3.

673 40 0
                                    

Tidak ada hari yang lebih baik dari hari libur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada hari yang lebih baik dari hari libur. Setelah menjalani kehidupan yang menyeramkan selama lima hari, empat manusia itu memutuskan untuk kembali berkumpul. Dan seperti inilah suasana weekend mereka, tak ada yang spesial. Mereka hanya menonton film Train To Busan entah yang keberapa kalinya. Kenapa film ini? Karena hanya film ini yang mereka sukai secara bersamaan.

"Ini pasti abis ini si Suan bingung gara-gara liat orang pada lari-larian." Ucap Gio saat melihat adegan Suan yang sedang mengantri toilet di kereta.

Mendengar itu Icha langsung membungkam bibir Gio dengan tangannya. Ia menatap laki-laki itu sinis." Berisik lo cabe-cabean!" ucap Icha.

Tak terima di katain seperti itu, Gio langsung menepis tangan Icha kasar." Lo yang cabe-cabean."

"Oh ya? Masa?" ledek Icha yang membuat emosi Gio semakin meningkat.

"Nyebelin banget si lo!" ucap Gio.

"Udah berantem mulu!" ucap Clara yang mulai merasa jengah dengan dua insan di hadapannya.

"Eh lo bosen gak sih ketemu terus?" tanya Bagas.

Gio, Icha dan Clara diam. Jika boleh jujur, mereka merasa sedikit bosan, mengingat mereka selalu bertemu setiap hari sekolah dan hari libur. Dan tanpa sadar saat ini mereka hanya mempunyai satu sama lain.

"Tenang Gas, cewek-cewek ini gak akan bosen ketemu cowo ganteng." ucap Gio berusaha mencairkan suasana.

Sontak Icha dan Clara melemparkan bantal ke arah Gio. "Gr lo!" ucap mereka bersamaan.

"Lo semua pernah khawatir gak?"tanya Bagas tiba-tiba.

Clara menatap Bagas." Khawatir soal?"

"Masa depan." jawab Bagas. Ia menatap ketiga temannya lalu kembali berucap." Setelah ini jadi apa? Mau kemana? Ngeliat semua temen-temen SMP gue yang udah beli buku SBMPTN sementara kita masih main disini dan gak tau mau kemana."

Ketiganya sempat terperangah dengan awal pembicaraan weekend ini. Karena untuk pertama kalinya, mereka mulai membicarakan topik serius. Biasanya mereka selalu membicarakan jokes bapak-bapak facebook yang semakin mendunia.

"Kita bukan gak tau mau kemana—" ucapan Icha terhenti selama beberapa detik. Entah kenapa ia merasakan kesedihan mendalam dalam hatinya. Hingga perlahan ia menatap temannya satu persatu."Tapi masih marah karena ada di sekolah yang kita gak pengen." lanjutnya.

Ucapannya Icha benar. Karena dalam hati mereka masih ada kekesalan akibat kegagalan beberapa bulan lalu. Rencana-rencana yang sudah di susun seketika hancur berantakan. Dan sekarang mereka gak tau mau memulai dari mana dan kapan siapnya. Karena jujur—mereka takut kembali gagal. Kegagalan kemarin saja rasanya masih sangat sakit—bukannya apa, mereka takut gak kuat.

"Bahkan sampai hari inipun setiap gue bangun tidur gue cuma berharap kalau kegagalan itu cuma mimpi. Setiap sekolah, gue cuma bertanya-tanya dalam pikiran gue,'ngapain sih gue disini' 'kenapa gue harus terima keadaan gue?' 'Buat apa gue pinter tapi gue gak beruntung?' Dan gue benci saat pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Gue ngerasa—" Clara menghentikkan ucapannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya
menyelesaikan kalimatnya. "Gue ngerasa hidup gue gak beruntung." ucapnya bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang