XXIV. Maaf

1K 75 8
                                    

Mohon koreksi Typo nya donk 🙏🙏🙏

Reyga naik ke atas menuju ke kamar bosnya yang tak lain adalah Jeremia. Dia berencana meminjam motor Jeremia besok karena mau jalan-jalan sama si Laras.

"Bos oh Bos!" panggil Reyga sambil mengetuk pintu kamar Jeremia.

"Bos laknat!" panggilnya dan sukses karena pintunya terbuka.

"Apaan?" tanya Jeremia dengan muka bantalnya.

"Besok gue pinjam motor ya?" pintanya namun dengan wajah santai nan menjengkelkan.

"Buat?" Jeremia agak was-was meminjamkan motornya.

"Besok mau jalan sama sepupu lo," jawab Reyga jujur, biar bosnya ini menuruti kemauannya. Jeremia menaikkan satu alisnya, tumben Reyga mau jalan sama perempuan. Jeremia langsung ingat akan Laras yang terkadang datang ke warnet sekaligus rumahnya ini. Jeremia tersenyum lalu berkata, "Jaga baik-baik sepupu gue." Dia lalu melempar kunci motornya yang ditangkap oleh Reyga dengan sigap.

"Oke Bola," ucap Reyga datar lalu berbalik menuruni tangga.

"Oy Bola apaan?!" teriak Jeremia dari atas.

"Bos Laknat!!!" Jeremia langsung melotot mendengarnya, "Pegawai gak ada otak!"

Langkah Reyga terhenti tepat berada di meja operatornya. Dia tersentak kaget karena adiknya berdiri didepannya dengan mata berair, untuk apa gadis itu jauh-jauh datang kemari? Dan darimana dia tahu warnet ini? Mungkin Laras yang memberitahunya. "Na, ngapain kesini?" tanya Reyga bingung.

Reyna hanya diam lalu maju memeluk kakaknya itu. Kakak yang selalu mendapatkan ketidakadilan di keluarga, kakaknya yang selalu bertengkar dengan ayah dan ibu mereka, kakaknya yang cerdas dalam mencari uang, kakaknya yang suka memberontak dan kakaknya sangat peka. Reyga terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari Reyna, pandangannya beralih ke depan karena Ando baru saja datang. Pria itu mengangguk kepada Reyga sebagai kode kepadanya, jadi adiknya itu datang karena kejadian waktu itu ya. Padahal, Reyga tak sepenuhnya menyalah Reyna, dia benar-benar hilang kendali saat melihat Reyza saja.

"Maaf Bang," cicit Reyna membenamkan wajahnya di dada Reyga. Dia memejamkan matanya merasakan rambutnya dielus oleh Reyga, momen yang sudah lama dia lupakan saat dulu bersama.

"Abang gak pernah terlalu marah sama kamu jadi gak usah takut," ucap Reyga menenangkan Reyna dengan berbisik, bisa malu dia didepan Ando berbicara 'aku-kamu', bisa-bisa nanti Ando menyebarkannya pada satu sekolah.

"Jadi Abang gak marah 'kan sama Reyna?" tanya Reyna sambil mendongakkan kepalanya.

"Iya, Abang gak marah kok." Reyga kemudian menghapus jejak air mata Reyna. Adiknya ini masih suka menangis rupanya.

Reyga dengan napas memburu datang menatap tajam teman-teman Reyna.

"Siapa yang buat nangis adik aku?!" teriaknya bar-bar. Reyna sendiri masih terduduk menangis.

"Aku gak sengaja Ga, adik kamu tuh yang cengeng," ucap Dio membela diri.

"Minta maaf dong kalo gitu!" bentak Reyga menarik kerah baju Dio.

"Namanya main-main Ga! Kamu gak us-"

Bugh!

"REYGA!" Anak-anak lain berusaha memisahkan perkelahian Reyga dan Dio sampai akhirnya mereka dapat dipisahkan itupun karena Reyza datang.

***

"Kamu ini Reyga! Bisanya berkelahi terus!" bentak ibu mereka, Dewi.

REYGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang