Part 9

222 17 5
                                    

Pagi harinya. Afgan telah sampai di bandara. Ia menunggu kedatangan Rossa. Tiba tiba wartawan menyerbu Afgan, membuat Afgan terkejut.

"Mas Afgan, mau nanya boleh?." Ujar sang wartawan. Afgan tersenyum.

"Boleh." Ujar Afgan. Dengan senyum manisnya.

"Ada hubungan apa mas Afgan dengan teh ocha? Ga mungkin kan hanya sekedar sahabat? Kalian Deket banget, sampai sekarang aja mas Afgan jemput teh ocha. Jadi sebenarnya hubungan mas Afgan sama teh ocha itu apa?." Ujar wartawan tersebut. Afgan bingung harus menjawab apa.

"Kita sahabat kok, ga lebih, ini lagi kosong aja, dari pada dirumah ga ngapa ngapain." Ujar Afgan tersenyum.

"Oh oke jadi hanya sekedar sahabat, terimakasih atas jawabannya mas, maaf ganggu." Ujar sang wartawan.

"Ada lagi yang ingin bertanya?." Tanya Afgan.

"Kita ga mau nanya, mau natapin mas Afgan aja, soalnya mas Afgan manis." Ujar wartawan lainnya yang sedari tadi menatap Afgan.

Tanpa Afgan ketahui Rossa melihat dan mendengar kan semuanya. Api cemburu sedang membara di hati Rossa.

Rossa menghampiri Afgan tanpa senyum. Afgan yang menyadari kedatangan Rossa pun tersenyum. Namun tak dibalas oleh Rossa membuat Afgan heran.

Rossa langsung melangkah meninggalkan Afgan. Afgan mengikutinya begitupun team Rossa.

Rossa langsung masuk ke dalam mobil. Afgan benar benar bingung. Ada apa dengan ochanya itu.

Kini mereka sudah di dalam mobil, dan Afgan melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan Rossa diam dan memasang wajah cemberut. Membuat Afgan benar benar penasaran.

Afgan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Sayang, kamu kenapa?." Tanya Afgan. Rossa tetap cemberut.

"Sayang, ayo dong jawab." Ujar Afgan. Rossa menghela nafasnya.

"Kamu kenapa senyum senyum di bilang manis sama wartawan tadi." Ujar Rossa yg sedang dilanda cemburu. Afgan kini mengerti apa yg terjadi dengan Rossa. Afgan tersenyum.

"Oh jadi kamu cemburu?." Ujar Afgan. Rossa diam. Afgan menangkup wajah Rossa membuat mereka bertatap tatapan.

"Cha denger ya, aku senyum karna kan ada kamera, masa iya di depan kamera aku ga senyum. Kamu jangan sebel lagi ya, aku cuman sayang dan cinta sama kamu, dan aku cuman akan melting kalau kamu yang bilang kayak gitu sayang." Ujar Afgan. Perlahan senyum Rossa kembali membuat Afgan lega.

"Jangan sebel lagi ya tuan putri." Ujar Afgan. Rossa memeluk Afgan. Tak lama Rossa melepaskan pelukannya.

Afgan tersenyum menatap Rossa dan kembali melihat jalan dan melajukan mobilnya. Rossa tersenyum menatap Afgan.

"Sayang jangan liatin aku terus dong, kan aku jadi gimana gitu." Ujar Afgan yg terkekeh. Rossa memukul Afgan pelan.

"Ih agan mah." Ujar Rossa dengan suara imutnya itu. Membuat Afgan tertawa. Rossa membuang muka nya.

"Yah marah." Ujar Afgan. Rossa diam. Afgan tersenyum. Dan kembali menatap jalan. 2 jam kemudian mereka sampai di suatu tempat.

"Udah sampai tuan putri." Ujar Afgan. Rossa melihat lihat daerah sekitar.

"Kok kesini?." Tanya Rossa. Afgan tersenyum.

"Kamu inget ga tempat ini?." Tanya Afgan. Rossa kini cemberut.

"Ish ditanya malah balik nanya, ngeselin." Kesal Rossa. Afgan terkekeh. Rossa menatap daerah itu.

"Jadi inget ga nih?." Ujar Afgan.

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang