25

119 12 4
                                    

Clara menggengam tangan Gio erat. Ia merasa bebas saat ini. Ternyata berjalan-jalan di mall membuatnya segembira ini. Sebenarnya hari ini tujuan mereka adalah mencari kado Icha. Ya, mengingat ulang tahun Icha akan tiba malam ini.

"Beliin apa ya?" gumam Gio.

"Yang biasa-biasa aja kamu anggap pacar kamu special kah?" tanya Clara.

Gio menggelengkan kepalanya." Enggak biasa aja."

Mendengar jawaban Gio membuat Clara tersenyum puas." Asik."

"Aku beliin make up kali ya?" gumam Clara sambil menatap toko make up.

Gio mematapnya." Boleh aku nitip deh kamu aja yang beliin."

"Oke... tapi Gio—" Clara menghentikkan langkahnya membuat langkah Gio ikut terhenti.

"Ya?"

"Kamu kapan putus?"

Mendengar itu bibir Gio mendadak kelu. Ia hanya diam sambil menatap Clara. Entahlah, saat mendapatkan Clara seperti ini hatinya merasa tak enak. Seperti—- tak sebahagia yang ia bayangkan?

"Ga jawab?" tanya Clara lagi.

Gio tersenyum lalu mengusap surai Clara." Secepatnya sayang."

"Secepatnya tuh kapan? Aku butuh jawaban pasti, aku enggak suka ngumpet-ngumpet gini."

"Persahabatan kamu sama Icha gimana?"

Clara terdiam beberapa detik. Ia menatap Gio dalam. Persahabatan dan cinta adalah hal yang rumit.

"Icha pasti maafin kita."

"Kamu yakin?" tanya Gio.

Clara mengangguk"Aku yakin."

"Kalau gitu tunggu ya? Sebentar lagi aku bakal putusin Icha demi kamu."

Mendengar itu Clara semakin senang. Ia bahkan meloncat dan memeluk Gio erat." Makasih sayang."

——————-

Bagas menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu rumah Icha. Ia bergumam sebentar sambil menatap sekeliling rumah Icha yang hijau. Sampai akhirnya suara ceklekan pintu membuatnya kembali menfokuskan pandangan. Dan di sana, sudah ada Icha yang berdiri dengan apron hello kitty.

"Eh lo. Kok udah dateng?" tanya Icha.

Bagas tersenyum, setiap melihat wajah Icha ia merasa bersalah. Wajah polos, mata teduh, dan senyum ceria Icha hanya membuat hatinya sakit.

"Gas?" panggil Icha lagi.

Bagas tersenyum." Gue mau ngobrol sama lo."

Meskipun bertanya-tanya dalam pikirnya, Icha tetap menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Bagas masuk. Ia membawa Bagas ke ruang tamunya yang sederhana itu. Di sana sudah di penuhi dekorasi dengan tema monokrom.

"Wah niat ya lo!" ucap Bagas

Icha tersenyum malu." Iya dong! Kan gue mau ulang tahun Gas."

Bagas terkekeh lalu menduduki dirinya." Duduk, Cha."

"Kebalik dong! Harusnya gue yang nyuruh duduk gimana sih!" omel Icha dan langsung duduk.

"Kenapa Gas?" tanya Icha.

Bagas menatap Icha lama. Ia benar-benar tak tega mengatakan yang sesungguhnya. Terlebih saat melihat senyuman Icha yang begitu merekah. Bagaimana mungkin gadis seperti Icha di selingkuhi oleh sahabatnya sendiri? Meskipun menyebalkan di mata Bagas, Icha tetaplah teman yang baik, gadis yang sopan dan pintar.

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang