Chapter 30

75 4 0
                                    


 Hyoshimaru dan Hime Shioin kembali mengasingkan diri untuk melakukan pertapaan hening demi memulihkan luka-luka mereka selama peperangan. Istana Langit Selatan telah dipugar kembali hingga tiada menyisakan jejak pertarungan. Sesshomaru tengah bertanya-tanya dalam hati kenapa gerbang menuju ke dunia fana belum terbuka. Ia telah melewati kejadian yang memicu penyesalan Hime Hyori. Segalanya terselesaikan dengan baik. Tiada korban jatuh di Yomitsu Kuni ini. Mungkin kah masih ada penyesalan lain yang tersisa? Mungkin karena ia telah mengubah kejadian, maka masih ada akibat lain yang akan terjadi?

"Sesshomaru-Sama," Hime Hyori memanggilnya dari ambang pintu shoji yang sedikit terbuka. Ia membawa nampan dengan sebaskom air hangat dan handuk bersih.

"Doushita Hyori?"

"Ijinkan Hyori memeriksa lukamu,"

"Aku baik-baik saja, tidak perlu membuang-buang energimu untuk menyembuhkanku,"

"Tapi, kau terluka karena diriku," Hime Hyori berkata dengan sedih dan suara bergetar menahan tangis, "Berikan aku kesempatan untuk menebus perasaan bersalahku. Aku tidak bisa memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padamu karena aku,"

Sesshomaru memejamkan mata, daripada hal ini menjadi penyesalan Hime Hyori yang lain, ia pun akhirnya mengalah, "Lakukan sesukamu Hyori,"

Hime Hyori akhirnya memasuki ruangan dan menutup rapat pintu shoji di belakangnya. Ketika ia membantu Sesshomaru melepas kimononya untuk memeriksa punggungnya ia melihat teratai biru itu di pundak kirinya. Ia ingat ayahnya juga memiliki teratai merah hasil matoi dengan ibunya. Di pundak Sesshomaru selain teratai biru terdapat naga biru kecil. Berarti ia telah matoi dengan dua youkai. Namun teknik matoi adalah teknik yang diciptakan ayah dan ibunya dan belum pernah dilakukan oleh siapapun. Bagaimana Sesshomaru bisa melakukan teknik itu? Dan dengan siapa? Apakah dewi teratai biru lain yang pernah disebutnya? Hal itu diam-diam membawa perasaan yang tidak nyaman dibenak Hime Hyori namun diurungkannya niat untuk bertanya. Hime Hyori hanya membersihkan luka serangan Ryuki perlahan dengan handuk hangatnya dalam diam.

Puk! Mendadak Sesshomaru menggenggam tangan Hime Hyori dari balik bahunya. Hime Hyori tersentak kaget dengan gerakan itu.

"Tidakkah kau takut padaku? Setelah mendengar dari Ryuki bahwa aku yokai yang kejam?" tanya Sesshomaru.

"Banyak kesempatan bagimu jika ingin menyakitiku," gumam Hime Hyori tenang. "Bahkan dengan satu ayunan pedangmu, kau bisa menghancurkan seluruh istana ini kalau kau mau. Untuk apa aku takut padamu,"

"Setidaknya aku sudah memperingatkanmu Hyori," Sesshomaru melepas genggamannya.

Tak lama kemudian ia merasakan punggungnya dialiri kehangatan. Rupanya Hime Hyori sedang menyalurkan aura penyembuhnya untuk menutup luka serangan Ryuki.

Energi daiyoukainya masih kuat melindunginya... Batin Hime Hyori. Aku harus menembus energi tersebut untuk membuat tubuhnya menerima aura penyembuh... Ia pun menekan kekuatannya lagi. Sesshomaru daiyoukai paling kuat yang pernah ditanganinya, butuh pengerahan daya dan konsentrasi tinggi untuk menyelaraskan energi daiyoukai pria itu dengan esensi dewinya.

Sensasi itu terjadi. Lambat-lambat luka itu mengecil sebelum akhirnya menutup dan kembali mulus. Hime Hyori membereskan nampannya dan bersiap pergi. Namun ketika Seshomaru akan memakai kembali kimononya, Hime Hyori melihat luka yang lain di dadanya. Luka dari pertarungannya dengan Seiryu.

"Kau masih ada luka lain?" tanya Hime Hyori.

"Luka lama," sahut Sesshomaru.

Hime Hyori meletakkan nampannya lagi dan bersimpuh di hadapannya dan menyalurkan energinya lagi tanpa ragu untuk menyembuhkan luka tersebut.

Love of The GoddesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang