"Udah napa Gel, anak gue jangan Lo jejelin ice cream mulu, batuk-batuk dia." Raga mencemooh Rigel yang sejak tadi tiada henti menjejali Abi dengan ice cream.
"Orang anaknya yang gamau berenti. Jangan salahin Saia dong." Rigel tak terima karena dituduh ingin membuat Abi sakit.
Namanya juga anak kecil umur 1 tahun, dikasih makanan enak ya diambil. Tanpa mau tau apa akibatnya buat tubuh.
Raga mengambil alih Abi dari pangkuan Rigel, "Namanya juga bocah. Lo kasih pasir juga dia makan. Kita sebagai orang gede yang ngerti ya dilarang kalo enggak baik."
Raga memang sangat sensitif jika berurusan dengan Abi, sudah hampir 1 tahun Abi tumbuh didalam pengawasannya. Ia bahkan melarang sang mama untuk merawat Abi.
Karena katanya, cinta kebapakannya akan tumbuh saat ia merawat anaknya sendiri.
Jadi Raga mau belajar jadi bapak yang baik.
"Tau Lo gel. Mikir dong, pantes Jihan sering ngambek sama Lo. Orang Luya ga peka." Januar ikut memojokan Rigel yang sekarang wajahnya sudah tertekuk seperti baju kusut.
"Mulut Lo lancar banget kaya jalan tol Cipali."
Saat ini Raga sedang berkumpul siwarung belakang tempat biasa ia berkumpul dengan teman-temannya. Sekalian melihat Abi yang tadi sengaja dia titipkan kepada Mpok Ati yang jaga warung selama dia masuk kelas nanti. Karena dikelas tidak ada pelajaran makanya dia langsung kesini.
"Abi, kalau udah besar kelakuan jangan kaya bapak Lo ya. Mines 0 derajat," ucapan Rigel mampu membuat Raga mengayunkan pukulannya dikepala cowok itu.
Rigel meringis kesakitan ia seolah mengadu kepada Abu tentang kelakuan bapaknya.
"Tuh kan bi, bapak Lo tuh kasar. Lo jangan kaya gitu ya."
Abi tertawa melihat Raga memukul kepala Rigel lagi.
Dikira lagi diajak main kali ya.
Abi malah ikut-ikutan mukul wajah Rigel dengan telapak tangannya.
Sontak membuat Januar dan Raga tertawa puas.
"Kurang ajar ini anak bayi. Gue pites lo entar."
Raga menunjukan tinjunya diudara. Rigel tertawa, "Bercanda doang keles. Gue mana berani sama bayi gorila."
Raga tersadar saat ponselnya bergetar, ia memberikan Abi kepada Rigel untuk diambil alih.
"Cini... Cini... Sama om ganteng."
Bara sama temen-temennya lagi digudang belakang sekolah nih. Terus juga ada perempuan yang mereka kukung, kayanya dia yang bikin tongkrongan mereka ditutup sama Kepsek kemarin.
Raga seketika tersadar apa yang dimaksud Bara, orang yang melapor kalo markas yang biasa di pake Bara dan teman-teman sedang pesta miras malam itu adalah dirinya.
Dan ia mengirim pesan anonim kepada sang Ketos. Dimana Ketos itu adalah Latifa.
Berarti sekarang, Latifa dalam bahaya.
Raga langsung bangkit dari duduknya, ia menyambar jaket bomber dan kunci motornya dengan terburu-buru.
"Gue cabut dlu, gue titip Abi."
"Eh mau kemana Ga?" tanya Januar yang Keheranan melihat Raga pergi dengan raut wajah khawatir.
Raga tipe orang yang jarang mengkhawatirkan sesuatu, selain Abi ia tak hampir tak pernah peduli dengan apa pun.
Raga mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata.
Ia merasa bersalah karena telah melibatkan Latifa dalam urusan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BCS : RAGALATIFA
Teen Fiction[TAHAP REPUBLISH] FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ Cover mentahan PINTEREST 📌 SUDAH TAMAT DIVERSI SEBELUMNYAA TAPI MASIH BANYAK TYPO 🤲 SEDANG TAHAP REVISI DAN REPUBLISH ULANG #Boysclubseries ****...