Part 32

288 16 5
                                    

Keesokan harinya..

Afgan bangun. Ia menghela nafasnya. Melihat jam menunjukkan pukul 6 pagi.

Tak ada yg menyuruhnya bangun, tak ada yg menariknya bangun dari tempat tidur, dan membawanya ke kamar mandi.

Afgan membersihkan diri nya. Setelah siap dengan pakaian nya. Afgan keluar dari kamar nya.

Ia duduk di meja makan.

Tak ada lagi sarapan yg dibuat oleh orang yg ia cintai.

Yg biasanya ia diambilkan nasi, dibuatkan roti, di buatkan susu. Kini dia harus membuat nya sendiri.

Seperti saat dia belum menikah.

Setelah sarapan satu lembar roti, Afgan berangkat ke kantor nya.

Afgan mengerjakan pekerjaan nya dengan fikiran yg tak menentu.

Hingga waktu nya dia untuk ke pengadilan.

Afgan menghela nafasnya. Di depan ruangan Alex sudah menunggu.

Mereka berangkat bersama.

"Semoga aja dia dihukum selama lamanya. Biar mampus tuh orang. Enak aja mau curang sama kita." Gerutu Alex.

Afgan tak menjawab. Dia hanya melihat jendela mobil. Melihat keadaan di luar sana.

Hingga mereka sampai. Dilihatnya istrinya sedang memeluk pria brengsek itu.

Sakit sekali rasanya. Afgan menghela nafasnya.

Rossa miliknya dan akan selamanya miliknya. Itu yg selalu Afgan yakin.

"Itu ocha kan gan?." Tanya Alex. Menunjuk Rossa.

"Ya." Jawab Afgan.

Pengacara mereka datang. Dan mereka berjalan masuk.

"Cha." Panggil Alex. Rossa menengok.

Ia melihat jelas suaminya berdiri di samping Alex.

Tak menatap nya. Hanya menatap ke arah depan.

Terlihat sekali rambutnya yg acak acakan. Tak tertata rapi seperti biasanya.

Jelas saja sebelum berangkat kerja Rossa lah yg merapikan rambut Afgan.

"Kamu ngapain disini Cha?." Tanya Alex.

Rossa tersadar. Dia mengarahkan pandangan nya ke Alex. Memegang lengan Alex.

"Lex aku mohon cabut tuntutan nya. Aku mohon Lex." Pinta Rossa.

Alex mengerutkan dahi nya.

"Sorry Cha, aku ga bisa, Afgan yg ngelaporin bukan aku." Ujar Alex.

"Lagipula dia memang pantas masuk ke penjara." Ujar Alex.

Haris sudah terlebih dahulu masuk ke dalam ruang sidang. Setelah Rossa memeluknya. Polisi membawanya masuk ke ruang sidang.

"Dia sahabat aku Lex. Kamu tau kan cerita aku tentang dia. Ga mungkin aku bisa ngeliat orang yg pernah selalu ada untuk aku di penjara. Yg membantu aku bisa jadi aku yg kuat seperti sekarang." Ujar Rossa. Ia menangis.

"Aku mohon Lex. Aku mohon." Ujar Rossa. Ia berjongkok. Alex membantunya berdiri.

Alex menghela nafasnya. Memegang kedua bahu Rossa.

"Cha, kamu ga boleh kayak gini, kamu lagi hamil, dan ibu hamil ga boleh sedih kayak gini. Ayolah Cha, semua demi kebaikan kita." Ujar Alex. Menjelaskan.

Rossa menggeleng. Ia melihat Afgan yg diam tak berbuat apa apa.

Rossa menghampiri Afgan. Meraih lengan Afgan.

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang