"Kita mau kemana?" tanya Icha
"Ngedate."
Mendengar jawaban Gio membuat Icha membulatkan matanya sempurna." Hah?"
"Katanya lo suka gue?"
"H-hah?"
Gio terkekeh sambil mengacak rambut Icha gemas." Lucu."
Icha mengulum senyumnya."Siapa?" tanya Icha polos
"Pacarku."
Buarrr hati Icha seperti meledak saat mendengar kalimat manis dari bibir laki-laki itu. Ia tersenyum malu sambil memalingkan mukanya. Sementara Gio, ia hanya tersenyum kecil dengan tatapan yang perlahan sendu. Ia merasa sangat jahat karena membuat Icha bahagia di atas kebohongan yang ia buat. Namun bagaimana lagi? Ia juga tak sanggup melihat sahabatnya menangis.
"Kita pacaran?" tanya Icha
Gio tersenyum lalu memasukkan helm ke kepala Icha." Iya."
"Lo jadi milik gue?"
Gio terkekeh." Iya, Cha."
"Boleh panggil sayang?"
Gio bergumam." Emm boleh ga, ya?"
"Ih tuh, kan."
Gio terkekeh lalu mencubit pipi Icha gemas."Iya boleh sayang." jawab Gio.
"Kita udah enggak friendzone nih?"
Gio menggelengkan kepalanya." Enggak, Cha. Gue milik lo." ucap Gio.
Icha menyandarkan kepalanya ke dada Gio. Semuanya seperti mimpi. Ia tak pernah menyangka bahwa laki-laki di hadapannya ini akan membalas perasaanya. Karena ia pikir, ia hanya akan terjebak dalam situasi friendzone tanpa akhir.
Gio menepuk pundak Icha pelan. Hatinya terasa lega sekaligus bersalah. Ia menenggelamkan wajahnya ke tengkuk Icha. Aroma bayi menyambut hidung Gio secara hangat, membuat senyumnya perlahan menghilang dan terganti dengan rasa bersalah yang mendalam.
"Maaf ya, Cha." lirih Gio.
Icha mengerutkan alisnya bingung." Maaf kenapa?" tanya Icha.
"Maaf aja." ucap Gio.
———————————————————————
Terhitung sudah hampir 10 menit Clara hanya diam dengan tatapan dingin ke arah dua manusia yang kini sedang tersenyum kaku dengan tangan yang saling menggengam erat.
"Ngapain pulang?" tanya Clara ke Hutomo.
Marina menatap Clara." Clara, kan papanya pulang masa kaya gitu ngomongnya."
Clara mendecih pelan. Ia memutarkan matanya malas." Mana pacarnya? Ga di ajak? Udah di putusin?"
Hutomo menarik nafasnya panjang. Sebenarnya ia sendiri sudah merasa emosi dengan ucapan Clara. Namun satu sisi, ia tak bisa marah.
"Maafin papa... tolong kasih papa satu kesempatan untuk ubah semuanya. Untuk balikin keluarga ini seperti awal, kamu yang bahagia—"
Clara tertawa membuat ucapan Hutomo terhenti."Ubah gimana? Udah hancur."
"Clara—"
Clara tak menjawab ucapan Hutomo. Ia langsung bangkit dan pergi ke dalam kamarnya. Sementara Hutomo, ia hanya menghelakan nafasnya panjang. "Anak kamu tuh."
"Jangan salahin Clara, dia kaya gitu karena kamu yang gak pernah paham sama perasaan dia. Coba kamu gak selingkuh mungkin keluarga kita masih baik-baik aja. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Cerita Kita
Teen FictionInilah masa SMA Gio, Clara, Bagas, dan Icha. Menyenangkan namun sedikit luka. Mereka bertemu untuk sama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan malang yang mengisi pikirannya seperti cita-cita dan masa depan. Tentang kebersamaan masa SMK yan...