Chapter 11

58 6 0
                                    

Byuuuur!!

Samudera di belakang Istana Langit Selatan meninggi.

"Nani?" Rei dan Rui terkejut.

"Bersembunyilah," pinta Hime Hyori pada mereka.

"Tapi..." Rei dan Rui tidak tega meninggalkan Hime mereka.

"Yuki!" desak Hime Hyori

Rei dan Rui pun terpaksa meninggalkan Hime Hyori untuk mencari perlindungan.

Goaaar!

Naga putih raksasa muncul dari dalam samudera. Hime Hyori menghadapinya tanpa gentar. Kemudian sosok naga putih itu menghilang digantikan oleh seorang pria campuran suku hantu dan dewa. Wajahnya tampan, matanya abu-abu cemerlang. Rambut panjangnya berwarna putih keperakan. Ia mengenakan baju dan topi zirah berwarna perak mengilap senada dengan warna matanya. Zubahnya berkibar-kibar di belakangnya. Ia tinggi gagah seperti halnya Sesshomaru. Namun ia lebih berkuasa. Ia pemimpin kerajaan suku hantu di Istana Hakone, ia mampu mengendalikan cuaca. Ryuki.

"Lama tak bertemu Hyori," sapa Ryuki sambil tetap melayang diatas samudera.

"Ryuki..." Hime Hyori menggumamkan namanya.

"Seharusnya aku tahu ternyata kau masih berada di Istana Langit Selatan. Rupanya Shioin telah merelakan intisari kekuatannya untuk memperkuat tabir pelindungmu,"

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Hime Hyori tanpa basa-basi.

"Seribu tahun berlalu, kau semakin memesona Hyori," Ryuki berkata.

Hime Hyori tidak menanggapi.

Sebagai kawan lama dengan Istana Langit Selatan, Ryuki melihat pertumbuhan Hime Hyori dari kecil. Ryuki ingat, dia gadis mungil yang menggemaskan. Ia tahu suatu hari gadis mungil itu akan tumbuh menjadi setengah dewi yang mengagumkan dan perkiraannya benar. Ia sudah bertekad untuk meminangnya setelah dewasa. Namun Hime Shioin rupanya tidak rela jika putrinya yang berharga menjadi ratu di suku hantu. Hime Shioin menginginkan Hime Hyori menjadi dewi di Istana Bulan. Ryuki membenci kahyangan dan Hime Shioin sama saja seperti para dewa lainnya. Angkuh dan serakah. Ia tidak mempertimbangkan persahabatan mereka, ia memandang rendah suku hantu dan berusaha menyingkirkan Hime Hyori dari sisinya.

"Penawaranku seribu tahun lalu masih berlaku, Hyori," Ryuki berkata. "Ikutlah bersamaku ke Istana Hakone. Lagipula Hyoshimaru dan Hime Shioin sudah tiada,"

"Dan kau mengira aku akan bersedia mengikuti kau yang sudah membunuh orang tuaku?" sahut Hime Hyori dingin.

Ryuki tampak sedikit menyesal, "Tidak sengaja, tapi ya, aku membunuh mereka,"

"Nani?" Hime Hyori mengernyit, ia tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di luar istana seribu tahun lalu.

"Mereka bermatoi seperti biasa, mereka menyerangku dan aku menangkis balik. Aku kira mereka bisa menghadapi hal itu, tapi rupanya tidak. Kekuatan mereka tidak penuh seperti biasanya. Kini aku tahu, sebelum berhadapan denganku, mereka telah mengerahkan hampir seluruh kekuatan mereka untuk membangun tabir pelindung. Ibumu, bertarung tanpa menggunakan intisari kekuatannya," jelas Ryuki.

"Lalu apakah membanjiri desa juga tanpa sengaja?"

"Aku tidak bangga akan hal itu,"

"Pergilah Ryuki," Hime Hyori berbalik memunggunginya, "Aku tidak akan kemanapun,"

"Naze?" tuntut Ryuki.

"Aku tidak akan menaruh dendam untuk orangtuaku, tapi aku tidak akan ikut denganmu,"

"Bukankah kau sudah menolaknya? Tawaran dari Istana Bulan? Kalau kau tidak mau menjadi dewi, lalu kenapa kau tidak menjadi ratu saja di Istana Hakone?"

"Aku tidak berminat,"

"Apa karena Sesshomaru?"

"Nani?" Hime Hyori memandangnya lagi.

"Inugami daiyoukai pemimpin Istana Barat. Kau menyukainya?"

"Bukan urusanmu,"

"Aku tidak akan tinggal diam Hyori,"

"Kau kira aku tidak akan melawan?"

Samudera dibawah Ryuki mulai bergolak dan menimbulkan pasang.

Hime Hyori mengeluarkan pedang cahayanya.

Mereka pun bertarung.

***

"Ugh" Sesshomaru menyentuh bahunya. Terasa pedih di bagian belakang bahu kirinya, tempat dimana lambang teratai biru berada. Hasil dari matoi dengan Hime Hyori.

"Ada apa Sesshomaru-Sama?" Tanya Zen tidak mengerti melihat gelagat tuannya.

Hyori.... Apakah terjadi sesuatu? Batin Sesshomaru.

"Chichi-oye?" Towa juga melihat keganjilan ayahnya.

Tanpa pikir panjang Sesshomaru melesat pergi meninggalkan istananya.

Setelah saling pandang dengan bingung, si kembar, Moroha dan Zen ikut menyusulnya.

***

Ternyata Sesshomaru ke Istana Langit Selatan. Sampai disana kondisi Istana Langit Selatan sudah porak-poranda. Kehancurannya sebagai tanda telah terjadi pertarungan hebat. Air laut dari bawah membasahi seluruh istana. Jika ada yang mampu mengendalikan air laut hingga menyerang Istana Langit Selatan yang begitu tinggi, maka lawannya bukan main-main. Sesshomaru sendiri memiliki dugaan.

"Towa-Sama," Rui yang gemetaran berlari menghampiri Towa yang memeluknya.

"Setsuna-Sama," Rei juga berlari kearah Setsuna.

"Apa yang terjadi?" Tanya Setsuna seraya merengkuh Rei.

"H-Hime-Sama..." Rei berusaha menjelaskan dengan terbata-bata, "Hime-Sama diculik,"

"Diculik siapa?" Tanya Towa.

"R-Ryuki, naga putih," Rui berkata.

Diam-diam Sesshomaru mengepalkan tangannya. Ryuki musuh bebuyutan Hime Hyori akhirnya menampakknya wujudnya.

"Mereka bertarung ketat, t-tapi bagaimanapun juga Ryuki sangat tangguh. H-Hime Sama bukan lawannya," jelas Rei.

"Sesshomaru-Sama, apakah anda tahu mengenai Ryuki ini?" Tanya Zen bingung, ia tidak pernah mendengar ada naga putih bernama Ryuki.

"Dia putra Ryujin," Sesshomaru berkata.

"Chichi-oye, jadi kau memang mengetahui sesuatu?" Towa menatapnya.

"Ryujin dewa naga emas? Bukankah dia hanya memiliki putri?" Zen mengernyit.

"Seandainya saja, Hime-Sama menerima tawaran dari utusan Istana Bulan. Hal ini tidak akan terjadi," isak Rei.

"Istana Bulan?" Sesshomaru menatap dua dayang kecil itu.

Rei dan Rui kemudian menceritakannya, perihal kedatangan Yui dan Yue yang menjemput Hime Hyori untuk menjadi dewi di Istana Bulan. Namun Hime Hyori menolak penawaran itu dan memilih untuk tetap menjadi daiyoukai penunggu Istana Langit Selatan, dengan begitu ia masih ada harapan untuk melihat Sesshomaru dibandingkan kehampaan di kahyangan.

"Hime-Sama..." Towa berkaca-kaca mendengar cerita itu.

"Chichi-oye?" Setsuna melihat ayahnya bingung.

Moko-moko Sesshomaru berterbangan, tanpa banyak bicara lagi Sesshomaru melesat pergi meninggalkan yang lainnya.

"Sepertinya ia pergi ke Istana Hakone," ujar Moroha.

"Bahaya, jika Ryuki memang keturunan Ryujin, dia bukan lawan yang mudah ditaklukan. Tidak seharusnya Sesshomaru-Sama bertindak gegabah," ujar Zen.

"Ayo Setsuna!" Towa mengajak kembarannya.

"Uhm," Setsuna mengangguk.

Moroha juga menyusul sepupunya, meninggalkan Zen disana. Zen bukan tipe daiyoukai petarung. Ia hanya bisa berharap semuanya baik-baik saja.

Love of The GoddesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang