24

156 12 2
                                    

Sudah hampir 10 menit Icha membolak balikan buku pelajarannya. Hatinya kini terasa tak tenang, ia memikirkan Gio yang belum tiba hingga saat ini. Sementara jam masuk sekolah 5 menit lagi, Gadis itu takut Gio kenapa-kenapa.

"Cha mikirin Gio?" tanya Bagas yang duduk di bangku sebelah Icha.

Icha mengangguk." Iya."

"Cha jangan terlalu mikirin manusia, jangan terlalu khawatir sama manusia, jangan terlalu sayang. Secukupnya aja, ya? Jangan berlebihan, nanti kecewa."

Mendengar ucapan Bagas membuat Icha bertanya-tanya sendiri. Ia menatap laki-laki itu cukup lama, ya, tak biasanya Bagas berbicara seperti ini." Tumben lo."

Bagas menggedikkan bahunya. Ia menatap Icha yang  kini menatapnya, nafasnya terasa tercekat saat menatap mata teduh Icha, meskipun ia belum yakin dengan apa yang terjadi. Namun membayangkan Icha sedih membuat hatinya ikut tersayat. Perlahan tangannya memegang pundak Icha." Cha... sampai kapanpun gue tetep jadi temen lo."

Icha semakin merasa aneh." Kenapa lo?"

"Ngasih tau aja." ucap Bagas sambil melepaskan pelukannya.

Icha terkekeh lalu menepuk pundak Bagas pelan." Tenang aja lo nyebelin gini juga temen gue."

Bagas ikut terkekeh lalu menatap ke arah pintu yang menampakkan dua manusia. Ya, di sana sudah ada Gio dan Clara yang baru tiba. Kali ini bukan hanya Bagas yang terdiam, melainkan Icha.

"Kalian bareng?" tanya Icha saat keduanya sampai.

Gio mengangguk." Iya enggak sengaja, Cha. Tadi Clara chat kalau ga ada yang anter."

Sebenarnya Icha tak terlalu gimana-gimana, hanya saja entah kenapa melihat keduanya datang secara bersamaan membuat hatinya terasa sesak sendiri. Namun ia juga sadar bahwa keduanya memang sahabatan, dan Clara juga membutuhkan tumpangan.

"Gio makan yuk? Aku belum sarapan temenin, hehe." ucap Icha.

"Yah aku udah makan Cha sama Clara tadi."

"Makan lagi." ucap Bagas. Ia menatap Gio dingin." Makan lagi sama pacar lu." ucapnya sambil menekan kata pacar.

"Apasih, Gas dia udah makan." timpal Clara.

Bagas menatap Clara." Lo diem, Ra."

"Gas lo engga usah ketus." ucap Gio

Bagas tersenyum miring lalu bangkit. Ia menatap Gio tajam." Kalau gitu lo hargain cewe lo." ucap Bagas.

Setelah mengucapkan itu Bagas langsung pergi keluar kelas. Sementara Clara, ia menatap pundak Bagas yang semakin jauh. Gadis itu menghelakan nafasnya panjang." Gue susul Bagas dulu." ucapnya dan pergi.

Kini hanya ada Icha dan Gio. Keduanya nampak hening, Gio meletakkan tasnya di bangku lalu kembali menatap Icha." Tuh, gara-gara kamu, perkara makan jadi kaya gini, Cha." ucap Gio

Mendengar itu Icha hanya diam dengan perasaan yang tak enak. Ia merasa tidak enak karena membuat suasana menjadi runyam." Maaf..."

"Maaf kamu enggak bisa kembaliin situasi kan?" ucap Gio kesal dan pergi dari kelas.

Icha menitikkan air matanya. Ia menatap pundak Gio yang semakin tak tertangkap oleh netranya. "Maaf Gio.." lirihnya.

🤍

"Bagas! Bagas! Stop!" Ucap Clara yang mengejar Bagas di tengah kerumunan siswa.

Laki-laki itu tak menghiraukan panggilan Clara, ia terus melangkah hingga tiba di taman belakang. Kakinya terhenti, ia berbalik dan menatap Clara yang baru tiba." Bener dugaan gue?" ucap Bagas to the point

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang