Inilah masa SMA Gio, Clara, Bagas, dan Icha. Menyenangkan namun sedikit luka. Mereka bertemu untuk sama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan malang yang mengisi pikirannya seperti cita-cita dan masa depan.
Tentang kebersamaan masa SMK yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagas menatap kesal kepada pak Tarto—sang kepala sekolah yang kini sedang memberi nasihat upacaranya. Mulai dari membicarakan kebersihan, kedisplinan hingga tawuran yang baru saja terjadi kemarin.
"Maka dari itu bapak mohon kepada anak-anakku sekalian untuk selalu menjaga keselamatan dimanapun kalian berada. Jangan sia-siakan sekolah kalian. Ingat, kalau di luar sana, masih banyak sekali orang yang ingin bersekolah tapi gak punya kesempatan. Dan ingat kalau kesempatan manis gak datang dua kali. Karena yang datang berkali-kali hanya rasa cinta bapak pada kalian, CIAHHHH!" ucap Tarto di akhiri gombalan maut. Sementara para siswa hanya menatapnya datar bahkan untuk tertawa mereka sudah malas dan lelah.
Di sisi lain, Clara terlihat pucat. Berkali-kali ia mengatur nafasnya dan menyakinkan dirinya untuk kuat setidaknya sampai upacara hari ini selesai.
"SIAPP GERAK!"
Tepat saat pemimpin upacara mengeluarkan komandonya, Clara jatuh dengan mata yang sudah terpejam. Melihat hal itu sontak Icha langsung terduduk di samping Clara dan menepuk pipinya pelan." Ra bangun!" ucapnya
Situasi nampak ricuh. Semua siswa mengalihkan pandangannya ke arah Clara, begitupun dengan Bagas. Laki-laki itu langsung berlari ke arah Clara yang berada tak jauh dari barisannya. Saat sampai, Bagas langsung terduduk dan siap-siap untuk menggendong Clara.
"Gue aja!" ucap Gio yang baru tiba dan langsung menggendong Clara ala bridal style. Wajah Gio nampak khawatir dan tanpa menunggu lama, ia langsung membawa Clara pergi dari sana. Sementara Icha, gadis itu hanya diam membeku dengan pandangan yang tak lepas dari Gio.
"Anak-anak harap kembali fokus dengan upacara!" Ucap Tarto membuat situasi kembali hening dan tenang.
"Ayo bangun, lo sampai kapan duduk?" tanya Bagas sambil mengulurkan tangannya ke arah Icha.
Icha bangkit dari duduknya. Ia masih menatap ke arah Gio dan Clara yang mulai jauh. Gadis itu tersenyum pedih."... lo sekhawatir itu?"
———————————————————————-
Gio meletakkan tubuh Clara di kasur UKS. Ia langsung memundurkan dirinya saat melihat beberapa anak PMR yang mulai menangani Clara. Wajahnya nampak sangat cemas, keringat di dahinya tak berhenti turun.
"Gio silahkan kembali ke lapangan." ucap bu Endis yang tak di hiraukan oleh Gio.
"Gio!" panggil bu Endis membuat Gio menatapnya.
"Please bu saya khawatir sama teman saya." ucap Gio.
"Gio teman kamu gak kenapa-napa. Dia baik-baik aja." Jelas Endis.
"Baik-baik aja gimana? Dia aja belum sadar! Maaf bu, saya belum bisa kembali sampai Clara sadar!" ucap Gio kekeuh.
Sementara Endis, ia hanya bisa membuang nafasnya kasar. Anak di hadapannya ini benar-benar keras kepala. "Gio kalau kamu gak kembali ibu akan—"