11

399 24 0
                                    

Pagi ini Clara tiba di sekolah lebih cepat dari biasanya. Ia membuka pintu kelasnya secara perlahan. Di dalam hatinya, ia berharap setidaknya ada satu manusia dalam kelas sana. Karena ia tak membayangkan jika dirinya harus sendirian.

"Tumben dateng pagi?" ucap seorang gadis dari belakang Clara.

Clara berbalik lalu menatap Icha senang." Huh gue kira gue bakal sendirian di kelas."

"Takut ya lo?" ledek Icha yang langsung di jawab anggukan oleh Clara.

"Lo suka dateng pagi emang ngapain sih, Cha?" tanya Clara penasaran.

Icha bergumam lalu melangkah ke balkon sekolah. "Sini," ucap Icha.

Clara mengikuti ucapan Icha. Ia melangkah mendekat ke sana." Ngapain?" tanya Clara bingung.

Perlahan telunjuk Icha bergerak ke arah langit yang masih kemerahan. "Itu yang bikin gue datang pagi setiap sekolah. Terlalu indah untuk gue lewatin." jelas Icha.

Clara ikut menatap langit. Benar kata Icha, langit pagi benar-benar indah. Ia tak berhenti mengucap rasa syukur pada tuhan karena ia diberikan kesempatan bangun dari tidurnya dan melihat keindahan yang tak bisa di lukiskan ini.

"Bye the way, Ra."

Clara menatap Icha." Ya?"

Icha nampak ragu. Wajahnya menunjukkan raut gelisah. "Gak jadi deh.." ucapnya.

Clara menyubit pinggang Icha pelan." Ih apaan? Ngomong aja!" ucap Clara.

Icha bergumam sejenak. Ia menatap Clara dalam dengan sorot mata ragu. "Gue suka sama Gio. Lo—lo gak suka sama dia kan?"

Clara terdiam. Ia melipat bibirnya ke dalam lalu menatap ke arah lain. Kini hatinya benar-benar di landa kebingungan.

"Ra? Lo suk—"

"Enggak! Yakali gue suka sama Gio? " potong Clara bohong.

Icha menghelakan nafasnya lega." Huh gue lega. Terus kalau seandainya Gio suka sama lo, lo terima ga?" tanya Icha lagi.

Clara mengalihkan tatapannya ke arah langit. "Enggak. Kan gue bilang gue gak akan suka sama gio—" Clara menjeda ucapannya saat merasakan sesak di dadanya." Iya... gue gak akan suka sama gio..." lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Icha tersenyum lalu ikut menatap ke arah langit. Setidaknya hatinya kini terasa sedikit tenang karena ia tau perasaan Clara.

———————————————————————

*Flashback

"Gio," panggil suara dengan mata yang tertutup.

Gio tersenyum kecil. 'Pasti mengingau lagi nih anak' tutur Gio dalam batinnya. Namun sepercik ide muncul dalam pikirnya saat mengingat sebentar lagi ulang tahun Clara yang ke 17 tahun. Laki-laki itu segera mengeluarkan handphonenya dari saku dan siap-siap memotret. Sampai akhirnya, saat jarinya siap untuk menekan tombol kamera, suara Clara menghentikkan aktivitasnya.

"Gio... kenapa harus Icha? Kenapa?"

Gio terdiam beberapa detik. Pandangannya menunduk. Ia belum siap mengatakan yang sebenarnya. Namun... perasaan yang selalu di simpan juga menyesakkan.

Perlahan tangan Gio bergerak menggengam tangan kecil Clara lalu mengecupnya pelan." Lo, Ra... lo orangnya. Tunggu gue, Ra. Gue harap, kali ini Tuhan baik sama gue. Gue harap—kali ini dia biarin kita sama-sama." bisik Gio.

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang