Lima hari telah lewat semenjak kejadian yang bisa saja disebut sebagai prank semesta, semuanya telah berlalu begitu saja bagai angin lalu. Semuanya telah kembali beraktivitas, dan hanya bisa menunggu kabar dari pihak kepolisian. Sementara Arkan, mungkin masih berusaha mencari Senna diluar sana.
Pagi hari itu, acara stasiun berita pertelevisian dihebohkan dengan berita foto foto dan video porno gadis SMA dengan seorang remaja berstatus WNA tengah viral dan sedang panas dibicarakan. Nala dan Kinan yang kini tengah asik mengerjakan tugas kerkom mengalihkan atensi ke sumber suara televisi yang dinyalakan dengan volume tinggi.
"Aneh aneh aja ya, pagi pagi beritanya udah berita porno begitu, mana gadis SMA sama warga WNA, fix salah pergaulan banget," ujar Kinan yang matanya fokus ke laptop namun telinganya fokus ke suara televisi.
"Yang namanya nafsu mah mana tau, tapi gila banget sampe direkam," timpal Nala.
"Gua yakin ceweknya stress banget, kek di drakor drakor gitu ceweknya diancem pake video itu buat dijadiin barang semena-mena."
"Astaga, malah disangkut paut-in sama drakor."
"Eh tapi gua penasaran anak SMA mana ya, terus sama warga WNA agak aneh ngga si, bentar ya kepo mau buka artikel dulu." Jari Kinan dengan lihai mengetik berita panas yang tengah terjadi tersebut di laman browser, setelah menunggu proses loading muncul lah beberapa artikel yang siap ia baca.
"Katanya yang cewe alumni sekolah—apa ini susah banget bacanya pokoknya di Australia, terus—ANJIR NAMA SEKOLAH KITA KOK DISINI."
Nala melonjak kaget, ia yang juga kepo mendekat ke arah Kinan yang sudah plonga-plongo membaca artikel tersebut, dengan seksama membaca artikel tersebut dahi Nala mengernyit kemudian saling pandang dengan Kinan yang sampai saat ini mulutnya masih berbentuk 'O' saking terkejutnya.
"Nan, lo tau siapa yang dipikiran gua?"
Kinan menatap yakin lalu berucap, "Jangan bilang yang ada dipikiran lo itu, Senna?"
"Iya," jawab Nala cepat. Tak lama dering ponsel Kinan berbunyi menampilkan nama Arsa yang tengah menelpon dirinya. Dengan cepat Kinan langsung menggeser tombol hijau itu ke arah kanan dan meletakkannya ke telinga.
"Udah liat berita? lo sama Nala dimana biar kita jemput." Nada bicara Arsa benar benar serius.
"Udah, kita lagi dirumah Nala."
"Oke, otw."
•
"Anu, jujur gua ngga percaya sumpah," ucap Arsa ketika semuanya sudah lengkap di dalam mobil, perasaan mulai kemarin kemarin ketemu hal yang bener bener ngga terduga dan terdengar sangat mustahil namun itu kejadian.
"Menurut gua penyebab Senna stress, ya itu, not Arkan," Raka bersuara.
"Tapi kata Mamahnya gua harus tanggung jawab, Ka," Arkan membela dirinya.
"Lo sadar ngga sih, Kan. Lo itu dimanfaatin sama ibu dan anak itu, mereka udah stress terus karena lo adalah salah satu bagian dari masa lalu Senna, jadi mereka juga ikut seret lo ke dalam masalah mereka." Kinan yang merasa kesal langsung nyerocos saja dengan mulutnya itu, persetan dengan Arkan yang kini merasa tersinggung atau tidak.
"Dibilang jangan ikut campur lagi sama urusan Senna kan gini jadinya, lo punya Nala dan segalanya tapi lo malah terjerumus ke lubang busuk itu, mau lo apa sih?!!"
"Kinann udahh." Nala menarik tangan Kinan agar bisa diam, sekarang suasana mobil benar benar tidak mengenakkan.
"Rahasia."
Semua orang memandang ke arah Arkan, termasuk Bian yang sedari tadi fokus menyetir. Matanya melihat ke arah spion belakang menunggu ucapan Arkan selanjutnya.
"Rahasia apa yang kalian sembunyikan dari gua?"
Rahang Bian mengeras, Raka memutar pandangannya ke arah jalanan, sedangkan Arsa Kinan dan Nala memilih diam saja di tempat tanpa banyak bergerak lagi.
"Kata Senna, ada rahasia yang kalian sembunyiin semenjak gua amnesia, apakah itu hal negatif atau positif? baik atau buruk? Lalu kenapa memilih opsi untuk menyembunyikannya?"
"Kok pada diem? tiba-tiba ngga bisa bersuara?"
"Asal kalian tahu, gua kek gini gara-gara ngerasa ada tanggung jawab sama Senna, ngga tau tapi gua kek pernah punya kesalahan besar sama Senna dan gua harus tanggung jawab atas depresi yang dia alami, kan? Terus dia juga bilang ke gua kalo nanti bakal cerita-in semua rahasia kalian tapi katanya lebih baik tanya langsung ke kalian sendiri, termasuk Nala." Arah mata Arkan melirik Nala yang posisi duduknya ada disebelah Kinan dengan diam terpaku.
"Tapi pas gua tanya begini pada diem, atau pada mengalihkan pembicaraan. Se-susah itu kah ngasi tau gua? jatohnya amnesia gua ngerugiin orang orang yang ada di sekitar gua tau ngga?"
"Kenapa sih? Apa yang terjadi setahun belakangan? Gua juga penasaran kenapa pas gua bangun amnesia kenapa tiba-tiba Bian operasi tanpa ada satupun yang cerita-in ke gua apa penyebabnya."
"Arkan, masalah itu—" tiba-tiba Bian menginjak rem pedalnya mengakibatkan seluruh penumpang terpantul ke arah depan.
"Kenapa, Bi?" tanya Arsa.
"Gua hampir nabrak sesuatu," jawab Bian.
"Ehh tapi kok di depan gedung itu banyak orang ya? Apa lagi demo? Tapi kek ngga mungkin." Raka menunjuk gedung seberang yang tak jauh dari posisi mobil mereka berhenti. Gedung yang berada di pinggir jalan itu dipenuhi banyak manusia di depannya.
Raka membuka kaca mobil dan menyembulkan kepalanya keluar, ditelitinya segerombolan orang orang yang terdengar sangat riuh menyebut kata 'turun' yang diulang-ulang, Raka mencoba mengedarkan pandangannya ke atas gedung.
"WOY ANJIR ADA YANG MAU BUNUH DIRI DI ATAS GEDUNG!!!" seru Raka dan semuanya bergegas keluar dari mobil menyaksikan ada seorang gadis yang berdiri dipinggir pagar pembatas gedung.
Orang-orang yang lewat semakin banyak dan juga semakin berbisik-bisik
"Bukannya dia gadis yang ada di video porno yang viral itu?"
"Gua rasa iya, wajahnya familiar."
"Dia stress jadi sampai mau bunuh diri?"
"Iyalah anjir, udah ngga ada harga dirinya lagi kalau gua jadi dia.""Itu... Senna?" Nala berucap pelan.
Arkan yang menyakini bahwa gadis yang tengah berdiri di pagar pembatas itu dengan penampilan acak acak itu adalah Senna segera berlari menyebrangi jalan yang akan menuju ke arah gedung tersebut, akan tetapi takdir berkata lain.
Bunyi klakson menggema di telinga Arkan, ia menoleh ke arah sumber suara, di dapatinya sebuah mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi melaju melintasi jalanan raya dan sukses menghantam dirinya yang sedang menyebrang juga bersamaan dengan jatuhnya gadis itu dari atas gedung lantai 15.
parah makin aneh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura Pura Lupa
Teen Fiction"Dulu, kita sempat mengenal cerita indahnya berbagi perasaan. Tapi sekarang, kita bahkan merasakan pedihnya berbagi rasa kehilangan." Pernah percaya dengan yang namanya pura-pura lupa? Atau kamu adalah bagian dari yang sering mengabaikannya? Karena...