- 18 -

609 130 2
                                    

Matahari bahkan belum terlihat pulang ke peraduan, saat Huang Renjun dengan badan lesu menyeret kakinya menuju tangga apartemen. Menghela nafas, ia tahu seharusnya tak merasa kecewa, tapi Shuhua yang tiba-tiba saja bilang kalau jadwal lesnya dimajukan membuat lelaki itu mau tak mau harus pulang. Tanpa bisa mengantar Shuhua, gadis pujaannya itu menolak dengan alasan tak ingin Renjun harus berputar arah untuk kembali ke stasiun. Sebuah alasan klasik, yang tentu saja membuat lelaki ini bertanya; Apa belakangan ini ia memang semembosankan itu sampai Yeh Shuhua merasa tak nyaman bersamanya, hanya berdua seperti tadi?

"Ah...." Nafasnya lagi-lagi terhembus berat. "Mungkin harusnya aku tak mengatakan hal-hal kejam itu pada Lee Nakyung," katanya. "Gara-gara dia pergi, jadi tak ada yang bisa menahan Shuhua--"

Kalimatnya tak dilanjutkan, sosok Nakyung yang berdiri di depan unit apartemen dengan badan yang bertumpu pada pagar balkon menghentikan langkahnya. Menegak saliva untuk membasahi tenggorokan  yang tiba-tiba terasa kering, mata yang menatapnya dari jarak sepuluh meter itu membekukan Renjun; gumamannya barusan tak sekeras itu untuk bisa didengar sang istri 'kan?

Satu pertanyaan batin yang Renjun ajukan tanpa Nakyung tahu, entah bagaimana rasanya terjawab begitu ia lihat gadis itu sama sekali tak bereaksi terhadap kedatangannya. Mengalihkan pandang darinya bahkan sebelum lelaki itu sempat menyapa; selain menjawab tidak atas monolog tanpa suaranya, Lee Nakyung jelas terlihat masih sangat marah dan tentu saja itu pasti perkara pertengkaran di restoran tadi.

Alis yang naik dengan nafas yang terhembus panjang --lagi-- itu jelas terabaikan, suara langkah Renjun yang terdengar berjalan mendekat sepertinya juga tak mampu menarik perhatian dia yang masih asyik memandangi jalanan, Nakyung bersikap seolah tak ada siapapun disana.

"Hei, Lee Nakyung...." Bahkan setelah menyebut namanya, gadis itu masih tak bergeming. "Soal di restoran tadi..." Menjeda kalimat, sungguh. Ini bukan perkara ia gengsi atau semacamnya untuk meminta maaf --Renjun sadar semua ini salahnya dan memang itulah yang harus ia lakukan jika ingin poin pernikahan semu mereka tetap berjalan-- tapi ia hanya ingin melihat bagaimana respon Nakyung; setidaknya lelaki itu ingin gadis itu menyadari kehadirannya, sekalipun hanya dengan lirikkan sinisnya. "Mianhaeyo. Aku seharusnya tak mengatakan hal-hal kejam itu padamu, sungguh--"

"Sudahlah, itu bukan masalah besar," Nakyung memutus. Kali ini matanya bergerak pada Renjun, sesuai kemuan si lelaki; Nakyung meliriknya-- ah, bukan. Melirik benda di bahu si suami lebih tepatnya. "Berikan saja slig bag-nya, aku perlu ponselku untuk menghubungi Oppa."

"Oh," respon yang terdengar kurang baik itu, bagi Renjun jelas menandakan kalau apa yang terjadi diantara mereka bukan sekedar 'masalah kecil' biasa, tapi untuk membuat gadis itu tak lagi mengabaikannya, dengan cepat ia meraih tali sling bag di bahunya lalu menjulurkannya pada Nakyung. "Aku baru sadar tasmu ketinggalan saat selesai membantu Halmeoni dan saat aku berniat mengantarkannya, kau sudah tidak ada di stasiun jadi--"

Rampasan cukup kuat yang Nakyung lakukan untuk meraih tasnya, sebenarnya membuat lelaki itu sedikit terkejut sampai tak bisa melanjutkan kata-katanya. Selang beberapa detik kemudian berdehem; Renjun teringat akan kotak yang ia bawa, dengan senyum yang berusaha ditunjukkan selebar dan seramah mungkin, benda itu diangkat dan dipamerkannya pada si istri. "Dan lihatlah apa yang aku beli, Lee Nakyung!"

Tentu saja, gadis penyuka manis yang sudah hapal di luar kepala dengan berbagai macam bentuk dan ukuran kotak kue itu jadi dengan refleks memperhatikan Renjun, Bahkan sampai menoleh begitu sepasang netra coklat di sudut mata mendapati sebuah kotak putih berukuran sedang yang familiar.

"Bagaimana..." Wajah antusiasnya tak bisa ditahan, begitu membaca nama cafe yang tertulis di sana. "Kau bisa tahu tentang cafe-nya?"

Senyum puas atas respon Nakyung, tak bisa disembunyikan si lelaki. "Shuhua yang mengajakku ke sana. Dia bilang, kau dan Hwang Hyunjin sering datang berdua ke tempat itu...."

We Got 'Married'✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang