Part 16

243 17 3
                                    

Hari berganti hari. Hingga dua minggu berlalu. Pria berpakaian hitam hitam selalu menemui Rossa.

Semakin hari mereka semakin dekat, mereka sering bertemu. Berbeda dengan Afgan. Rossa jarang bertemu dengan Afgan. Setiap Rossa ingin bertemu dan menghabiskan waktunya dengan Afgan, Afgan selalu tidak bisa.

Pria misterius itu mampu untuk membuat mood Rossa kembali lagi. Mereka sering bercanda, menghabiskan waktu bersama.

Tatapan mata mereka sering bertemu. Senyum terus terukir di wajah mereka.

"Makasih, karna kamu dateng hari ini, aku ga badmood lagi." Ujar Rossa. Pria misterius itu mengusap kepala Rossa.

"Sama sama, aku mencintai mu, dan aku ingin selalu melihatmu bahagia. Aku sangat senang bisa menjadi alasan mu bahagia." Ujar pria misterius itu. Rossa tersenyum. Entah apa yg ia rasakan saat ini sungguh ia bahagia. Tanpa sadar Rossa memeluk pria itu. Pria itu pun membalas pelukan Rossa.

"Jangan bersedih lagi ya." Ujar pria itu. Rossa tersenyum. Sungguh ia merasa nyaman.

"Apa ini cinta?." Ada jeda. "Gak gak gak cintaku hanya untuk Afgan. Selamanya." Batin Rossa percaya. Rossa melepaskan pelukannya. Lalu ia langsung masuk begitu saja ke kamarnya. Pria misterius itu hanya tersenyum.

"Kamu mulai mencintai ku cha, namun kamu tak menginginkan itu, karena kamu menjaga perasaan Afgan." Ujar pria itu lalu meninggalkan rumah Rossa.

*******

Keesokan harinya... Rossa, gema, dan Reny sudah berada di depan rumah, bersiap untuk menuju lokasi. Namun mereka di kejutkan dengan beberapa orang berpakaian hitam hitam yg telah membawa senjata.

Salah satu dari mereka maju. Yap orang yg selama ini meneror Rossa dengan ancama. Dan bahkan kemarin membuatnya hampir tiada oleh panahnya.

"Sudah ku bilang aku tidak main main." Ujar orang tersebut. Rossa menegak ludahnya.

"Apa masalahmu denganku sebenarnya, kenapa kamu meneror ku terus." Ujar Rossa. Pria itu tersenyum licik. Lalu mengeluarkan sebilah pisau.

"Aku akan membunuhmu saat ini juga." Ujar pria itu. Haikal. Gema maju.

"Apa apa an lu ngomong kayak gitu. Hadapin gw dulu." Ujar gema. Tanpa berkata apapun Haikal mendorong gema. Gema terjatuh.

"Ini urusanku dengan dia." Haikal menunjuk Rossa. "Kau tidak perlu ikut campur." Ujar Haikal.

Reny berusaha menghubungi Afgan namun tidak ada jawaban. Afgan tak mengangkat nya. Handphone nya tak bisa dihubungi sedari tadi. Membuat Reny panik, karena Rossa sedang dalam bahaya.

"Duh gan, lu kemana sih, kenapa hp lu ga aktif." Reny terus menghubungi Afgan.

Diseberang sana, Afgan hanya menghela nafasnya. Menatap handphone yg sedari tadi berbunyi.

"Maafin agan mba, agan ga bisa muncul sebagai diri agan sendiri." Ujar Afgan. Lalu memasukkan ponselnya dan bersiap.

Haikal semakin maju mendekati Rossa. Rossa hanya diam. Ia pasrah, ia tak tahu harus apa.

"Kalau suatu saat nanti Afgan mengetahui siapa pria yg datang kemarin, mungkin dia akan sangat kecewa padaku." Batin Rossa.

"Gan maafin aku udh bohong sama kamu, jika saat ini aku tiada, aku harap kamu bisa bahagia. Aku mencintai kamu gan dengan sepenuh hatiku." Batin Rossa yg menutup matanya. Haikal semakin mendekati Rossa. Reny terus berusaha menghubungi Afgan. Rossa hanya menutup matanya.

Haikal sudah berada tepat di hadapan Rossa. Ia tersenyum penuh kemenangan.

"Buka matamu Rossa. Lihatlah pisauku sudah siap untuk di baluri oleh darahmu." Ujar Haikal, lalu tertawa. Rossa tetap menutup matanya dan tidak berbicara sedikit pun.

Cinta Tanpa SyaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang