05

941 126 8
                                    

"Arkan, apa kabar?" Arkan yang baru saja tiba di parkiran dan melepaskan helmnya sempat terlonjak kaget ketika salah seorang gadis yang tidak ia kenal datang menghampiri dan menyapanya. Wajahnya melukis sebuah senyuman cerah melihat sosok Arkan di depannya.

"Maaf, siapa?" Tanya Arkan sambil mengerutkan kening.

Senyum yang tadinya menempel di wajah itu mulai luntur dengan tatapan bingung serta aneh. Apa Arkan salah bicara dengannya?.

"Kamu beneran nggak inget aku? Aku kembali dari Australia buat kamu, Kan." Nadanya sedikit meninggi setelah mendapat raut wajah Arkan yang malah bingung menatapnya, seharusnya di sini dia yang bingung kenapa dia melupakan dirinya 2 setengah tahun yang lalu. Semudah itu?!

"Lo siapa, maaf gue nggak kenal!" Arkan membuang muka beralih dari pandangan gadis yang aneh itu. Namun, lengannya malah ditahan sang gadis. "Senna!" Tegasnya yang membuat Arkan menaikkan alis sebelah.

"Aku Senna, pacar kamu Arkan," ujarnya yang terdengar putus asa.

Bagai tersambar oleh petir, jantung Arkan seperti sudah berhenti. Mata sipitnya lantas melotot ke arah gadis bernama Senna yang mengaku sebagai pacarnya itu lalu menepis tangan Senna dari lengannya. "Lo kalo bicara jangan yang aneh-aneh. Gue udah punya pacar!"

Jawaban yang dilontarkan Arkan tampak membuat Senna terkekeh, "Begini? Begini sifat kamu pas aku pergi?!"

Senna mengusap kasar dahinya,
"Arkan, aku ke Australia cuman 2 setengah tahun tapi kamu udah semua tentang kita?!"

"Memangnya kita pernah menjalin hubungan?"

Senna putus asa menatap Arkan dengan tatapan kecewa, seraya melipat tangan di dada, Senna berucap "Siapa pacar kamu?"

"Nala," jawab Arkan dengan santai dan polosnya. Benar, lagi-lagi Senna dibuat kaget dengan jawaban Arkan. Sudah berapa banyak kejadian yang dia tinggalkan selama 2 setengah tahun ini?.

"Nala? Bukannya dia pacar Bi—"

"ARKAN!!!" Suara seseorang memotong pembicaraan dan mengalihkan perhatian, dia Nala berlari agak cepat menghampiri Arkan, matanya sempat bertemu dengan manik mata Senna. Kalau mereka berada di dalam adegan komik pasti sudah ada sengatan listrik atau gambar petir yang keluar dari matanya.

"Pergi lo, jangan pernah datang ke kehidupan Arkan lagi," ancam Nala yang membuat Arkan mundur dan berada di belakanhnya, memegang erat jari jemari Arkan. Sedangkan Arkan hanya menatap kedua gadis itu yang nampak dalam suasana sengit.

"What?! Apa urusannya sama lo?!"

"Kenapa lo balik lagi ke sini? Udah puas bikin kejadian yang nggak di duga ke Arkan waktu lo ninggalin dia?"

"HEY KAPAN?! Gue balik ke sini justru karena Arkan. Lo lupa gue pacarnya?!" Bentak Senna yang membuat seluruh siswa dan siswi yang tidak sengaja melintas menatap mereka bertiga, kebetulan sekali mereka sedang ada di parkiran yang memudahkan semua orang yang baru datang menatap mereka.

Nala berdecih mendengar balasan dari Senna, gadis itu nampaknya membara. "Coba gue tanya di sini. Siapa yang lupa sama pacarnya waktu itu?" Nala menunjuk Senna dengan tatapan tidak suka lalu membawa Arkan pergi dari sana. Senna yang tidak terima hanya menggeram dan mengumpat, "Awas aja lo Adriani Nadyanala."

Nala duduk di kursinya sembari menghirup semua oksigen yang ada di ruangan ini setelah mengantar Arkan ke kelasnya.

Senna, gadis pengacau itu kembali lagi dalam kehidupan Arkan. Sudah dulu membuat luka sekarang malah mengajak membuat cerita.

"La, kenapa?" Tanya Kinan yang kebetulan duduk di sampingnya, sahabat sebangkunya itu memerhatikan Nala sejak ia memasuki kelas.

"Senna kembali," ujar Nala pelan agar tak membuat kehebohan. Tapi bagi seorang Kinan, kabar ini cukup mengejutkannya, sontak ia berteriak dan sempat menggebrak meja kalau saja Nala tidak menghentikannya.

"Serius lo? Demi apa?!" Tanya Kinan dengan tatapan tak percaya. "Senna yang dulu pacar Arkan itu kan? Yang katanya mau ngelanjutin sekolah di Australia tapi nyatanya dia di sana selingkuh sampai Arkan ke—"

"Iyaaa," jawab Nala menyudahi kehebohan Kinan. Begini-begini Kinan tahu walau hanya sebatas teman sebangku, pasalnya gadis itu cocok untuk dijadikan tempat bicara segala rasa gundah dan menyalurkan solusi terbaik. Tapi kadang mulutnya itu juga sering bocor kemana-mana sesuka hati.

"Terus gimana?"

"Ya begitu, dia nggak tahu kalau Arkan amnesia."

"Masa lo ngebiarin Arkan balik lagi ke Senna? Nggak mungkin kan?"

"Gue sebagai sahabat Arkan nggak akan ngebiarin lah! Cewek kek gitu pas seneng aja butuh, pas Arkan lagi susah-susah ditinggalin. Waktu Arkan kecelakaan kemarin saja tidak tahu-menahu," misuh Nala seraya melipat tangannya di dada.

Baik Nala maupun Kinan, keduanya diam. Suara helaan nafas Kinan terdengar hingga ia bersuara mengutarakan isi hati yang mengganjal, "La, maaf gue nanya gini tapi emang lo masih nganggap Arkan sebagai sahabat?" Tanya Kinan dengan sangat hati-hati, takut melukai hati sahabatnya itu yang sedikit sensitif.

"Ya masih."

"Lo nggak kasian apa sama Arkan pas nanti taunya lo yang pacarnya Bian sebenarnya? Arkan juga nganggep lo sebagai pacar bukan sebagai sahabat."

"Gue juga udah putus sama Bian," jawab Nala sambil menunduk memainkan jari jemarinya. Ketika Kinan sudah menasehati dan bertanya segala hal seperti ini pasti dia merasa benar-benar bersalah.

Kinan melipat tangannya di dada, menyenderkan tubuhnya itu di kursi, "Siapa yang mutusin? Bian kan? Lo nya juga diem aja kan pas Bian bilang mau putus?"

Nala diam seribu bahasa, lagi-lagi dia memikirkan apa maksud dari hubungannya dengan Bian ini sebenarnya. Di satu sisi, kalau boleh jujur Nala di hati Nala masih ada sedikit rasa terlintas untuk Bian. Satu sisi yang lain hatinya jelas kehilangan arah. Tidak tahu apakah harus menaruhnya pada hati Arkan.

"Tapi Arkan butuh gue."

Balasan Nala membuat Kinan memijat pelipisnya, ia bingung bagaimana cara kerja pikir sistem otak Nala.
"Nala, konsisten dikit dong. Kalau mau sama Bian ya sama Bian. Kala merasa tersakiti, jaga Arkan dan coba buat nerima dia bukan sekedar sahabat."

"Gue nggak tahu saran gue baik atau nggak ya. Tapi jangan egois la, pilih salah satu di antara mereka yang bisa buat lo nyaman setiap detik." Terakhir, Kinan menepuk bahu sahabatnya itu, memberi senyuman semangat yang terpancar dari wajahnya.




Visual other character

Visual other character

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayara Sennandita

Ayara Sennandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kinanta Gayatri

Pura Pura Lupa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang