23

272 45 2
                                    

Note : alurnya ada yang aku ubah sedikit biar nyambung, cuma sedikit kokk

Happy Readingg !

Hanya dibutuhkan waktu dua jam lebih, keempat pengendara itu sampai di tempat kejadian dengan laju yang sangat tidak bersahabat, Nala sempat mengalami trauma kebut-kebutan dan harus menahan rasa puyengnya dibonceng Bian.

"Are u okay?" tanya Bian yang menyadari Nala sedang mengatur keseimbangannya dalam berdiri. Nala hanya mengangguk sebagai jawaban, ini mah selain trauma, sekalian mabuk perjalanan juga.

"Deket mana jembatannya, Lun? kok gua gak ada liat ada mobil polisi atau semacamnya padahal udah masuk berita."

Tanpa menjawab, Luna melepaskan helmnya kemudian memberikannya kepada Raka, setelah itu dia berlari bergegas ke arah utara, tak jauh dari tempat asal banyak sekali mobil polisi yang terparkir disana, begitu juga dengan beberapa wartawan, jembatan yang disebut sebut sebagai tempat percobaan bunuh diri tersebut sudah di kelilingi garis kuning.

Mereka semua menelan ludah tak percaya, jadi ternyata, beneran?

Arkan mencoba menerobos garis kuning tersebut namun nihil karena dihalangi beberapa oknum polisi yang mencoba memberhentikan aksinya.

"Di mohon jangan melewati garis yang sudah dibatasi." Raka dan Arsa kompak menarik Arkan yang semakin tidak terkendali.

"DIMANA SENNA ANJING??!!"

"Arkan coba tenang dulu, redam emosi lo bentar Senna pasti ketemu kok." kata Arsa berujar berusaha menenangkan Arkan, tanpa diketahui oleh siapapun Nala meraih jaket Arkan dan mengenggamnya erat, hatinya begitu nyeri dan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, Arkan tidak pernah se-gila dan se-prustasi ini sebelumnya, batin Nala.



"Pak, apakah korban percobaan bunuh diri bernama Ayara Sennandita? Jika benar, saya keluarganya. Izinkan saya bertemu dengannya," ujar Luna yang mencoba memberanikan diri bertanya kepada salah satu oknum polisi walau seluruh tubuhnya terasa gemetar yang tak kunjung usai.




Orang itu mengecek data diri dan informasi yang ada ditangannya, kemudian menjawab, "Maaf, bukan dek. Korban bernama Ayanna Serunika, dan sudah diamankan warga setempat, sementara kami pasang garis kuning agar tidak ada orang yang melintas di jembatan ini."

Sumpah demi apapun rasanya sangat mustahil dan sungguh mengejutkan, sebuah perjalanan dengan tujuan menemukan Senna hari ini gagal total. Bukan hanya itu mereka semua dibuat seakan tak percaya dengan keadaan dan kenyataan.

"Anjir, f*ck," Arkan berdecak sambil mengacak rambutnya. Ia lalu berlari ke arah motornya yang terpakir dan segera pergi menjauh dari tempat itu.

Nala menatap sendu punggung Arkan yang pergi dan berlalu begitu saja, dari tadi sedikit pun tanpa ada rasa ingin menoleh atau apapun terhadap Nala, Bian yang melihat itu hanya bisa menepuk kecil pundak Nala beberapa kali, melihat betapa sakitnya yang Nala derita dimatanya. Hey Nala, sekarang tau kan gimana rasanya? batin Bian

"Buat semuanya mending kita pulang, kita bener bener cape, istirahat yang bener hari ini sampai disini saja, gua nganter Luna dulu kalian hati-hati." Raka bergegas beranjak dan segera menarik Luna yang sedari tadi hanya mematung setelah mendengar hal tersebut.

Tanpa basa basi, mereka yang tersisa juga beranjak dari TKP menyusul kepergian Raka dan Luna, ada rasa menjengkelkan dihati namun lebih ke campur aduk, padahal tersisa beberapa tahap lagi agar bisa menemukan Senna, dan ternyata orang yang melakukan percobaan bunuh diri tersebut bukan Senna, hanya saja mirip Senna dan kemungkinan Arsa dan Arkan melihat berita tersebut dengan buru-buru dan meng-claim bahwa itu Senna.


Hm siapa yang tahu... tapi kok bisa?

Pura Pura Lupa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang