25

251 38 6
                                    

Senna berjalan terhuyung-huyung layaknya orang mabok di sekitar jembatan pantai pora, tempat yang dulu sering dia kunjungi menemui ibu kandungnya sebelum dia dipanggil untuk pulang. Iya, ini adalah salah satu penyebab Ayah dan Ibu tirinya tinggal terpisah. Ayahnya memilih selingkuh kemudian Ibu kandungnya pergi hidup sendiri, lalu Ayahnya menikah lagi dan kemudian malah membiarkan anaknya dan hidup di negri orang.

Kalau saja tahu seperti ini dia harusnya lebih awal memilih tinggal bersama Ibu kandungnya, dan dengan begitu hidupnya akan sedikit damai dan tidak perlu ikut ke Australia, juga hubungannya dengan Arkan tidak sampai harus kandas seperti ini sampai Nala merebut miliknya kembali.

Ia berdiri di ujung pembatas jembatan, hari ini satu orang pun tak ada yang lewat di jembatan sangat aneh. Namun, Senna tak peduli akan hal itu kakinya mulai menjuntai ke bawah jembatan, ia menatap langit sebentar kemudian berpikir, bukankah hari yang bagus untuk menutup lembar cerita hidupmu?, batinnya.

Semakin yakin dan tekadnya sudah bulat, ia mencoba berdiri sambil menutup mata dan kemungkinan dalam hitungan detik bisa melenyapkan semuanya. Akan tetapi baru saja Senna melangkah satu kakinya ke depan seseorang menarik tubuhnya membuatnya terkejut bukan main.

"LO UDAH GILA YA??!!" teriak perempuan tak dikenal itu kepada Senna.

"LO MAU BUNDIR?? JANGAN KEK ORANG GILA!!" ujarnya lagi.

"Gua emang ngga tau permasalahan lo apa sampe berpikir mau bunuh diri disini, tapi hey inget sama keluarga lo atau ngga temen lo, mereka pasti peduli sama lo."

"Tau apa lo, kenal aja engga, sok tau jadi orang."

"HEH... bundir bukan solusi dari masalah yang lo rasain, gua tau lo keknya stress tapi jangan kek—"

"Bacot banget, udah pernah mau bunuh diri belom?"

"Gua nasehatin lo gini karena gua tau rasanya, lo lagi di masa depresi berat dan ngga bisa menemukan solusi, gua juga pernah mau bundir, tapi—"

"Kalo gitu kenapa ngga sekalian aja lo bundir bareng gua?"

"Bangsad lo gila ya?"

"Iya emang gua gila, harusnya gua udah masuk RSJ sih."

"HEH LO TUH—"

"Bacot." Senna mendorong tubuh gadis itu ke pagar pembatas hingga ia linglung dan hilang keseimbangan kemudian dalam waktu beberapa detik tubuh perempuan itu melayang di udara kemudian terhempas ke dalam air, Senna yang menyaksikan itu secara tak sadar mendorong orang yang ada di sampingnya gara gara emosinya yang tak terkendali. Ia lalu pergi ke suatu tempat dan berlari secepat mungkin setidaknya harus menjauh dari tempat itu sebelum ketahuan.

Gadis yang di dorong Senna tadi sempat meminta pertolongan namun karena dia tidak ahli dalam menahan nafas di air dalam beberapa menit atau kemampuan berenang, tubuhnya jadi lemas seketika dan hanya kepalanya yang menyembul dari permukaan air hingga dalam beberapa jam sukses mengejutkan warga setempat lalu ditemukan dalam kondisi sudah tidak berdaya dan kemudian di claim sebagai kasus percobaan bunuh diri.

Lima hari setelahnya, semenjak kejadian tersebut, Senna berjalan tak tahu arah kemudian ia melihat sebuah gedung kosong tak berpenghuni, dengan rasa penasaran ia memasuki gedung yang tak dikunci tersebut lalu berjalan rintih menaiki anak tangga yang membawanya ke rooftop gedung.

Kabur sepertinya bukan alasan yang tepat tetapi ia lebih memilih alasan itu karena tak tahan dengan Ibu tirinya, ahh satu hal dia juga merindukan Arkan. Namun, sempat hari itu Arkan absen tak bisa ke rumah Senna yang berarti hanya ada Senna dan Ibunya di rumah, dirinya dipukuli habis habisan hingga menimbulkan memar memar, sempat juga ingin diseret paksa ke RSJ atau mengirimnya ke Australia.

Sejujurnya Senna ngga mau membebani Arkan ditengah kondisinya seperti ini, tapi harus bagaimana lagi, bukan? Dirinya hanya punya Arkan seorang disini, ditambah lagi James, mantan yang ngga bisa disebut manusia itu terus mengiriminya pesan pesan aneh atau foto foto Senna yang sedang tanpa ya begitulah.

Kenapa skenario semesta begitu tidak adil dengannya?

Lalu, ia berjalan menatap bisingnya kota dari atas gedung ini. Orang-orang nampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kalau dia bunuh diri disini pasti tidak ada orang yang menghalanginya, kan? mengingat ia sudah menghalangi pintu menuju ke rooftop ini dengan beberapa barang besar juga tak lupa menguncinya.

Senna mengecek ponselnya yang tak lama ia pegang, untuk terakhir kali dalam hidupnya ia ingin sekali lagi melihat fotonya dengan Arkan, ia mengukir senyum pahit di wajahnya. "Arkan, I'm sorry and I love you."

Perhatiannya teralihkan saat ada notifikasi yang mengundang untuk dilihat, ada beberapa missed call dari Arkan juga Ibunya, dan sebuah artikel yang sangat... tanpa basi basi Senna meng-clicknya lalu muncul lah gambar yang ia kenali yang dipakai sebagai thumbnail. Itu fotonya dan James yang tengah melakukan hubungan terlarang ketika sedang berada di club dengan kondisi mabuk tepat berada di Australia.

Senna menganga tak percaya, mengapa ini bisa tersebar? Lalu ada notif masuk dari nomor tak dikenal yang ia yakini dari James.

+61xxx : "Hey darl, I heard the news has reached your country?"
"It's a punishment because you don't want to obey my wishes."
"Good job and have a nice day. Bye!!"

Senna melempar ponselnya kesembarang arah, kemudian menjambak rambutnya dengan frustasi, kini semua hal gelap yang berusaha ia sembunyikan sudah terkuak dan parahnya lagi sampai masuk artikel, dirinya tanpa basa basi berdiri di ujung gedung tersebut, cuma membutuhkan satu langkah saja dirinya sudah bisa jatuh hebat dari gedung lantai 15 ini.

Terdengar orang-orang dibawah mulai meneriakinya, memintanya turun dan jangan melakukan hal aneh, namun ia berusaha menutup rapat rapat pendengerannya. Untuk terakhir kalinya dia melihat apa yang ia lihat di depannya, kemudian kakinya melangkah satu langkah ke depan dan...

ia jatuh secara mengenaskan dari atas gedung tersebut.


Pura Pura Lupa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang