31.

120 5 4
                                    

1 bulan berlalu. Kini icha mulai terbiasa menjalani kehidupannya tanpa adanya Bagas, Clara, dan yang terpenting adalah Gio. Sejak kejadian itu Icha benar-benar menjauh. Ia pindah tempat duduk, Memilih tak berteman dengan siapapun, dan memilih untuk fokus belajar mengingat ia sudah kelas 12.

Tak ada yang istimewa lagi. Hari-harinya terlalu teraea terbiasa. Saat berpapasaan dengan mereka bertiga, Icha hanya diam seolah tak melihat. Sedangkan ketiganya, mereka juga hanya diam.

Hubungan Clara dan Gio masih berlanjut. Mereka kini terang-terangan menjalani hubungan. Teman-teman kelas tak jarang menyemangati Icha. Karena tanpa Icha cerita mereka bisa menangkap situasi yang terjadi.

Istirahat yang biasanya menjadi kegemaran mereka kini berbeda. Tak ada lagi pertengkaran Icha dan Bagas. Tak ada lagi cerita dari Gio dan Clara. Hanya suasana sunyi. Dimana mereka memutuskan untuk masing-masing.

"Soto ayamnya neng."

Icha menatap tersenyum kecil lalu menyendok soto ayamnya. Ia hanya seperti ini sekarang. Sekolah, pulang, dan belajar. Jika di tanya apakah rindu makan bersama teman-temannya. Jawabannya adalah iya. Tapi rasa kecewa masih menguasai. Meskipun Icha ingin sekali berlari ke arah depan dan bergabung, tapi luka di hatinya masih sangat membekas. Gimanapun juga ketiga orang itu sudah mengkhianatinya.

Tak lama terdengar suara dering ponselnya. Icha langsung menatap layar handphonenya yang berwalpaper gelap itu. Ah, ternyata telfon dari sang wali kelas, yaitu bu Siska.

"Halo bu."

"Cha, keruangan ibu sekarang ya."

"Oke, bu."

Icha menghelakan nafasnya panjang. Ia memakan sotonya hingga setengah lalu meninggalkan meja kantin. Saat berjalan ia berpapasan dengan meja Clara, Gio, dan Bagas. Namun Icha, ia hanya diam dan melanjutkan jalannya seolah tak melihat mereka bertiga.

Sementara Clara, ia rasanya sangat rindu dengan Icha. Rasanya ingin mengulang momen bersama kembali. Namun Clara tau kesalahannya sudah menyakiti Icha.

"Gue mau ngobrol sama Icha." tutur Clara.

"Untuk apa?" tanya Bagas

"Kangen. Gue kangen sama Icha." tutur Clara dengan mata yang berkaca-kaca.

Gio mengusap bahu Clara lembut." Sabar ya. Nanti ada waktunya—"

"Kapan Gio? Kapan gue bisa ngobrol sama Icha? Kapan waktunya?"

"Aku gatau, tapi pasti bakal ada waktunya."

Clara bangkit dari bangkunya. Ia menatap Gio dan Bagas bergantian." Waktunya enggak akan dateng kalau enggak sekarang." tutur Clara.

Setelah mengucapkan itu Clara pergi. Gadis itu sedikit berlari mengejar Icha yang sudah tak tertangkap oleh netranya.

"Gue susul dulu." ucap Gio bangkit dari duduknya.

Bagas menahan tangan Gio." Biarin. Mungkin waktunya emang sekarang."

Gio menatap Bagas lama lalu perlahan kembali duduk. Ia membiarkan Clara dan Icha mengobrol. Meskipun dalam hatinya ada kecemasan.

——————————————————

"Ada apa bu?" tanya Icha saat masuk ke ruangan guru dan berhenti di meja bertuliskan Siska.

"Duduk." ucap bu Siska.

Icha menduduki dirinya. "Kayanya serius banget ya bu?"

Siska mengangguk. Ia mengeluarkan satu lembar kertas dari mejanya. "Kamu terpilih sebagai siswa SNBT, kamu berkesempatan untuk masuk universitas negeri. Kira-kira apa kamu bersedia? Kamu bisa menolak. Kalau kamu menolak, ibu akan berikan kesempatan ini ke teman kamu yang lain. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang