XXXIV. Penyelesaian

1K 78 5
                                    

Keduanya naik ke atas bangunan tua yang pernah mereka singgahi. Setelahnya sampai di atap keduanya hanya saling diam sambil melihat bangunan-bangunan pencakar langit, keduanya saling menyiapkan kata-kata yang harus mereka ucapkan.

"Ga, emang gue kurang ya dibanding Aira?" tanya Laras menahan air mata sambil berusaha menatap pedih kearah Reyga. Pria itu berbalik kemudian maju mendekati Laras lalu memegang kedua bahu gadis itu. Ia tersenyum yang membuat Laras terdiam menatap senyum Reyga yang berbeda, seolah-olah senyum itu adalah senyum yang sangat tulus dari pria itu. "Gue bukan cowok puitis dan maaf jika kasar, gue jijik ngomongin soal cinta dan sayang, Ras. Lo gak kurang apa-apa, gue senang ada yang tulus berteman dengan gue meski akhirnya harus ada perasaan yang terlibat. Gue yang selama ini salah karena gak jujur dari awal, sekarang gue mengerti kalo penjelasan dan kejujuran adalah kunci soal hubungan. Gue suka dengan lo Ras, tapi rasa sukanya hanya sampai sekedarnya aja, ada cowok lain yang suka bahkan tulus kepada elo. Soal gue dengan Aira, gue juga gak ngerti, gue gak begitu ngerti soal percintaan, gue udah merasa cukup kapok soal Sekar, rasanya cukup sakit, tapi gue merasa bersama Aira mungkin adalah jalan terbaik bagi gue."

Laras terdiam dengan matanya yang sudah tergenang. Ada rasa perih dihatinya namun ada secuil ketenangan yang dia dapat ketika mendengar perkataan Reyga. Pria itu menyampaikan perkataannya tanpa menyinggung kata 'cinta' dan 'sayang'. Maksud Reyga benar, semua tak boleh dipaksa. Itu adalah pilihan Reyga dan Laras tak boleh memaksakan hal itu. Laras kemudian tersenyum getir, dia harus menerima ini lapang dada. Kalau pun dia memaksa ingin bersama Reyga belum tentu cerita mereka bakal bahagia.

"Lo benar...gue egois banget...tapi gue...jujur gue suka sama elo." Laras menangis dengan air mata yang sudah mengalir deras. Dia bukan gadis lemah, dia hanya sudah tak sanggup lagi menahan kepedihannya.

Reyga sendiri masih pada posisi sama, dia tersenyum membiarkan Laras menangis. Menunggu gadis itu mengeluarkan bebannya.

"Sekar benar, dari awal seharusnya gue percaya sama takdir. Sebenarnya gue gak sempat pacaran sama dia meski kita udah saling ngungkapin, dia harus fokus ke masa depannya waktu itu dan gue terlalu memaksa dia, jadi hasilnya kita bertengkar hebat, akhirnya Sekar dapat orang yang jauh mengerti soal dia dibandingkan gue yang super egois orangnya. Sekarang gue sadar kalo Sekar masih sayang sama gue dengan cara melepaskan gue dari bayang-bayang dia."

Laras yang mendengar hal itu akhirnya berhenti menangis. Tak percaya jika kisah Reyga punya kisah rumit seperti itu. Perlahan bibir Laras melengkung membentuk senyumnya meski air matanya masih terjatuh.

"Lo cowok nakal yang naas ya," ucap Laras sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin yang datang seolah-olah berusaha meredakan hati Laras, entah kenapa tiba-tiba saja Laras terpikirkan oleh Samuel. Reyga yang melihat Laras tersenyum menyadari dia berhasil sesuai rencananya. Laras bukanlah miliknya, gadis ini tidak cocok dengannya, seorang heroine tak cocok dengan antagonis, dia hanya cocok dengan sang hero atau sang protagonis. Sedangkan Reyga memilih si NPC yang hanya menjadi karakter sampingan cerita ini.

"Pergil ke bawah Ras, di bawah sana cowok yang tulus sama lo lagi nunggu," ucap Reyga menjauh.

"Kejar Aira, Ga. Kalo lo gagal dapetin dia fix lo emang cowok paling menyedihkan." Setelah mengucapkan hal itu Laras berbalik menuruni tangga. Setelah keluar dari gedung tua itu, Laras bertemu dengan Samuel yang berdiri tak jauh didepannya sambil bersandar di motor sport miliknya.

Menyadari kedatangan Laras, Samuel tersenyum lalu berjalan mendekati Laras. "Hai, gue datang buat nyelamatin tuan putri dari siluman rubah yang jahat," canda Samuel sambil berjalan. Laras tertawa mendengar hal itu, dia kembali sedih mengingat perjuangan Samuel kepadanya, saat ini dia memang masih belum memiliki perasaan kepada Samuel, tapi Laras menyadari kalau saat ini dia membutuhkan Samuel. "Maaf," ucap Laras tulus sambil menatap Samuel.

REYGA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang