Part 15

202 17 5
                                    

Keesokan harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Rossa pulang bersama Afgan dan Rizky. Mereka satu mobil.

Ya sekitar 3 jam mereka sampai di rumah Rossa. Mereka bertiga turun. Rizky langsung memasuki rumah, sedangkan Afgan dan Rossa menurunkan beberapa barang.

"Makasih agan." Ujar Rossa. Afgan tersenyum.

"Yaudah aku pulang ya, assalamualaikum." Ujar Afgan. Rossa tersenyum.

"Waalaikumsalam." Ujar Rossa.

"Istirahat ya tuan putri." Ujar Afgan. Rossa tersenyum. Afgan masuk dalam mobilnya. Lalu ia pergi dari rumah Rossa.

Rossa tersenyum. Saat hendak masuk ada suara timpukan batu. Rossa membalikkan badan. Dan matanya tertuju pada sebuah batu yg dibungkus kertas.

Rossa membuka kertas nya. Ia membacanya. Kertas itu bertuliskan.

"Jangan takut, aku tak akan mencelakai mu." -calon suamimu-

Setelah membacanya Rossa mengernyitkan dahinya. Ia melihat lihat sekitar rumahnya. Tidak ada siapa siapa.

"Lagi lagi dia, siapa dia. Apa mau dia." Ujar Rossa. Lalu membuang kertas itu. Ia masuk ke dalam rumahnya.

Saat dikamar, setelah bersih bersih badan. Rossa masih bingung siapa orang yg berpakaian hitam hitam itu.

Rossa mengambil handphone nya, ia ingin menelfon Afgan, namun ia tak ingin Afgan khawatir. Tiba tiba Bu asih datang.

"Bu, ada yg nyari ibu." Ujar bi Asih. Rossa mengernyitkan dahinya. Siapa yg mencari nya. Afgan? Ga mungkin Afgan, kalo Afgan pasti dia masuk begitu saja.

"Siapa bi?." Tanya Rossa.

"Bibi ga tau bu, dia pakai baju hitam, dan penutup kepala. Orangnya ganteng Bu." Ujar bi Asih. Rossa yg penasaran ia langsung turun dan menghampiri orang itu.

"Cari saya?." Tanya Rossa. Orang itu berbalik. Dengan memegang pisau yg berlumur darah. Rossa bergidik. Pikirannya sudah negatif.

"Darah pisau ini nanti akan terganti oleh darah darimu." Ujar orang itu yg menunduk. Rossa menelan ludahnya. Ia takut sungguh. Namun ia tak bisa berbuat apa apa. Jika ia berteriak dalam hitungan detik pisau itu pun sudah menancap di tubuh Rossa, jadi tak ada gunanya ia berteriak. Namun ia takut.

"Saya tidak main main, tinggal menunggu waktu saja Rossa." Ujar orang itu lalu pergi begitu saja. Rossa menghela nafasnya namun ia masih takut orang tadi memang terlihat tidak main main dengan perkataan nya.

"Siapa dia, aku tak pernah lihat wajahnya, kenal pun tidak, ada masalah apa dia denganku." Ujar Rossa. Lalu cepat cepat masuk ke dalam rumah dan melangkah menuju kamarnya.

Kini Rossa terduduk di sisi ranjang.

"Apa dia orang yg kemarin?." Rossa menggeleng. "Gak gak bukan, suaranya juga ga sama." Ujar Rossa.

"Tapi apa keuntungan dia meneror ku?." Ujar Rossa yg penasaran namun takut.

Lalu Rossa berusaha untuk beristirahat. Ia berusaha melupakan sejenak apa yg telah terjadi.

Sedangkan Afgan dia berusaha untuk mencari tahu dimana tempat tinggal Haikal, dan semua tentang Haikal.

Ia juga tak lupa mencari tahu dimana keberadaan Vey. Karena ia sungguh takut semua ini adalah ulah Vey namun lewat perantara haikal.

Sehingga saat Afgan berusaha fokus ke Haikal Vey bisa mengambil kesempatan untuk mencelakai Rossa. Ia tak sanggup untuk itu.

Saat Afgan sedang memandangi foto Rossa, orang kepercayaan Afgan masuk.

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang