Chapter 4

71 7 0
                                    


Kematian Suzaku belum menyelesaikan permasalahan. Abu yang dibuang ke laut menjadi sumber wabah penyakit kepada penduduk desa. Dalam sekejap saja wabah itu meluas, karena air laut yang menjadi hujan merupakan sumber mata air mereka. Para manusia yang terjangkit akan mengalami demam tinggi, menggigil dan muncul ruam-ruam merah. Tubuh mereka perlahan-lahan lemas hingga nyawa melayang. Zen si tabib Istana Barat sudah menurunkan anak buahnya untuk menolong. Namun bibit penyakit dari Suzaku itu tidak mudah disembuhkan.

"Hamba sudah berusaha semaksimal hamba, namun wabah itu tidak mudah dimusnahkan. Kalau pun berhasil disembuhkan, mereka akan terjangkit lagi, karena sumber mata air berasal dari laut dimana abu Suzaku dibuang. Mustahil memurnikan air laut," Zen menggeleng putus asa.

Saat itu di Istana Barat, Sesshomaru bersama putri kembar, keponakan dan penasehatnya sedang melakukan pertemuan kecil dan tertutup di aula utama Istana Barat. Sudah bukan rahasia Istana Barat yang paling peduli dengan manusia, karena Sesshomaru yang sangat mengasihi istri manusianya terdahulu, Rin. Di dalam tubuh putri kembarnya masih mengalir darah manusia ibunya. Keponakannya sendiri lebih banyak mengalir darah manusia, darah youkainya hanya seperempat.

"Aku akan melakukannya," suara indah Hime Hyori memecahkan keheningan mereka.

"Hime-Sama," Towa memanggilnya.

Hime Hyori memasuki aula bersama dua dayang kembarnya. Ia sendiri sudah mendengar tentang wabah penyakit itu.

"Hime-Sama?" Zen memastikan apa yang dimaksud Hime Hyori tadi.

"Aku akan memurnikan air laut, membersihkan wabah dan menyembuhkan semua yang terjangkit dalam satu waktu," ujar Hime Hyori tenang.

Zen terperangah, "Itu tidak mungkin Hime-Sama! Lautan sendiri sangat luas, belum para manusia yang terjangkit. Anda harus melakukannya secara bertahap!"

"Wabah itu sangat menular, jika aku melakukannya bertahap, yang sudah sembuh akan terjangkit lagi dalam semalam. Semuanya harus dimurnikan sekaligus,"

"Hamba pernah mendengar, menyembuhkan sama seperti halnya bertarung. Energi yang disalurkan tergantung pada kekuatan mahkluk yang ingin disembuhkan. Meski manusia tidak memerlukan kekuatan yang tinggi tapi jika jumlahnya sangat banyak belum ditambah lautan, energi anda akan sangat terkuras Hime-Sama. Nyawa anda taruhannya,"

"Hime-Sama, sebaiknya pertimbangkan sekali lagi," pinta Towa padanya.

"Mungkin sudah jalannya," Hime Hyori berkata seraya merenung, "Aku harus menebus seribu tahun yang hilang saat bersembunyi di dalam kekai istanaku,"

"Hime-Sama..." Zen memelas.

"Hal itu sepadan dibandingkan hidupku yang tidak berarti,"

Si kembar, Moroha dan Zen tampak berkaca-kaca.

Hime Hyori kemudian menatap Sesshomaru, "Jika terjadi sesuatu padaku, kau bisa menggunakan intisari kekuatanku untuk melawan tiga dewa mata-angin lainnya. Setelah itu aku ingin kau menghancurkannya, agar tidak disalahgunakan," pintanya.

Hyori... diam-diam Sesshomaru mengepalkan tangannya.

Hime Hyori pun berbalik pergi meninggalkan aula.

"Hime-Sama!"

***

Pasukan inti Istana Barat mengawasi jalannya pemurnian itu dan entah bagaimana Ryouga mengetahuinya, ia bersama pengawal intinya juga hadir disana untuk melihat prosesnya. Sejak pertama kali melihat Hime Hyori, ia sudah tertarik pada wanita itu. Ia melihat Sesshomaru melakukan matoi dengannya, dan ia merasa tidak rela. Sudah banyak waktu ia habiskan, memikirkan cara untuk mendapatkan dewi itu, sebelum keduluan yang lain, terlebih lagi Sesshomaru.

Love of The GoddesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang