Renjana menahan tangisnya melihat rumah keluarga Isabella yang merupakan adik dari Samudra. Anaknya, Reyna baru saja dia serahkan kepada keluarga itu, dia menitipkan pesan kepada Reyna kalau dia akan kembali menjemput anaknya itu. Itu bukanlah janji, tetapi kebohongan yang diucapkan oleh seorang ayah pendosa.
"Apa aku ngelakuin hal yang benar, Bang?" tanyanya.
"Entahlah, kau sendiri yang nentuin, Ren, aku cuma hanya sebagai jembatan, sekarang kau lakukan apa yang bisa kau lakukan," jawab Williams, teman dari Renjana.
"Apa aku bakalan terbunuh?" tanya Renjana takut akan Kematian yang akan menimpanya.
"Sejak awal kita menjadi orang jahat, kita udah siap untuk mati, tapi sekarang kau takut bukan karena sakitnya kematianmu tapi sakitnya meninggalkan anak-anakmu," jawab Williams dengan wajah tenang. "Aku juga memiliki anak yang harus aku jaga, dan ketika dia sudah mulai lebih dewasa Pradipto, adik dari Samudra akan mengambilnya dariku, jadi kemungkinan anak yang aku besarkan akan bersaudara tak sedarah dengan anakmu."
"Begitu ya, aku iri karena Abang bisa membesarkan anak tanpa beban sedikitpun."
"Cih, jangan bodoh, aku adalah wali terburuk di dunia bagi anak itu, aku tak pernah mengajarinya apapun, hanya cara bertahan hidup dari dunia yang kejam ini."
"Aku berharap anak-anakku bakalan berteman dengan anak Abang, pasti mereka bakal belajar banyak hal dari dia."
"Yah mungkin saja, semoga saja," ucap Williams lalu berbalik pergi. "Sampai jumpa lagi di neraka, Ren."
"Iya Bang."
***
Bagaikan mayat hidup, Reyga berjalan dengan tatapan kosong menuju kelas. Tadi malam dia terus memikirkan soal Aira setelah pulang dari rumah Reyza. Ia yakin kalau Aira masih belum masuk sekolah, gadis itu masih bersikeras untuk bekerja, Reyga harus membantu Aira, tapi dia benar-benar sudah bingung darimana dia mendapatkan uang agar bisa membiayai perawatan ibu Aira.
Bugh
Sebuah bola basket melayang dan mengenai kepala Reyga namun pria itu berdiri terdiam dengan kepala yang miring karena terkena bola basket tadi.
"Gawat yang kena si rubah."
"Gimana nih?"
Layaknya zombie, Reyga mencari asal suara itu dan menemukan si pelaku. Dengan wajah amarah dia berjalan mendekat ke si pelaku.
"MAKSUD LO APA ANJ*NG?!" teriak Reyga emosi bersiap menghantamkan pukulannya kepada murid itu.
"Ga!" Samuel langsung menghadang Reyga. "Lari," ucap Samuel meminta kedua murid itu untuk pergi, dengan cepat keduanya langsung pergi. Samuel mendorong Reyga tak begitu kuat tapi herannya pria itu langsung jatuh terduduk. "Lo kenapa Ga?" tanya Samuel tenang. Reyga mendengus kesal, astaga dia ingin meledak bagaimana ini? Dia membutuhkan sesuatu untuk dilampiaskan, barang ataupun orang lain.
"AAAAAAARRRGHH!!! BRENGSEKKK!!!" teriak Reyga keras sambil mengacak-acak rambutnya.
Samuel sendiri terdiam melihat pria yang dulu menjadi rivalnya itu. "Kalo ada masalah lo bisa cerita, Ga. Gue bukan musuh elo lagi gitu juga elo, lo bukan musuh gue lagi." Samuel berjongkok menatap Reyga yang terduduk dengan wajah frustasinya. "Laras minta gue selalu bantuin elo kalo ada masalah, jadi Ga... Lo kenapa?" tanya Samuel. Reyga terdiam seketika, dia kembali mengingat wajah Aira, apa yang harus dia perbuat.
"Aira."
***
Reyga berhenti tepat di tempat kerja Aira. Dia memarkirkan motornya asal. "Aira!" teriaknya. Dia melihat salah satu pegawai disana. "Mba, Aira dimana ya?" tanya Reyga tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYGA ✓
Teen FictionGeng 'Serigala' adalah sebuah geng yang dipimpin oleh Samuel dengan khasnya sebagai pemimpin. Para murid-murid disana menyebutnya seperti karakter protagonis dalam cerita novel. Namun, jika ada protagonis maka pasti ada sang antagonisnya. Dia adalah...