Sekedar mengingatkan, panjang banget sumpah (*_*)
"Arkan, kamu nggak papa?"
Semua pasang mata lantas melirik ke arah gadis pemilik senyum yang paling bersinar di sana. Gadis yang datang bersama Aleta itu melangkah ke arah Arkan, tidak peduli bagaimana tatapan tajam Bian dan kawan-kawan serta Nala.
"Arkan, kamu beneran nggak papa?" Senna mengulang pertanyaannya yang tidak dijawab oleh Arkan, ia memeriksa keadaan pemuda itu apakah dia baik-baik saja atau tidak.
"Jangan sentuh..." Arkan menepis tangan Senna, awal drama baru seakan dimulai dengan latar UKS. Tapi Senna adalah Senna, gadis itu tidak pantang menyerah sehingga ia tidak sengaja menekan lengan bawah Arkan dan membuatnya meringis.
"Tuhkan! Kamu kenapa-napa. Coba sini aku lihat dahi kamu." Senna menyingkirkan sedikit poni yang menutupi dahi Arkan dan terlihat di sana sebuah luka kecil yang kelihatannya pedih.
"Pinter banget ya, nyembunyiinnya, lebam di lengan, luka di dahi. Kamu itu berantem buat orang yang salah tau nggak?!" Nada bicara Senna melonjak, untung saja tidak ada pasien selain Nala dan Bian di sini juga kawan-kawan.
"Sen, udah!" Lerai Aleta yang menjadi kakak kelas di sini. Ia merasa bersalah telah membawa Senna ke sini.
Senna tidak menghiraukan ucapan Aleta, ia menghapus air matanya yang hampir turun kemudian berjalan ke arah Bian dan menatapnya jengkel.
PLAKK!!!
Satu tamparan keras mendarat di wajah Bian yang sudah luka pada awalnya. Semua orang yang ada di UKS tersentak, terutama gadis primadona, Luna.
"ANJIR LO NGAPAIN NAMPAR BIAN?!" Seru Luna mendorong bahu Senna dengan keras, tapi beruntung di tahan oleh Raka dan Arsa yang masih ada di sana.
Sedangkan Bian, dia tersenyum miring. Entah apa maksud dari senyuman itu.
"GARA-GARA COWOK LO, ARKAN JADI LUKA!! KALO BIAN NGGAK DULUAN CARI MASALAH DIA NGGAK AKAN BEGINI!"
"HEH?! EMANG LO TAU SIAPA YANG MUKUL BIAN DULUAN? ARKAN!!! COWOK BRENGSEK YANG LO SAYANGI ITU. GUE KALO JADI LO, AUTO BEGO TAU NGGAK? UDAH BUAT DIA KECELAKAAN TRUS DATENG-DATENG NGAKU MASIH JADI PACAR, MURAHAN!!" balas Luna yang tak kalah naik pitamnya dengan Senna.
"Udah-udah ini UKS, bukan tempat sidang yang bisa berdebat kapanpun. Raka sama Arsa bisa bantuin gue nggak bawa mereka berdua keluar dari sini?. Soal Nala dan Bian, biar gue yang jaga karena gue salah satu anggota PMR juga, tenang aja," yakin Aleta. Raka dan Arsa mengangguk, menarik kedua gadis yang menciptakan keributan dalam UKS itu pergi sampai hilang dari pandangan. Walau pada awalnya kedua pemuda itu kehilangan keseimbangan ketika menarik dua gadis tersebut.
"Dan Arkan..." Aleta menggantungkan kalimatnya setelah ia menghela nafas, "Lo bisa keluar sebentar nggak?" Pinta Aleta dengan pelan-pelan.
Arkan menengok ke arah Nala, wajahnya nampak sedikit terkejut dengan teriakan Luna tadi. Benar-benar! Otaknya seperti berusaha mengingat masa lalu tapi tak kunjung muncul. Ucapan Luna barusan seperti dia yang pernah mengalaminya.
"Tapi, Arkan juga perlu diobatin kan?"
Arkan menggeleng lalu mengambil dengan lembut tangan Nala, dielusnya sampai ia tersenyum. "Aku nggak papa, aku nggak mau terlihat lemah di depan kamu."
"Tapi..."
"Nanti biar gue yang obatin Arkan," sahut Aleta. "Lagipula, ada yang mau gue omongin sama lo, La."
Nala seketika teringat akan janjinya dengan Aleta kemarin, dia kemudian mengangguk dan sebelum pergi Arkan menyempatkan diri untuk mengacak rambut gadisnya itu menjadi berantakan. "Arkan!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura Pura Lupa
Teen Fiction"Dulu, kita sempat mengenal cerita indahnya berbagi perasaan. Tapi sekarang, kita bahkan merasakan pedihnya berbagi rasa kehilangan." Pernah percaya dengan yang namanya pura-pura lupa? Atau kamu adalah bagian dari yang sering mengabaikannya? Karena...