana sedang hening tak ada siapapun, selain mereka berdua

Wendy tersenyum kecil tanpa sepengetahuan Irene. Ia lantas membenarkan posisi duduk nya menjadi bersender, di punggung sofa. "Mimpi mu berlanjut ya? Kakak udah tau... Kamu tega rene, kenapa ga pernah cerita atau bahkan curhat tentang masalah itu ke kakak?" ujar Wendy yang berhasil, membuat Irene bertoleh

Irene sedikit terkejut, ia sadar, sudah memberikan clue cukup jelas untuk seseorang seperti Wendy. Irene mencoba bungkam, tapi ujaran Wendy membuat nya menghela napas, "maaf kak... Aku cuma ga mau kakak ngerasain beban ku" sesalnya, bukan itu yang Irene maksud, Irene terlalu malu untuk membongkar semua nya, ia mengerti jika Wendy kecewa

Karna sebenarnya, Wendy sudah lama dekat dengan Irene, dan menjadikan mereka layaknya seorang kakak beradik. Tapi sayangnya, ikatan itu tak mampu membuat Irene mampu membongkar apa yang ia alami akhir-akhir ini.

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang