Chapter 25

48 5 0
                                    

Hime Hyori terendam di sana di dalam Danau Ashi masih lengkap dengan kimononya. Jiwa-jiwanya yang bagai kunang-kunang berpendaran mengelilingi tubuhnya namun tidak terbang menjauh. Empat intisari kekuatan dewa mata-angin berada di empat sudut tubuhnya bagai rasi bintang.

"Aku sudah mencurigai guratan halus itu saat Hime-Sama meminjamkan intisari kekuatannya," gumam Towa murung, "Ternyata itu adalah sebuah retakan. Bahkan dalam kerusakan seperti itu, kekuatannya masih luar biasa, aku sulit membendungnya,"

"Hyori sudah memperhitungkannya," sela Ryuki

"Nani?" Towa dan Setsuna memandangnya.

"Kau hanya hanyo, jika intisari kekuatan Hyori dalam keadaan sempurna, kau takkan bisa menerimanya. Tubuhmu akan hancur saat pertama kali menyerapnya. Namun karena sudah retak, Hyori berani meminjamkannya padamu. Kau putri Sesshomaru yang paling kuat akan sanggup membendung kekuatan itu untuk sementara waktu,"

"Begitukah..." Towa merenung.

Wuzzz Terdengar kebasan kimono. Semua menoleh pada kedatangannya.

"Chichi-oye! Hirayoshi!" Towa memanggil mereka semua.

Ryuki juga melihat kedatangannya.

"Kau terluka Chichi-oye," Setsuna berkata melihat lengan kanan Sesshomaru yang masih terdapat bekas darah segar. Dahi kirinya juga masih ada bekas tetesan darah.

"Tampaknya bukan pertarungan yang mudah," gumam Ryuki acuh tak acuh, "Tapi daiyoukai seperti dirimu masih bertahan hidup melawan Koryu, itu sudah keajaiban,"

Sesshomaru tidak menghiraukannya, ia membuka telapak tangannya yang membawa intisari kekuatan Koryu. Mutiara emas itu melayang ke Danau Ashi, menempati rasi bintang di posisi pusat. Air danau di sekitar tubuh Hime Hyori mulai bergolak dan berpusar. Kelima intisari kekuatan dewa mata-angin perlahan menjadi satu. Kemudian intisari kekuatan Hime Hyori juga keluar dari dalam hatinya. Guratan halus yang tadinya ada di intisari kekuatan berwarna biru cemerlang itu kini berubah menjadi kasar. Keretakannya semakin parah seakan satu sentuhan saja bisa menghancurkan semuanya menjadi debu. Gabungan intisari kekuatan lima dewa mata-angin itu mulai berputar mengelilingi intisari Hime Hyori. Bergesekan dengan cepat untuk menambal semua kerusakannya.

Mereka menunggu hingga beberapa saat lamanya. Retakan itu semakin lama semakin halus hingga akhirnya memudar dan menghilang. Intisari kekuatan Hime Hyori kini mulus sempurna dan lambat-lambat melayang masuk kembali ke dalam hatinya. Segera saja pendaran-pendaran jiwanya menjadi satu dan tersedot masuk lagi ke dalam tubuh Hime Hyori. Kini mereka menunggu Hime Hyori sadar. Namun ternyata tidak ada perubahan. Mata Hime Hyori tetap terpejam, tidak sadarkan diri.

"Nani? Apa yang terjadi? Bukankah intisarinya sudah sempurna dan jiwanya sudah masuk? Kenapa Hime-Sama belum bangun?" Tanya Zen cemas.

"Seharusnya tidak begini," Ryuki juga cemas, ia menghampiri tepi danau. Mengarahkan telapak tangannya pada tubuh Hime Hyori seraya memejamkan mata berkonsentrasi untuk memeriksanya. Pada saat ia membuka mata kembali, raut wajahnya menyiratkan kekecewaan.

"Ada apa?" tanya Towa.

"Terlambat," gumam Ryuki dengan hati mencelos.

Sesshomaru mengernyit, "Terlambat?"

"Jiwa primordial Hyori tidak ada," Ryuki memberitahu.

"Nani?"

"Aku mengunci jiwa Hyori pada saat dia tidak sadarkan diri, tapi ternyata jiwa primordialnya pergi lebih cepat,"

"Jiwa primordial itu apa?" tanya Hirayoshi.

"Itu roh utama yang dimiliki keturunan dewa-dewi," Ryuki menjelaskan.

Love of The GoddesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang