5.

500 27 0
                                    

Melangkah, pelan-pelan aja gapapa.

Melangkah, pelan-pelan aja gapapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Better?" tanya Gio lembut.

Clara mengangukkan kepalanya lalu kembali meminum tehnya." Thanks sorry tadi gue—"

"Santai. Kita temen, lo boleh nangis disini—" Gio menjeda ucapannya lalu menunjuk dadanya."kapanpun yang lo mau."

Ah, temen. Hampir saja Clara berfikir macam-macam. Ia lupa statusnya dengan laki-laki ini adalah teman biasa.

"Lo kenapa?"tanya Gio.

Clara menarik nafasnya panjang lalu menatap sekitar halaman rumahnya yang nampak rindang. Perlahan ia tersenyum kecil membayangkan kejadian beberapa tahun silam." Waktu itu gue pertama kali belajar naik sepeda. Nyokap, bokap gak akan biarin gue jatuh dan terus bantu gue gimanapun caranya. Saat itu gue mikir kalau hidup itu menyenangkan. Gue gak perlu takut apapun karena selalu ada mereka. Tapi ternyata semesta itu mengejutkan, ya? Ternyata— gue salah saat ngira hidup gue akan selalu baik-baik aja. Gue salah mengira mereka berdua akan selalu temenin gue sampai kapanpun.
Ternyata orang tua gue jodohnya sampai situ aja. Dan ternyata pas tau itu, gue gak bisa baik-baik aja."

Clara kembali meneteskan air matanya.  Ia menatap Gio sendu." Gio gimana? gue gak siap..."

Gio menggengam tangan Clara lembut dan mengusapnya berusaha menenangkan gadis itu. Namun nihil, gadis itu tetap meneteskan air matanya. Hingga akhirnya ia bangkit dan menarik Clara ke dalam pelukannya. Perlahan tangannya bergerak menepuk-nepuk pundak Clara.

"Ada gue, Ra... ada gue..." bisik Gio lembut.
————————————————————

Pernah gak sih? Kepikiran sama masa depan? Pasti pernah sih, ya? Dan saat mikirin itu rasanya kaya kejebak, bingung, takut, gak tau mau kemana dan lakuin apa nanti. Melihat semua orang yang udah berjalan menuju mimpinya masing-masing, ada yang udah mulai tryout untuk persiapan SBMPTN, ada yang udah milih kerja bahkan ada yang udah sukses diusia muda. Tapi Mungkin ada beberapa anak yang sebenarnya sudah mempunyai rencana hanya saja terkadang kondisi keuangan melemahkan ambisi mereka.

Seperti satu gadis yang kini sedang berkutik dengan laptopnya. Sudah hampir satu jam ia mengetik sesuatu lalu menghapusnya lagi. Kini Icha nampak prustasi. Ia tak bisa menuliskan satu paragraf sekalipun. Pikirannya nampak kacau. Entah mengapa ia terbayang akan masa depannya. Ingin jadi apa? Berhasil atau enggak? Bisa atau enggak?

Ia membuka satu folder di laptopnya. Itu semua adalah susunan masa depannya. Gadis itu sudah merancang langkah-langkah selanjutnya. Hanya saja, ia tak tau semua rencananya akan berjalan lancar atau tidak. Mengingat ekonomi keluarganya tidak terlalu baik dan juga adiknya yang sebentar lagi akan masuk sekolah dasar. Pasti membutuhkan banyak biaya. Sebagai anak sulung Icha harus paham. Terkadang, Icha sedikit iri dengan Bagas, Gio dan Clara yang mempunyai ekonomi bagus. Ia berfikir mungkin teman-temannya tak perlu mengkhawatirkan apapun seperti dirinya.

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang