Terjadi Lagi..

450 35 4
                                    

Mata cantik yang sedari tadi tertutup perlahan terbuka. Tubuhnya terduduk disebuah bangku taman. Kini Irene bisa merasakan kerasnya besi dan rasa dingin saat kulit putihnya menyentuh besi itu.

Tak jauh dari presensinya, ada sosok lelaki tersenyum lembut sambil melangkah pelan mendekatinya. Berdiri di samping dengan bahu kokoh. Dari ujung mata, Irene dapat melihat sosok itu yang entah kenapa hanya terbujur kaku menatap lurus. Senyuman itu telah sirna rupanya.

Irene megerdarkan pandangannya melihat sekitar. Ini adalah tempat waktu ia bertemu lelaki itu untuk pertama kalinya. Danau di depannya masih menggenang tenang mendamaikan. Tapi hatinya malah tersulut api kebingungan.

Diliriknya lelaki yang sejak tadi hanya diam. Sepersekon detik, dua pasang mata bersilang tatap menyiratkan dua arah. Yang satu bimbang bertanya-tanya, satu lagi hanya memberi keteduhan.

Dia, tersenyum lembut.

"L-lo?" Irene hanya bisa mengucap kata itu setelah bersilang tatap penuh tanya. Tanpa memberi jeda untuk bernapas, kini lelaki berbadan tegap itu mengacak-acak rambut Irene asal. Degupan jantung milik gadis berambut gelombang itu seketika berpacu.

Lelaki yang entah bernama siapaㅡ akhirnya duduk di sisi kanan Irene. Pandangannya tidak dialihkan sedikitpun. "Udah puas tidurnya, hm?" Suara bariton yang menggelitik pendengaran, membuat Irene hanya bisa diam membisu.

Tolong, siapapun tolong Irene! Beri dia waktu untuk bisa memahami situasi ini!

"Hei," tegur si lelaki menarik pelan dagu Irene agar menghadapnya.

"G-gue dimana?" Sorot mata itu meminta penjelasan pada si lawan bicara.

"Aduh.. kamu lupa, ya? Kita 'kan janjian di danau ini."

Sungguh, ini semua membuat Irene semakin bingung. Seingatnya tadi siang, dirinya pulang bersama sandiwara bodoh yang ia ciptakan sendiri untuk mengelabui sahabatnyaㅡ Seulgi.

Cuaca saat itu bahkan sudah mendung. Langit waktu senja pun terhampar jelas. Tapi di sini, langit tampak berseri bersama kapas yang menggumpal indah.

Dan.. kenapa ia dipertemukan lagi dengan lelaki ini?

"Apa? Seinget gue taㅡ" lelaki itu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir tipis Irene. "Udah, yang terpenting kita di sini, berdua."

Bulu kuduk Irene meremang. Ia jelas tahu kalau ini ilusi. Tapi lagi-lagi kata 'kenapa' selalu menjadi pengawal di setiap kalimat dalam benaknya. Raga yang ingin kembali itu, seolah ditahan oleh sesuatu yang bernama 'rasa nyaman'.

Manik teduh itu, menenangkan hatinya. Suara bariton khas itu, mendamaikan isi kepalanya. Semua elemen yang Tuhan beri untuk sosok ilusi itu.. Irene menyukainya. Sangat.

Kewajaran yang sebetulnya tidak sama sekali, kini malah mulai tersemat dalam otaknya. Memori itu mulai menyusun kepingan-kepingan rapuh yang ingin dijadikannya sebagai sebuah tujuan.

Tujuan hidupnya.

Irene tenggelam dalam satu kolam yang seharusnya tidak ada. Yang seharusnya tidak perlu menjadi tolak ukur atas kehabagiannya. Yang seharusnya menjadi pengingat diri bahwa ini hanyalah ilusi.

Rasa penasaran kembali mengelitik hatinya untuk mengeluarkan dua kata yang kini mendesak keluar celah bibir. Namun tidak terealisasikan. Gugup dan takjub malah menyergap jiwanya yang tadi telah sadar.

"Kamu suka?"

Menoleh kaku, Irene mengulum senyum tipis sambil mengangguk. "Suka. Aku bahkan ga nyangka masih ada danau secantik ini."

✓Destiny of Dream | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang