15

486 23 1
                                    

Clara terdiam beberapa detik. Ia menatap mata Gio dalam seolah mencari kebohongan dari sana. Namun nihil, ia hanya menemukan kebenaran yang menyayat hatinya. Sementara Bagas, laki-laki itu menatap tak percaya kepada dua manusia di hadapannya. Semua pertanyaan berputar dalam pikirannya. Ia tak pernah menyangka bahwa Gio akan berpacaran dengan Icha. Karena yang Bagas tau, Gio hanya mencintai satu gadis, yaitu Clara.

"Duduk, Cha." ucap Gio sambil melepaskan tautan tangannya.

Icha mengangguk dan melangkah ke samping Clara. Ia mendudukkan dirinya di sana.

"Gio gue mau ngomong sama lo." Ucap Bagas yang langsung keluar dari kelas dan di ikuti oleh Gio di belakangnya.

Situasi kembali tenang. Siswa dan siswi kembali melakukan aktivitas mereka yang tertunda. Ah, hanya satu siswi yang hanya diam dengan pandangan kosong.

"Ra lo tau ga kalau segi tiga sama sisi itu luasnya—" Icha menghentikkan ucapannya saat sadar Clara tak memperhatikan ucapannya. Ia menatap Clara yang hanya diam.

"Ra!" Panggil Icha lagi, kali ini ia sambil menggoyangkan bahu Clara hingga membuat gadis itu langsung tersadar dari lamunannya.

"Ha kenapa?" tanya Clara.

Icha memanyunkan bibirnya." Ngelamun sih? Mikirin apa?" tanya Icha.

Clara menggelengkan kepalanya lalu membuka bukunya. Perlahan tangannya mulai bergerak menuliskan satu soal yang terpampang di bukunya. Namun baru saja ingin menulis soal langkahnya terhenti saat Icha memeluk tubuh Clara erat membuat sang empu mengerutkan keningnya.

"Lo kenapa—"

"Akhirnya gue pacaran sama, Gio. Cha???? Gue pacaran sama Gio!!! Cinta gue gak bertepuk sebelah tangan. Ah, gue masih enggak nyangka gue sama Gio pacaran. Lo seneng kan?"

Clara terdiam seribu bahasa. Seketika hatinya terasa sangat sakit. Kini ia harus menampar dirinya bahwa Gio tidak bisa ia miliki. Bahwa— laki-laki yang ia sukai sudah mempunyai pacar. Dan sialnya lagi, pacarnya adalah Icha, sahabatnya sendiri.

"Cha kok diem??? Lo seneng kan gue pacaran sama Gio???" tanya Icha lagi.

Clara tersenyum pedih lalu menepuk pundak Icha pelan. "Seneng. Gue seneng kalau lo seneng. Selamat ya, Cha—" Clara menghentikkan ucapannya saat merasakan sesak yang mendalam dari hatinya. Ia menitikkan air matanya." Sekali lagi, selamat. Semoga langgeng."

Semoga langgeng— adalah kalimat keputusasaan dari Clara. Kalimat yang di akhiri dengan helaan nafas penuh kepasrahan akan takdir tuhan. Bagaimanapun, Clara sadar bahwa ia harus
melepaskan cinta pertamanya bahagia dengan pasangan yang di pilih. Karena bagi Clara, cinta bukanlah tentang siapa memiliki.

Iya bagaimanapun— Clara tak boleh egois.

——————————————————————

Bagas menghentikkan langkahnya di gudang belakang sekolah. Ia bertolak pinggang lalu menatap Gio prustasi. Sementara yang di tatap, hanya menghelakan nafasnya panjang. Ya, Gio sudah tau apa yang ingin Bagas tanyakan.

"Lo gila? Lo pacaran sama Icha? Bro? "Cecar Bagas

Gio menyalakan rokoknya." Terus gue harus gimana?" tanya Gio.

"Harus gimana apanya?"

Gio menghisap rokoknya." Sahabat gue suka sama gue, gue harus gimana selain terima dia?"

Mendengar jawaban Gio membuat Bagas menepuk keningnya kasar." Lo gak cinta sama Icha?"

Gio menggelengkan kepalanya." Enggak. "

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang