13

654 111 12
                                    

"Kinanta!" Seru lelaki bermata sipit kepada gadis tomboi yang baru saja lewat dihadapannya.


Gadis yang disapa tersebut menengok ke kanan dan kiri, barangkali bukan dia yang disapa dipagi buta ini. Ini baru jam setengah tujuh pagi, barangkali lelaki tersebut memanggil orang yang tak kasat mata di sekolah ini .

"Gue?" Gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan, gadis yang bernama Gayatri."

"Nama Ibu gue dong hahaha." Tawa gadis itu pecah ketika menyebut nama belakangnya yang juga berasal dari pemilik nama Ibunya.

"Kalau begitu, gue manggil anak dari Ibu Gayatri."

"Kenapa si? Tumbenan manggil gue?" Tanya Kinan penasaran.

"Ada liat Nala nggak?"

"Nala? Belum dateng dia mah, lo kan tau spesies Nala langka berhadir di sekolah di jam ini."

"Terus lo ngapain pagi-pagi buta ke sekolah?"

"Nyalin PR lah, sebelum Bu Mira masuk ke kelas hehe," jawab Kinan dengan sengiran dan dibalas gelengan oleh Arkan.

"Lo juga ngapain? Jagain sekolah?" Goda Kinan seraya terkekeh.

Arkan menghela nafas dan mengulum bibirnya. "Ada hal penting yang harus gue omongin sama Nala."

"Sepagi buta ini?"

"Enggak tadi gue sekalian jemput Senna."

"Senna? Gadis gila itu? Lo balikan sama dia?!" Nada bicara Kinan mulai serius. Pertanyaan yang dilontarkan Kinan lantas dibalas dengan gelengan kuat dari Arkan. Bisa-bisanya gadis Gayatri ini menebak hal yang diluar isi kepala.

"Lo ngapain sama Senna hah?! Balikan lagi? Ya ampun, Adinatya lo bego tau gak? Mau dikemanain Nala gue?"

"Gue gak bego! Pacar gua cuman Nala."

"Terus sama Senna ngapain? Mengulang kejadian yang telah berlalu walau sudah tau endingnya tetap sama saja?"

"Siapa yang balikan, Kinanta. Hanya saja, hari sebelumnya gue terlibat suatu perjanjian bodoh sama dia," ujar Arkan seraya memainkan jari jemarinya.

"Perjanjian?! Lo buat perjanjian apa sama dia? Balikan? Damai? Pisah? Perjanjian Renville? Meja Bundar?"

Arkan memasukkan kedua tangannya di dalam kantong dan bersandar pada tiang. "Lo tau hubungan Bi—"

Plakkk...

Belum sempat Arkan menyelesaikan pembicaraan sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya itu. Tamparan gadis primadona itu membuat pipi kanannya nampak merah.

"LUNANJENG!!" Pekik Kinan yang tidak bisa mengontrol emosinya dan kemudian mendorong bahu gadis primadona tersebut. Arkan yang ditampar pun hanya merasakan rasa perih yang mulai memerah di pipi kanannya.

"LO JAGA PACAR LO ITU BRENGSEK!!!" Teriak Luna sekuat mungkin. Beruntung, ini masih terlalu pagi untuk disaksikan banyak orang.

Pura Pura Lupa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang